Nara Anjani Sukma berada di situasi harus menikah dengan adik angkat pria yang akan melamarnya. Sakti Pradana tidak menduga ia akan bertukar jodoh dengan kakak angkatnya. Dua karakter bertolak belakang, pertemuan tak terduga dan pernikahan mendadak seperti tahu bulat, drama rumah tangga apa yang akan mereka jalani.
===
“Sudah siap ya, sekarang aku suamimu. Bersiaplah aku buat kamu bahagia jiwa dan raga.” Sakti Pradana.
“Aku penasaran, apa milikmu bisa sesakti namamu.” Nara Anjani Sukma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20. Makan Kamu
Bab 20
“Wah, ini punya mas Sakti. Besar juga ya. Kak Nara, bisa ganti mobil setiap hari,” ucap Weni lalu terkekeh.
“Ngaco kamu.”
Indro memarkirkan mobil dengan rapi, Nara dan Weni keluar dari sana. Menatap sekitar dan Nara setuju dengan Weni kalau tempat itu memang besar. Memasuki lobby showroom, Nara mengangguk dan tersenyum saat pintu dibukakan oleh security.
“Nggak telpon mas Sakti dulu, kak?”
“Tidak usah,” sahut Nara.
Seorang wanita menghampirinya, tampak ramah dengan gaya khas pramuniaga.
“Selamat pagi kak, ada yang bisa kami bantu?”
Nara membaca name tag wanita, Rina. “Pak Sakti ada?”
Wajah Rina yang tadinya tersenyum lebar, perlahan berubah datar. Belum beranjak siang, tapi sudah ada dua wanita yang datang mencari Sakti. Ada masalah apa dan siapa pula wanita ini, pikir Rina.
“Pak Sakti ada. Kakak dari mana?”
“Aku Nara.”
Rina mengernyitkan dahi.
“Istrinya Mas Sakti,” ujar Weni menunjuk Nara di sampingnya.
“Ah, begitu.” Dalam hati Rina mengump4t, seharusnya dia tidak bersikap ramah saja. Namun, kalau diperhatikan dia memang kalau jauh dengan wanita di hadapannya. Sepertinya memang cantik dari lahir, bukan karena make up apalagi oplas.
Terbersit ide gil4 di benak Rina untuk mengantarkan wanita itu ke ruangan Sakti yang sedang bersama sang mantan di ruangan. Semoga saja ada keributan, pikir Rina.
“Saya antar ke atas, bapak di ruangannya,” ujar Rina lalu menunjuk ke arah tangga.
Nara mengekor langkah Rina, begitu juga dengan Weni. Seperti tadi, Weni menunggu di sofa sedangkan Nara memasuki ruangan setelah dipersilahkan oleh Rina.
Penasaran dengan tempat kerja suaminya, tapi Nara dikejutkan dengan keberadaan Sakti dengan seorang wanita.
“Sayang, kamu di sini?” Sakti berdiri lalu mendekat dan ia pun berjalan menghampiri.
Sempat menoleh sekilas, apa wanita itu tidak salah memakai pakaian seperti ke club malam.
“Sepertinya aku datang di waktu yang salah," ucap Nara.
“Ah tidak, waktuku sepenuhnya untuk kamu.” Sakti langsung merangkul Nara.
Rosa berdiri dan menunjuk Nara. “Sakti, dia siapa?”
“Kebetulan sekali. Rosa, wanita ini adalah istriku,” ujar Sakti dengan bangga dan kali ini tangannya berpindah ke pinggang Nara, seakan tidak ingin melepas dan menunjukan kepemilikan.
Jadi ini wanita itu, mantan yang disebut Sakti bajing4n wanita, batin Nara.
Rosa mengernyitkan dahi ia menatap Nara lekat-lekat. Ternyata Sakti sudah menikah. Terkejut, sangat terkejut. Samir tidak menceritakan hal besar ini. Meski hampir terkena serangan jantung, Rosa berusaha untuk tetap tenang.
“Kamu Rosa,” ujar Nara. Ia membalas Sakti dengan memeluk pinggang pria itu, bahkan tubuh mereka begitu rapat. Mengingat nama Rosa terucap saat pagi tadi mereka berbincang.
Sakti mengu-lum senyum, entah Nara melakukan itu karena drama atau apalah. Yang jelas ia suka dengan situasi ini, Nara memeluknya. Awalnya khawatir karena Nara bertemu Rosa, tapi sekarang tidak.
“Rosa mantan istri Samir,” ujar Nara menatap Sakti dan dibalas dengan anggukan. “Pasti mau membeli mobil. Kamu harus kasih dia diskon, bagaimanapun dia pernah menjadi keluarga kamu.”
“Iya, gampang lah itu.” Sakti penasaran ada masalah apa sampai istrinya datang kemari bahkan berbarengan dengan Rosa. Melepas rangkulannya lalu mengusap kepala wanita itu, bahkan menyelipkan helaian rambut yang menutupi dahi ke belakang telinga. Bukan sengaja pamer kemesraan, tapi refleks. Seakan lupa kalau ada orang lain di ruangan itu.
Tubuh mereka berhadapan, Nara langkah memeluk Sakti dengan mengalungkan tangannya di pinggang pria itu.
“Aku lapar,” ujar Nara lirih.
“Bukan menyela, tapi kalian sangat berlebihan. Aku di sini tamu,” seru Rosa karena diabaikan oleh Sakti.
“Ish, kamu gimana sih. Orang masih ada tamu.” Nara memukul manja suaminya.
Sakti terkekeh. Nara tanpa sungkan melangkah menuju kursi Sakti dan duduk di sana. Bersedekap menatap Rosa. Sakti berdiri, ikut bersedekap dan menunggu apa yang akan dilakukan Nara.
Wajah Rosa terlihat pongah, lalu mengibaskan rambutnya.
“Wajah kamu seperti tidak asing,” gumam Nara.
“Tentu saja. Aku ini model. Iklan yang aku lakoni juga banyak,” sahut Rosa dengan sombong.
“Iyakah. Agency mana?” tanya Nara kini malah bersandar.
“One house, tapi sekarang sudah tidak. Tanpa agency sudah banyak tawaran,” ujar Rosa. Padahal dia sedang sepi job. Bahkan iklan yang dimaksud juga bukan iklan popular. Saat ini dia memang sepi job dan Sakti seperti jalan keluar dari masalahnya. Hanya saja ada masalah lain, Sakti sudah menikah.
Nara membuka tasnya dan mengeluarkan kotak kartu nama, dia letakan di atas meja dan menyodorkan pada Rosa. Mengambil kartu itu dengan tatapan sinis. Perlahan raut wajahnya berubah dan dahinya mengernyit.
“Galaksi, Nara Wijaya,” ucap Rosa pelan.
“Mana tahu mau bergabung dengan perusahaan kami, tapi tidak sembarangan juga. Karena akan ada seleksi portofolio,” jelas Nara.
“Kamu … Nara Wijaya?”
“Hm.” Nara menaikan alisnya lalu menatap Sakti. “Panggil asisten kamu, minta layani wanita ini dengan baik. Jangan lupa diskonnya,” ujar Nara, tidak ingin berlama-lama ada Rosa di sana.
“Ayo Ros, aku kenalkan dengan Marko atau sales yang lain.”
Rosa langsung berdiri. “Tidak usah, lain kali saja. Kebetulan aku masih ada acara setelah ini,” tutur Rosa menghampiri Sakti ingin memeluk pria itu, tapi Sakti mundur jelas menolak.
“Nanti aku hubungi lagi,” ujar Rosa. “Kontakmu masih sama?”
Sakti mengedikan bahu. Kontaknya masih sama, tapi kontak Rosa sudah dia blokir.
“Sampai jumpa lagi Rosa, semoga makin banyak job,” ujar Nara dan diabaikan oleh Rosa.
Memastikan Rosa sudah keluar dari ruangan itu dan pintu tertutup. Nara beranjak dari kursi menghampiri Sakti dan mencubit perutnya.
“Aduh, Ra. Sakit.”
“Lupa apa yang aku bilang, jangan macam-macam dengan perempuan lain.”
“Aku nggak macam-macam, nggak tahu juga kenapa bisa ada Rosa kemari. Sumpah Ra, aku sampai dia sudah ada di sini.”
“Pasti senang ketemu mantan terindah kamu itu,” ejek Nara lagi.
“Nggak sayang, aku malah senang kamu kemari."
“Halah, gombal. Kebetulan aja aku kemari. Kalau nggak, kalian pasti sudah ketawa ketiwi.”
Sakti menempati kursi kerjanya, lalu menarik Nara agar duduk dipangkuannya.
“Sakti, lepas!”
“Aku ajak Rosa bicara di sini, agar keributan kami tidak menjadi konsumsi karyawan aku.”
“Ish, Sakti lepas.”
Tangan Sakti mengalung erat di pinggang Nara, malah membenamkan wajah di perut istrinya.
“Hati-hati dengan Rosa,” ujar Nara, tidak lagi berontak. Percuma juga dia melawan kera sakti. Malah mengusap kepala suaminya. “Juga karyawan kamu di bawah, siapa tadi namanya. Ah, iya, Rina.”
“Kenapa dengan Rina?” tanya Sakti mengangkat wajahnya dan beradu tatap dengan Nara.
“Sepertinya dia sengaja mempertemukan aku dengan Rosa. Jangan-jangan dia suka juga dengan kamu.” Nara menunjuk dahi Sakti.
“Hah, perasaan kamu aja.” Padahal dalam hati, Sakti mengump4t dari mana istrinya tahu masalah itu. Luar biasa juga perasaan perempuan.
“Aku lapar.”
“Aku juga, makan kamu ya,” ucap Sakti lalu menaik turunkan alisnya.
“Mesum.”
ada aja bahasa lo sak, kalau kata nara mah lebay tapi dia demen mesam mesem sendiri😂😂
heran orang ko ribet banget ya biarin aja toh mereka ini yang nikah. situ kalau iri ya tinggal nikah nih sellir nganggur 😂😂
gayanya ngentol abis ra ehhhhhh demen juga kan di sekop sekop kerasakti🤭🤣🤣🤣🤣
bakal gimana itu keseruannya???