Serangeline Fros, wanita berusia 45 tahun, dikenal di seluruh kota Darsen sebagai ketua geng Bloodfangs—geng paling ditakuti yang menguasai setengah wilayah kota. Di balik reputasinya yang kelam, Sera menyimpan mimpi lama yang tak pernah terwujud: menjadi seorang penyanyi. Namun takdir berkata lain, sejak muda ia dipaksa oleh kakeknya untuk meneruskan tahta keluarga sebagai pemimpin geng, menenggelamkan keinginannya di balik darah dan kekuasaan.
Hingga suatu malam, sebuah kecelakaan tragis merenggut nyawanya. Tapi kematian bukanlah akhir bagi Serangeline Fros. Ia terbangun kembali… di tubuh seorang wanita muda berusia 25 tahun—bertubuh gendut, pemalu, dan diremehkan semua orang, bahkan oleh suaminya sendiri.
Apakah Serangeline akan menemukan makna baru dari kehidupan keduanya, ataukah sisi gelapnya sebagai gangster akan kembali bangkit dan menghancurkan segalanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mila julia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20.Menagih Hutang
HAPPY READING
.
.
Di dalam mobil, Sera dan Nicolas duduk bersebelahan di kursi belakang Alphard mewah yang dikendarai sopir. Mesin menderu halus, namun keheningan di antara mereka terasa seperti jarak yang tidak bisa ditembus.
“Sebenarnya kamu tidak perlu mengikuti sidang pengadilan seperti ini, Sera. Dengan kekuasaan Papa, Papa bisa menjatuhkan agency milik Kael dengan sekali hentakan.” Ucap Nicolas tanpa menoleh, seolah itu hanyalah fakta kecil bagi dirinya.
“Dan bahkan apartemen yang dibelikan laki-laki itu kepadamu, kamu bisa mendapatkan lebih dari itu dari Papa. Penthouse sekalipun. Papa bisa membelikannya.”
Sera menyandarkan punggungnya, pandangannya menerobos jendela gelap mobil itu. “Aku hanya ingin menunjukkan kepadanya, kalau apa yang sudah menjadi milikku tidak akan pernah terlepas. Ini peringatan awal sebelum balas dendam sebenarnya aku lakukan.”
“Kenapa kamu mesti repot-repot melakukan itu, Sera?” Nicolas menghela napas. “Agency laki-laki itu tidak ada apa-apanya dibanding perusahaan kita. Dia tidak lebih dari rakyat jelata untuk kita. Kamu bisa sangat mudah menjatuhkannya dengan statusmu sebagai putri tunggal Papa.”
“Menjatuhkan mereka dengan sekali pijakan itu terlalu cepat.” mata Sera berkilat dingin. “Aku ingin mereka merasakan gemetar, ketakutan, cemas… seperti yang mereka lakukan kepadaku dulu.”
Bibinya menegang. “Aku ingin membuat hari-hari mereka seperti neraka.”
Nicolas terdiam sejenak sebelum kembali berbicara. “Lalu bagaimana dengan perusahaan? Kamu adalah pewaris tunggal, 50 persen saham perusahaan ada padamu, Sera. Kamu akan menjadi penerus Papa.”
“Aku akan kembali ke perusahaan setelah misi balas dendamku selesai.” jawabnya datar, menyadari arah jalan yang tidak asing namun bukan menuju rumah.
“Kita akan ke mana? Ini bukan jalan menuju mansion,” tanyanya sambil menatap Nicolas.
“Kita akan bertemu dengan rekan bisnis Papa. Papa sudah menemanimu ke pengadilan bersama pengacara Papa, sekarang giliranmu menemani Papa.” jawab Nicolas seakan itu adalah hal yang wajar.
"Bukankah itu juga tanggung jawabmu sebagai seorang ayah, Padahal aku hanya meminta waktumu beberapa jam untuk menemaniku tanpa meminta kembali masa kecilku yang seharusnya di isi dengan kehadiranmu." Ketus Sera karna ucapan Nicolas yang terdengar perhitungan.
"Sera ... papa sudah meminta maaf soal itu.Lagipula kan kamu tau ini karna ibu tirimu yang mempengaruhi papa, papa akan berusaha untuk menebusnya. "
Sera menghela napas panjang, tidak ingin memperpanjang pembicaraan tentang masa lalu yang sudah terlalu menyakitkan untuk bocah itu.
"Lagi pula ini juga urusan perusahaan Sera, anggap saja ini pembelajaran untukmu sebelum kamu terjun ke perusahaan nanti. "
Ia tidak menjawab. Hanya menopangkan dagu di atas telapak tangannya, menatap hampa ke luar jendela.
"Dan satu lagi jangan berbicara dengan kata - kata seolah- olah kita adalah orang lain. Biasakan di setiap katamu untuk memanggil papa bukan kata kamu .Gaya bicaramu yang seperti itu membuat kita seolah seumuran Sera, sangat tidak sopan. "
"Aku dan kamu memang seumuran. "gumam Sera yang tidak terlalu di dengar oleh Nicolas.
"Kamu bilang apa?. " tanya Nicolas.
"Ya aku akan berusaha menyebutmu dengan sebutan papa. "ucap Sera begitu berat hati.
Namun saat mobil mewah itu berhenti di persimpangan lampu merah Sera justru melihat sesuatu yang membuat jantungnya mencelos . Tatapan matanya langsung membulat melihat anggota gengnya yang menggunakan jaket dengan lambang Bloodfangs sedang memukuli pedangan kecil di pinggiran jalan.
Sera langsung menegakkan tubuhnya membuka kaca mobil memperhatikan dengan seksama untuk memastikan jika itu benar- benar anggota gangnya. "Apa yang mereka lakukan, bukankah itu melanggar aturan yang telah aku buat dulu. " batin Sera.
Saat memimpin gangster dulu sera mewanti- wanti para anggotanya untuk tidak menyakiti pedangan kecil yang berjualan di daerah kekuasaan mereka apalagi mengambil sewa keamanan . Justru saat di kekuasaannya anggota Gangsternya sangat bersahabat dengan pedangang - pedagang kecil ,mereka sering membantu para pedagang tersebut, hingga setiap kedatangannya selalu disambut baik dengan senyuman oleh para pedagang.
"Apa yang terjadi dengan anggota Bloodfangs apa kakek tidak menggantikan kepemimpinanku, kemana perginya Davian kenapa dia tidak menghentikan pelanggaran ini?. " batin Sera.
Mobil mewah itu kembali berjalan namun tatapan sera masih tertuju pada anggota gangster tersebut.
"Apa yang kamu lihat Sera?. ''tanya Nicolas yang membuat Sera buru - buru kembali pada posisinya dan segera menutup kaca mobil.
"Bukan apa- apa. " ucapnya dengan wajah tegang memikirkan apa yang terjadi pada anggota gangsternya.
_____
Tap
Tap
Tap
Ceklek
Sera melangkah masuk ke dalam Private Dining Suite restoran berbintang—tempat Nicolas bertemu dengan rekan bisnisnya. Ia tidak masuk bersamaan dengan ayahnya karena sebelumnya mampir ke toilet untuk menenangkan diri.
Begitu pintu terbuka, seluruh perhatian di ruangan itu otomatis beralih padanya. Namun pandangan Sera langsung terkunci pada seorang laki-laki yang tadi sempat membuatnya mengalihkan perhatiannya sebelum ia masuk ke dalam toilet tadi.
“Aleric?” ucapnya spontan.
Deg
Aleric terpaku, menatap ke arah Sera, tatapannya tak begeming, bukan karna kecantikan sera ataupun penampilan barunya tapi wajah itu terasa begitu familinyar untuknya seolah membangkitkan kenangan lama yang terkubur dalam .
“Sera, kamu kenal anak rekan bisnis papa?” tanya Nicolas sambil melirik Sera.
Sera mengangguk , tetapi Aleric justru terlihat semakin kebingungan karna rasanya wajah yang ia kenal tidak mungkin masih tampak sama sampai ini .
“Apa kita pernah bertemu?” tanyanya. “Aku rasa ini pertama kalinya aku melihatmu.”
Sera mendecak pelan lalu menarik kursi, duduk di samping Nicolas. Ia baru sadar penampilannya kini jauh berbeda dari dirinya yang dulu. Wajar kalau Aleric tidak mengenalinya.
“Aku Seraphine Almera,” katanya tenang, “orang yang menyelamatkanmu dari maut. ”
Mata Aleric membesar.
“K-kamu wanita gendut itu? Istrinya Kael?”
Nicolas langsung berdehem tegas, jelas tak suka mendengar sebutan itu mengenai putrinya.
“Lebih tepatnya mantan istri,” ucap Nicolas datar. “Sera baru saja menerima akta cerainya dari pengadilan.”jelas Nicolas yang membuat Aleric langsung tersenyum kikuk.
"Maaf atas kata - kata saya om. "ucap Aleric setelah Antony menyikut putranya.
"Tidak masalah. " jawab nicolas.
Aleric masih memperhatikan Sera, wajah perempuan itu benar-benar jauh berbeda dari tiga bulan yang lalu saat terakir kali mereka bertemu. Saat Aleric membawa Sera dengan susah payah ke rumah sakit.
Tak lama kemudian, pembicaraan bisnis Nicolas dan Antony selesai. Sera akhirnya bebas dari sandiwara sikap antusias yang ia paksakan dari tadi. Nicolas dan Antony keluar lebih dulu, namun Sera bergerak cepat menahan lengan Aleric sebelum ia mengikuti ayahnya.
“Aku ingin menagih janji balas budimu,” ucap Sera lirih namun tegas.
Aleric terdiam, mencoba mengingat.
“Janji…?” Kemudian sebuah kilasan muncul di kepalanya. “Oh… tentang kamu yang menyelamatkanku. Tapi bukankah kita impas? Aku juga menyelamatkanmu waktu itu.”
“Benar,” Sera tersenyum kecil. “Hanya saja aku tidak pernah merasa berhutang budi padamu. Tapi kamu,kamu masih punya hutang padaku. Lagi pula, kamu sendiri yang menjanjikannya.”
Aleric menelan ludah. Ia tidak suka terlibat dengan Sera. Ia tahu perempuan ini masih bagian dari urusan Kael ,meskipun sudah bercerai, tetap saja. Ada sesuatu di balik permintaan Sera yang membuatnya waspada.
“Baiklah,” akhirnya ia menyerah. “Apa permintaanmu?”
Sera mendekat sedikit, menatap tepat ke mata Aleric dengan tatapan tajam dengan kilatan rencana yang baru saja ia temukan.
“Jadikan aku artis-mu,” ucapnya dengan senyum tipis namun penuh tekad.
Sontak saja ucapan Sera langsung membuat Aleric melepaskan pegangan tangan Sera darinya, matanya membulat menatap Sera memikirkan apa yang sedang di rencanakan perempuan itu .
.
.
.
💐💐💐Bersambung💐💐💐
kenapa nggak minta di jadiin istri aja sih ahjumma kan udah cerai sama Kael , biar kekayaannya semakin hah heh hong gituu🤭
Lanjut Next Bab ya guys😊
Lope lope jangan lupa ya❤❤
Terima kasih sudah membaca bab ini hingga akhir semuanya. jangan lupa tinggalkan jejak yaa, like👍🏿 komen😍 and subscribe ❤kalian sangat aku nantikan 🥰❤