Setelah mati tertabrak truk, Li Fan bereinkarnasi menjadi seorang kultivator... yang paling tak berbakat. Tapi, ternyata ada sesuatu, sebuah System yang aneh.
"Ingin naik level? Jangan cuma duduk bersila! Pengaruhilah dunia!"
Dari menyebarkan resep tahu gejrot yang viral,menciptakan jasa kurir spiritual, hingga memulai perang informasi melawan sekte-sete tua, Li Fan melakukannya semua. Li Fan bukan pahlawan, dia hanya seorang survivor yang menggunakan pengetahuannya dari dunia modern untuk "menipu" System ini agar memberinya kekuatan.
Sementara para kultivator jagoan sibuk berebut pusaka warisan, Li Fan sibuk memonopoli pasar pil energi dan mendirikan sekte bawah tanah beranggotakan para "sampah" sepertinya. Mereka pikir kultivasi adalah tentang bakat dan warisan? Baginya, ini hanyalah masalah skala pengaruh dan manipulasi pasar!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zruk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19: Angin Perubahan dan Akar yang Berpindah
Kemenangan sensasional Lin Li bagai batu yang dilempar ke kolam tenang Sekte Awan Bergejolak, dan riaknya menyebar jauh lebih luas dari yang diantisipasi Li Fan. Dalam semalam, nama "Pertapa Fan" bukan lagi sekadar julukan untuk ahli eksentrik, tetapi menjadi simbol potensi tersembunyi dan bimbingan yang hampir ajaib.
Konsekuensinya langsung terasa. Keesokan paginya, antrian murid yang mencari "konsultasi"-nya memanjang hingga jauh di luar pintunya. Mereka tidak hanya datang untuk masalah energi yang tidak stabil, tetapi dengan permintaan langsung: "Bimbing aku, Senior Fan! Jadikan aku kuat seperti Lin Li!"
Ini berbahaya. Terlalu banyak perhatian. Terlalu banyak harapan. Dia tidak bisa mengulangi trik Lin Li dengan sembarangan; itu akan membuatnya terbongkar. Sistemnya sempurna untuk menganalisis dan meningkatkan, tetapi tidak untuk menciptakan jenius dalam semalam tanpa sumber daya.
Dia harus mengubah narasinya, dan cepat.
Dia menolak semua permintaan pelatihan langsung. Sebaliknya, dia mengumumkan bahwa bimbingannya kepada Lin Li adalah "kecelakaan kebetulan," sebuah "penyelarasan takdir" yang tidak bisa diulang. Dia kembali menekankan perannya sebagai pengamat energi dan filsuf alam, bukan pelatih.
"Kekuatan sejati," katanya kepada kerumunan yang kecewa, "tidak datang dari meniru orang lain, tetapi dari memahami dirimu sendiri dan dunia di sekitarmu. Temukan aliran Qi-mu sendiri. Kemudian, dan hanya kemudian, kau akan menemukan jalammu."
Ini adalah omong kosong yang terdalam, tetapi diucapkan dengan kewibawaan yang cukup, itu berhasil meredam sebagian besar antusiasme. Murid-murid itu pergi, sedikit kecewa, tetapi setidaknya dia tidak lagi dikepung.
Namun, perhatian tingkat tinggi tidak semudah itu dihilangkan. Dua hari setelah ujian, seorang utusan dari Elder Hui, salah satu Elder yang bersaing yang pernah tidak sengaja dia bantu eskalasi konfliknya, mengundangnya untuk minum teh.
Pertemuan itu berlangsung di paviliun Elder Hui, sebuah tempat yang jauh lebih mewah daripada kamar Fan. Elder Hui, pria dengan janggut runcing dan mata yang selalu memperhitungkan, menyambutnya dengan hangat.
"Pertapa Fan, prestasimu dengan murid Lin Li sangat luar biasa," puji Elder Hui, menuangkan teh. "Mengubah seorang Kayu Puncak menjadi pejuang yang bisa mengalahkan Perak Atas... itu adalah bakat yang langka."
"Sang murid yang memiliki tekat, Elder," sanggah Fan dengan rendah hati. "Saya hanya membimbingnya."
"Jangan merendahkan dirimu," kata Elder Hui, matanya berbinar. "Di sekte ini, bakat seperti itu sangat berharga. Sangat disayangkan... melihatmu terjebak dalam peran sebagai penasihat spiritual. Dengan bakatmu, kau bisa melakukan hal-hal hebat. Memimpin murid-muridmu sendiri, mungkin."
Sinyalnya jelas. Elder Hui sedang merekrutnya, menawarkan posisi yang lebih tinggi dan lebih banyak pengaruh dalam pertukaran untuk kesetiaan.
Ini adalah persimpangan jalan yang berbahaya. Menolak seorang Elder secara langsung adalah penghinaan. Menerima berarti memilih pihak dan menempatkan dirinya di tengah persaingan antar Elder—persaingan yang sebagian dia ciptakan sendiri.
"Kebaikan Elder sungguh mulia," jawab Fan, membeli waktu. "Namun, jalan saya adalah jalan pengamatan dan pemahaman, bukan komando. Jiwa saya yang tua mungkin tidak cocok dengan tanggung jawab seperti itu."
Elder Hui tersenyum, tapi senyumannya tidak sampai ke matanya. "Pikirkanlah, Pertapa Fan. Sekte ini penuh dengan... peluang... bagi mereka yang tahu cara mengenalinya. Dan juga, bahaya bagi mereka yang berdiri sendiri."
Itu adalah ancaman halus. Bergabunglah, atau kau akan menghadapi konsekuensinya.
Fan kembali ke kamarnya dengan perasaan berat. Dia telah berhasil menghindari massa, tetapi sekarang dia menarik perhatian para pemain tingkat tinggi. Dia terjepit antara Elder Hui, Elder Bao (yang pasti akan marah jika dia bergabung dengan Hui), dan Lu Feng, yang masih menunggu untuk membalas dendam.
Dia butuh ruang untuk bernapas. Dia butuh untuk menghilang, sekali lagi.
Malam itu, saat dia merenungkan dilemanya, sebuah notifikasi sistem muncul, mengingatkannya pada sebuah aset yang belum dimanfaatkan.
[Peringatan: Perhatian dari Entitas Level Tinggi (Elder Hui, Elder Zhao, dll.) mencapai tingkat kritis.]
[Saran: Pertimbangkan untuk mengurangi profil secara drastis atau mengalihkan perhatian.]
Mengalihkan perhatian. Itulah kuncinya.
Dia ingat Lin Li. Gadis itu sekarang adalah selebritas kecil. Apa yang akan dia lakukan selanjutnya? Jika Lin Li melakukan sesuatu yang lebih mengejutkan, atau—lebih baik lagi—jika dia menghilang, perhatian akan beralih darinya.
Rencana mulai terbentuk di pikirannya. Sebuah rencana yang melibatkan "kematian" lainnya, tetapi kali ini, bukan miliknya.
Dia memanggil Lin Li ke kamarnya malam itu. Gadis itu masih bersemangat dari kemenangannya, matanya bersinar dengan rasa syukur.
"Lin Li," kata Fan, suaranya serius. "Kemenanganmu telah membawamu banyak perhatian. Beberapa di antaranya... tidak ramah."
Wajah Lin Li menjadi serius. "Apa yang harus kulakukan, Senior?"
"Jalanmu di sekte ini akan dipenuhi dengan rintangan sekarang," lanjut Fan. "Orang-orang akan iri. Mereka akan menantangmu, mencoba menjatuhkanmu. Atau... mereka akan mencoba merekrutmu, memaksamu untuk memilih pihak."
Lin Li mengangguk, mengerti. Dia telah merasakan tatapan iri dan desas-desus.
"Aku punya proposal," kata Fan, menatapnya langsung. "Sebuah tugas. Sebuah perjalanan. Keluar dari sekte untuk sementara waktu. Ada tempat... Lembah Sunyi. Tempatku dulu tinggal. Energinya kacau, berbahaya, tapi juga penuh dengan peluang bagi mereka yang tahu cara bertahan. Pergi ke sana. Latih dirimu. Tempa jiwa dan tubuhmu dalam kekacauan. Kembalilah ketika kau telah mencapai Perak, atau ketika kau merasa sudah siap."
Dia menawarkan kepadanya peta kasar dan beberapa tips bertahan hidup yang dia pelajari selama tinggal di sana. Itu adalah tugas yang berbahaya, hampir seperti hukuman mati. Tapi bagi Lin Li, yang melihat Fan sebagai mentor yang hampir sempurna, itu adalah ujian, sebuah tantangan untuk membuktikan dirinya.
"Baik, Senior Fan," jawab Lin Li tanpa ragu. "Aku akan pergi. Aku tidak akan mengecewakanmu."
Keesokan harinya, berita menyebar bahwa Lin Li, bintang yang sedang naik daun, telah menerima tugas pengintaian yang berbahaya dan meninggalkan sekte untuk waktu yang tidak ditentukan. Banyak yang menggelengkan kepala, mengira itu adalah pemborosan bakat. Beberapa menuduh Elder yang iri mengirimnya pergi. Perhatian—dan kecurigaan—sebagian besar beralih dari Pertapa Fan kepada para Elder yang bersaing.
[Mengalihkan Perhatian Publik dan Tekanan dengan mengirim Target (Lin Li) pergi. Dampak: Menengah. Poin Pengaruh: +150]
[Total Poin Pengaruh: 3,040]
Dengan Lin Li pergi dan perhatian utama teralihkan, Fan akhirnya punya ruang untuk bernapas. Dia menolak undangan Elder Hui dengan sopan, mengutip keinginan untuk merenung setelah "kehilangan" muridnya. Elder Hui jelas tidak senang, tapi tanpa alasan langsung untuk menyerang, dia mundur—untuk sementara.
Krisis telah dihindari. Tapi Li Fan tahu ini hanya penundaan. Jaring kekuasaan di sekte ini semakin mengetat di sekelilingnya. Dia tidak bisa terus berlari dan bersembunyi.
Dia melihat total poinnya: 3,040 / 100,000. Angka 100.000 itu terasa seperti sebuah gunung yang sangat tinggi untuk didaki. Dia butuh sebuah lompatan besar, sebuah aksi yang akan memberinya banyak poin sekaligus dan, yang terpenting, kekuatan pribadi yang cukup untuk tidak lagi menjadi pion dalam permainan orang lain.
Dia memandang ke arah puncak gunung, ke tempat yang paling terlarang: Aula Elder Inti, tempat para Elder dengan kekuatan Berlian dan mungkin bahkan Estability tinggal. Itu adalah sarang dragon, tempat sumber daya terbaik dan rahasia terdalam disimpan.
Itu adalah target yang mustahil. Tapi baginya, mustahil hanyalah kata lain untuk "peluang". Saatnya untuk merencanakan pencurian yang paling berani.
Kayu (Rendah, Menengah, Atas, Puncak)
Silver (Rendah, Menengah, Atas, Puncak)
Emas (Rendah, Menengah, Atas, Puncak)
Berlian (Rendah, Menengah, Atas, Puncak)
setelah itu ada..
Estability (1,2,3,4,5)
untuk saat ini hanya ini saja yang kira kira penting, dimasa depan akan ku tambahkan lagi seiring berjalannya cerita. terimakasih.