NovelToon NovelToon
Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Tuan Valente Dan Tawanan Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Obsesi / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pelakor jahat
Popularitas:959
Nilai: 5
Nama Author: Miss Saskya

"Pasar tidak mengenal itu, hutang tetaplah hutang"

"Kalau anda manusia, beri kami sedikit waktu"

"Kau terlalu berani Signorina Ricci"

"Aku bukan mainan mu"

"Aku yang punya kendali atas dirimu"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Saskya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hidup Aurora

Lampu gantung kristal di langit-langit ruangan kerja Kairos berkilau lembut, memantulkan cahaya ke dinding marmer hitam.

Suasana ruangan itu rapi, berkelas, namun dingin. Di balik meja kerjanya yang besar, Kairos duduk dengan postur tenang.

Setelan hitamnya tertata sempurna, jemarinya mengetuk ringan permukaan kayu, seperti sedang menimbang sesuatu.

Di sudut ruangan terdapat sebuah lemari besar dari kayu mahoni gelap, tampak biasa saja bagi orang awam.

Namun, dengan satu sentuhan pada ukiran singa di pintunya, lemari itu berputar pelan, mengungkap sebuah ruangan tersembunyi di baliknya.

Ruangan pribadi itu berkonsep minimalis, temaram, hanya ada kursi kulit hitam dan meja bundar kecil dengan segelas anggur yang belum tersentuh.

Hari ini, seorang pria yaitu adiknya sendiri, Samuel Valente duduk disebuah kursi yang ada diruangan itu.

Kairos duduk berhadapan dengan adiknya. "Apa yang kau dapatkan?."

“Sejak kecil, Aurora sudah terbiasa sendirian. Gabriel tidak pernah mengajaknya bicara dengan lembut. Bahkan di meja makan, gadis itu sering dibiarkan menunggu sampai semua selesai baru ia boleh makan. Kau tahu betapa menyakitkan duduk di kursi keluarga, tapi merasa seolah bukan bagian dari mereka?”

Kairos diam, hanya sorot matanya yang mengeras.

“Ketika ia tumbuh remaja, keadaannya makin buruk. Setiap kesalahan kecil, sekadar gelas pecah, pulang terlambat, atau nilai sekolah yang tak sesuai harapan, dibayar dengan tamparan, tendangan, bahkan cambukan. Luka-luka itu sering terlihat jelas, biru di lengannya, lebam di punggungnya."

" Tapi Aurora, dia menutupi semua dengan seragam lengan panjang. Dia bilang jatuh, dia bilang tak sengaja. Padahal kenyataannya, setiap malam ia harus menahan sakit di balik pintu kamarnya sendiri.”

Pria itu melanjutkan.

“Well, dulu semasa SMA dia punya pacar yang tahu semua apa yang dialami Aurora. Tapi karena cuman anak remaja laki-laki yang dibesarkan oleh single mom, dia gak bisa berbuat banyak."

Kairos menggerakkan rahangnya perlahan, matanya tajam seperti hendak menusuk dinding. Ia tidak berkata apa pun, tapi ekspresi dinginnya menyingkap sesuatu—bukan sekadar amarah, melainkan ketertarikan yang dalam.

Pria itu menambahkan lirih, “Aurora tumbuh dengan luka yang tak terlihat. Ia belajar diam, belajar menerima, karena bagi gadis itu… melawan sama saja dengan membuat luka baru. Setiap hari baginya hanyalah pertarungan untuk bertahan hidup.”

"Kemana pacarnya sekarang?" Tanya Kairos yang sebenarnya tidak penting.

Samuel mendengus. "Aku sudah mencari informasi dengan mengerahkan anak buahku, kenapa yang kau tanyakan malah itu?"

"Tinggal jawab aja sih." Balas Kairos.

Samuel menghela napas berat, "Dia sudah menikah dengan gadis lain, jodoh memang tidak bisa di tebak."

Ia menatap kakaknya dengan sorot mata yang penuh keraguan.

“Aku masih ingat hari itu, Kai. Saat kau membawa Aurora dengan cara yang kasar. Dia meronta, Aku tidak pernah setuju dengan itu sejak awal.”

Kairos menoleh perlahan, tatapannya menusuk seperti pisau. Smirk samar muncul di sudut bibirnya.

“Kau pikir aku menikmatinya, Sam? dia yang terlalu berani melawanku, kau tidak tahu kejadian sebelumnya."

Tangannya meraih gelas anggur di meja, memutarnya perlahan tanpa benar-benar meminumnya. Kairos terdiam sesaat, suaranya rendah tapi sarat tekanan.

“Siapa sangka ternyata kendaliku adalah perlindungan. Aku akan menariknya masuk ke dalam lingkaranku. Aurora sudah lama dibuang oleh keluarganya, Sam."

Samuel mengepalkan tangannya, jelas gusar.

“Jalur yang kau tentukan, Kairos. Bukan yang dia mau.”

Kairos hanya tersenyum tipis, lalu menegakkan tubuh kembali. Jemarinya mengetuk pelan meja bundar, dentingannya memecah hening.

“Pada akhirnya, kau akan lihat. Setiap luka Aurora hanya membuatnya lebih mudah mendengar suaraku, secara perlahan. Orang lain meninggalkannya. Aku tidak. Itu perbedaan yang tidak bisa kau bantah.”

Samuel menggeleng perlahan, ada getir di matanya.

“Aku hanya takut suatu hari kau sadar dan saat semua itu tiba semuanya terlambat."

Kairos tidak menjawab. Ia hanya berdiri, menatap keluar jendela kaca besar. Punggung tegapnya terlihat seperti sosok yang tak tergoyahkan.

Tapi di balik sorot matanya, ada rencana yang tak seorang pun, bahkan adiknya, bisa benar-benar baca.

"Aku sudah menyusun berbagai rencana hingga menciptakan jalan sendiri agar bisa bertemu langsung dengan gadis itu. Semua akan berjalan seperti yang aku inginkan."

tbc🐼

1
lollipop_lolly
🥰
lollipop_lolly
gimana mansion keluarga Lendro Valente guyss?☺️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!