Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si pahit lidah kembali
"Jadi menurut kamu Kenanga itu tidak di awasi Gama, tapi di awasi sosok lain dan itu membuat dia tidak bisa bicara dengan siapapun termasuk Sigit?" tanya Dimas.
Pagi itu Dimas sudah memasak nasi goreng untuk dirinya, Sahara dan dua anak Sahara. Mereka akan mulai berkeliling kampung untuk membuat rencana pembebasan Kenanga dan juga Sigit yang akan menikah tiga hari lagi. Sigit juga tidak bisa ke tempat Dimas karena dia di pingit dan mereka hanya berkomunikasi lewat pesan saja.
"Iya, dia nulis begitu dan Sahara bawa kertasnya supaya Kenanga tidak dalam bahaya" jawab Sahara
"Hmmm... Sulit juga ya, apalagi sepertinya masalah ini sudah di atur seseorang, bukan hanya Wisnu saja, tapi bisa jadi si dukun juga terlibat" ungkap Dimas
"Satu lagi Dimas, paku itu terasa sangat panas sekali saat Sahara sentuh padahal Sahara punya energi yang dingin" ungkap Sahara
"Kalau kamu sentuh saja sudah panas, apalagi kenanga yang di pasangi paku itu, pasti dia kesakitan dan tersiksa juga" gumam Dimas
"Papa, kenapa tidak gunakan bakat papa untuk membuat Tante Kenanga lepas dari paku itu?" tanya Argadana
"Bakat apa?" tanya Dimas
"Bakat jadi dukun, kalahkan dukun di sini dan jadi pengganti dukun itu" jawab Argadana
"Kamu pikir papa ini kekurangan uang dan kerjaan" gerutu Dimas menatap datar dua anak angkatnya.
"Habisnya ini sangat sulit pa, waktu kita hanya tiga hari dan kita harus melakukan banyak hal, mulai dari menolong Tante Kenanga, Om Sigit dan juga menemukan dalang dari kejadian yang sudah membuat Tante Kenanga terkunci di jasad Mbah Putri" jawab Anggadana
"Kita mulai dengan mengawasi dukun itu saja, Sahara, kamu berani yang menyembunyikan rendang milikku" ucap Dimas
"Tidak, Sahara tidak melakukan itu" jawab Sahara menutup wajahnya dengan rambut miliknya.
"Buktinya itu bibir kamu belepotan rendang, padahal kita sedang makan nasi goreng, kamu dapat rendang dari mana?" tanya Dimas
"Dari Om Sigit pa" jawab Anggadana
"Ssttt... Ini punya ibunda" bisik Sahara
"Mulai pelit ya kamu, sudah tidak cinta lagi pada Dimas kamu ini?" tanya Dimas
"Nggak, Sahara sayang Dimas ko, ini Sahara bagi" jawab Sahara menyodorkan kotak bekal yang semalam dia bawa.
"Mana dagingnya, ini hanya bumbunya saja" protes Dimas
"Hihihi... Ini pakai nasi hangat juga enak ko" jawab Sahara cekikikan
Sahara sudah mulai seperti Rukmini, dia punya wujud yang lebih nyata meski masih hanya bisa di lihat oleh orang orang yang punya kemampuan khusus, bahkan makan juga sekarang dia sudah makan seperti manusia hanya saja tetap makanan yang sudah dia sentuh, rasanya akan hilang jika di makan manusia biasa.
"Ayo kita mulai berkeliling, kalian kembali ke badan papa supaya tidak ada yang curiga dan perhatikan sekeliling" ucap Dimas.
"Siap papa" jawab keduanya menghilang dari sana begitupun Sahara yang akan mengikuti Dimas tapi dari jarak yang sedikit jauh.
"Dimas, sepertinya di luar ada yang mengawasi rumah ini, apa jasad Kenanga aman?" tanya Sahara yang merasakan ada pergerakan orang orang di luar sana
"Insya Allah Kenanga aman, kalung Sigit menutupi jasad Kenanga dari energi jahat yang mengincarnya" jawab Dimas sama sekali tidak terlihat panik.
"Waspada" bisik Dimas
Dimas juga bisa merasakan ada suara langkah kaki banyak orang di tempat itu dan mungkin itu adalah orang orang dari Wisnu yang Dimas yakini sudah mengetahui keberadaan Dimas di rumah itu.
Brak.
Pintu rumah itu tiba tiba saja di dobrak dari luar, nampak Burhan dan beberapa orang sudah berdiri di depan pintu dengan tatapan curiga dan terlihat menelisik sekeliling rumah Kenanga yang sekarang nampak terawat.
"Siapa anda? Kenapa masuk ke rumah orang tanpa ijin? Dan merusak pintu rumah ini?" tanya Dimas
"Harusnya saya yang bertanya, siapa kamu dan kenapa ada di rumah ini? Ini adalah rumah seseorang yang sudah lama meninggal" tanya balik Burhan
Semalam salah seorang anak buah Burhan melihat Sigit keluar dari arah hutan itu dan itu sebabnya Sigit juga di tahan di rumah dengan alasan si pingit, padahal yang terjadi adalah Wisnu ingin mencari tahu apa yang ada di dalam rumah Kenanga yang beberapa hari itu sering di datangi Sigit secara diam diam.
"Saya saudara jauh Kenanga, hubungan saya adalah cucu dari sepupu Mbah Putri" jawab Dimas
"Kenapa kami tidak pernah melihat kamu? Jangan berbohong" ucap Burhan
"Saya berasal dari kampung Curug dan saya ke sini karena saya mendengar kalau Kenanga sudah menikah dan saya ingin mengucapkan selamat, tapi ternyata dia tidak ada di sini" jawab Dimas
"Kamu kenal Kenanga juga?" tanya Burhan
"Tentu saja, setiap Mbah Putri ke tempat kami saat idul Fitri, saya sering mengobrol dengan Kenanga" jawab Dimas.
Burhan tidak bisa menyela lagi karena memang Putri punya saudara dari kampung Curug dan juga sering ke sana setiap idul Fitri atui idul adha tiba, tapi Burhan tetap menunjukkan kewaspadaannya pada Dimas, setelah melihat sosok Dimas yang menurutnya punya sesuatu yang tidak dia ketahui.
"Kamu sudah lapor pak RT?" tanya Burhan
"Sudah kemarin, bahkan sudah bertemu Sigit di jalan dan dia menunjukkan saya jalan ke rumah ini, membantu membersihkan rumah ini sampai malam, makanya Sigit pulang malam kemarin" jawab Dimas dengan nada tenang.
Dimas sama sekali tidak terlihat gugup bahkan tetap merapikan piring bekas makannya dengan tenang, tapi tidak menawarkan makan pada Burhan yang sama sekali tidak dia sukai.
"Kalau begitu saya permisi, saya pikir kamu adalah pencuri, tapi setelah di pikir pikir, apa yang bisa kamu curi dari rumah ini" ucap Burhan
"Sebelum pulang, perbaiki pintu itu, Sigit memperbaikinya sendiri kemarin, saya tidak mau rumah yang menjadi milik Kenanga di rusak" ucap Dimas datar
"Kalau saya tidak mau memperbaiki pintu itu memangnya kenapa?" tanya Burhan
"Siap siap kamu akan mengalami kesialan sampai kamu meminta maaf pada Kenanga" Jawab Dimas dengan nada dingin tapi matanya di penuhi sorot kemarahan.
"Sabar Dimas, Dimas kan masih belum sepenuhnya sembuh dari pengaruh pahit lidah itu, jangan sampai.... Eh.. Tunggu dulu, tidak apa apa deh, dia pantas dapat sial karena dia sudah membuat Kenanga tersiksa" ucap Sahara mendukung Dimas
"Cih, Kamu pikir kamu ini siapa? Saya ini tangan kanan juragan Wisnu, orang paling kaya di kampung ini!" sombong Burhan
"Terserah kalau kamu tidak percaya, tapi jangan salahkan saya kalau setelah menginjak tanah dan keluar dari rumah panggung ini, kesialan itu akan segera di mulai!" sinis Dimas membuat Burhan merinding tapi sedetik kemudian dia kembali menatap sinis Dimas sambil berlalu pergi tanpa memperbaiki pintu rumah Kenanga.
"Apa mungkin pahit lidah papa kembali?" tanya Argadana
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab