NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Manipulasi

Kamar tamu di lantai satu rumah besar keluarga Samudra terasa asing dan dingin bagi Luna. Ruangan yang biasanya hanya digunakan untuk menerima tamu sesekali kini menjadi tempat pelarian setelah pertengkaran sengit dengan suami. Tempat tidur yang keras, seprai putih yang kaku, dan bantal tipis yang tidak nyaman, semuanya sangat kontras dengan kamar utama mewah yang biasa ditempatinya.

Luna duduk di tepi tempat tidur dengan masih mengenakan dress merah maroon yang kusut. Rambutnya yang tadinya rapi kini berantakan, mata sembab karena menangis, dan makeup yang luntur membuat wajahnya terlihat seperti topeng yang hancur. Di tangannya, ponsel terbaru bergetar tanpa henti, puluhan panggilan tak terjawab dan pesan dari Arjuna yang semakin tidak sabar.

Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul 11:45 malam ketika ponsel itu berdering lagi. Nama My Love muncul di layar, nama kontak Arjuna yang disimpan dengan penuh kasih sayang. Luna menatap layar dengan mata yang masih berair, ragu untuk mengangkat. Dia tahu Arjuna pasti akan bertanya tentang uang 500 juta, sementara rencana mereka sudah berantakan total.

Dering ketiga, Luna akhirnya mengangkat dengan suara serak. "Halo."

"Akhirnya kamu angkat juga!" suara Arjuna terdengar kesal dari seberang sana. "Dari tadi aku telepon kenapa tidak diangkat-angkat? Kamu di mana?"

"Aku... aku lagi di kamar tamu," jawab Luna dengan suara yang bergetar. Background suara terdengar musik club yang menghentak, Arjuna sepertinya sedang di tempat hiburan malam.

"Kamar tamu?" nada Arjuna langsung berubah penasaran. "Kenapa? Bukannya kamu tidur di kamar utama sama suami?"

Luna merasakan air mata mulai mengalir lagi. "Kami... kami berantem, Jun."

"Berantem?" Arjuna sepertinya menjauh dari kebisingan musik. Suara di latar belakang mulai reda. "Gara-gara apa? Jangan bilang gara-gara uang 500 juta itu."

"Bukan... bukan gara-gara uang," Luna mengusap hidung yang meler dengan punggung tangan. "Tapi gara-gara dia lebih perhatian sama Senja daripada sama aku."

"Senja? Siapa itu Senja?" tanya Arjuna, meski dia sebenarnya sudah tahu dari cerita-cerita Luna sebelumnya.

"Adik tiriku yang jadi asisten rumah tangga di sini," jawab Luna dengan nada pahit. "Tadi dia kecelakaan, terus Samudra bawa ke rumah sakit. Mereka pulang malem banget, terus aku marah. Samudra malah membela dia dan nyalahin aku."

Arjuna terdiam sejenak, otaknya yang cerdik langsung menganalisis situasi. "Lalu kamu ngapain?"

"Aku... aku tuduh mereka selingkuh," bisik Luna dengan malu.

"KAMU APA?" teriak Arjuna dengan suara yang sangat keras, membuat Luna menjauhkan ponsel dari telinga. "Luna, kamu gila ya?"

"Jun, kenapa kamu teriak-teriak? Aku kan cuma..."

"CUMA?" Arjuna masih berteriak dengan nada yang sangat marah. "Kamu bodoh banget sih! Masa tuduh suami selingkuh gara-gara dia nganter adik iparnya ke rumah sakit? Itu kan wajar!"

Luna terkejut dengan reaksi Arjuna yang sangat keras. Biasanya pria itu selalu lembut dan pengertian padanya. "Tapi Jun, kamu tidak lihat gimana dia lebih perhatian sama Senja daripada sama aku..."

"Terus kenapa?" potong Arjuna dengan nada yang sarkastik. "Emang salah kalau dia perhatian sama orang lain? Kamu sendiri kan perhatiannya lebih banyak sama aku daripada sama dia!"

Kalimat itu membuat Luna terdiam. Arjuna benar, selama ini dia memang lebih fokus pada hubungan gelapnya daripada pada pernikahan dengan Samudra.

"Kamu tahu tidak," lanjut Arjuna dengan nada yang semakin dingin, "tindakan kamu tadi malam ini sudah ngerusak semua rencana kita! Sekarang Samudra pasti curiga dan tidak akan mau kasih uang 500 juta itu!"

"Jun, maafin aku," Luna mulai terisak. "Aku tidak mikir..."

"Memang! Kamu tidak mikir!" bentak Arjuna lagi. "Kamu cuma mikirin ego kamu sendiri! Padahal kita sudah susah-susah bikin rencana demi masa depan kita!"

Luna menangis semakin keras mendengar bentakan Arjuna. Pria yang dicintainya itu tidak pernah semarah ini padanya. "Jun, please jangan marah sama aku. Aku sudah menyesal."

"Menyesal doang tidak cukup!" Arjuna berjalan bolak-balik, memegang segelas whisky sambil memikirkan strategi baru. "Sekarang gimana cara kita dapetin uang itu?"

"Aku... aku tidak tahu," bisik Luna dengan putus asa.

"Luna," suara Arjuna tiba-tiba berubah menjadi sangat serius dan dingin. "Aku mau tanya sesuatu, dan kamu harus jujur."

"Apa, Jun?"

"Kamu masih cinta sama Samudra, ya?"

Pertanyaan itu seperti petir di telinga Luna. "Hah? Jun, kamu ngomong apa sih? Tentu saja tidak!"

"Bohong!" tuduh Arjuna dengan nada yang tajam. "Kalau kamu tidak cinta sama dia, kenapa kamu cemburu lihat dia perhatian sama cewek lain?"

"Aku tidak cemburu!" bantah Luna dengan keras. "Aku cuma..."

"Cuma apa?" desak Arjuna. "Cuma kesal karena suami yang kamu cintai lebih perhatian sama cewek lain?"

"BUKAN!" teriak Luna sambil bangkit dari tempat tidur. "Jun, kenapa kamu tuduh aku begitu? Aku cinta sama kamu, bukan sama Samudra!"

"Kalau memang begitu," kata Arjuna dengan nada yang mulai tenang tapi masih tajam, "buktikan."

"Buktikan gimana?" tanya Luna dengan suara yang bergetar.

"Minta maaf sama Samudra. Akuin kalau kamu salah tuduh dia selingkuh. Terus bujuk dia buat kasih uang 500 juta itu."

Luna terdiam. Harga dirinya memberontak untuk meminta maaf pada Samudra, apalagi setelah pertengkaran hebat tadi malam.

"Aku... aku tidak bisa, Jun," bisiknya lemah. "Setelah yang terjadi tadi, dia pasti tidak mau ngomong sama aku."

"Pasti bisa!" desak Arjuna. "Kamu kan istrinya! Kamu punya cara untuk bujuk dia!"

"Cara apa?" Luna benar-benar bingung. Hubungan dengan Samudra sudah sedingin es, bahkan sebelum pertengkaran malam ini.

Arjuna terdiam sejenak, kemudian tersenyum licik meski Luna tidak bisa melihatnya. "Sederhana. Kamu setuju aja sama syaratnya."

"Syarat apa?" tanya Luna, meski dalam hatinya sudah tahu jawabannya.

"Punya anak," jawab Arjuna dengan santai seolah membicarakan cuaca. "Kamu setuju hamil anak dia, terus dia kasih uang 500 juta."

"TIDAK!" teriak Luna refleks. "Jun, aku sudah bilang berkali-kali, aku tidak mau hamil! Apalagi hamil anak dia!"

"Kenapa?" tanya Arjuna dengan nada yang dibuat-buat polos. "Emang kenapa kalau hamil anak dia? Kalau kamu memang tidak cinta sama dia, seharusnya tidak masalah kan?"

Luna terjebak dalam logika Arjuna. Kalau dia menolak hamil anak Samudra, bisa dianggap karena dia masih punya perasaan pada suaminya.

"Bukan karena itu, Jun," jawab Luna dengan nada frustrasi. "Aku kan sudah bilang, aku tidak mau tubuh aku rusak gara-gara hamil dan melahirkan."

"Oh, jadi kamu lebih milih tubuh kamu daripada masa depan kita?" tanya Arjuna dengan nada yang semakin dingin.

"Bukan begitu..."

"Terus begitu gimana?" potong Arjuna. "Luna, dengerin aku baik-baik. Ini kesempatan terakhir kita untuk dapetin modal usaha. Kalau kamu tidak mau, berarti kamu tidak serius sama hubungan kita."

Ancaman terselubung itu membuat jantung Luna berdebar kencang. Dia sangat takut kehilangan Arjuna, satu-satunya pria yang pernah membuatnya merasa dicintai.

"Jun, jangan bilang begitu," bisik Luna dengan suara yang bergetar. "Kamu tahu aku cinta banget sama kamu."

"Kalau memang cinta," kata Arjuna sambil minum whisky-nya, "buktikan. Lakukan pengorbanan untuk cinta kita."

"Tapi Jun..." Luna duduk kembali di tepi tempat tidur dengan kepala tertunduk. "Aku benar-benar tidak mau hamil."

"Sayang," tiba-tiba nada Arjuna berubah menjadi sangat lembut dan merayu. "Ini cuma sementara. Setelah anak lahir, kamu bisa bercerai dan menikah. Uang 500 juta itu bisa jadi modal usaha kita, plus kamu dapat hak asuh anak yang bisa jadi jaminan tunjangan seumur hidup dari keluarga Samudra."

"Tapi aku harus mengandung selama sembilan bulan," keluh Luna dengan nada yang sangat sedih.

"Sayang, sembilan bulan itu cuma sebentar dibandingkan dengan kebahagiaan seumur hidup kita," rayu Arjuna dengan suara yang sangat meyakinkan. "Lagipula, kamu akan hamil anak yang akan hidup berkecukupan. Itu kan tidak sia-sia."

Luna terdiam lama, pikirannya berkecamuk. Di satu sisi, dia sangat tidak mau hamil. Tapi di sisi lain, dia sangat takut kehilangan Arjuna.

"Dan satu lagi," tambah Arjuna dengan nada yang semakin merayu, "kalau kamu mau melakukan ini, aku akan yakin kalau kamu benar-benar tidak cinta sama Samudra. Karena cewek yang masih cinta sama cowok tidak akan mau tidur sama cowok itu demi cowok lain."

Logika terbalik Arjuna itu akhirnya mematahkan pertahanan Luna. Dia tidak mau dianggap masih mencintai Samudra.

"Baiklah," bisik Luna dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Apa? Aku tidak dengar," kata Arjuna, meski sebenarnya dia mendengar jelas.

"Aku bilang baiklah," ulang Luna dengan suara yang lebih keras tapi penuh penyesalan. "Aku akan coba bujuk Samudra lagi. Aku akan setuju punya anak."

"Good girl!" seru Arjuna dengan nada yang sangat senang. "Aku tahu kamu pasti bisa. Aku sayang banget sama kamu, Luna."

Kata-kata sayang itu membuat hati Luna sedikit menghangat meski masih ada penyesalan besar di dadanya.

"Tapi Jun," kata Luna dengan nada khawatir, "gimana kalau Samudra masih marah dan tidak mau ngomong sama aku?"

"Pasti mau," jawab Arjuna dengan yakin. "Cowok seperti Samudra itu mudah diluluhkan kalau cewek minta maaf dengan cara yang tepat. Kamu pakai baju yang seksi, nangis dikit, bilang kamu menyesal. Pasti dia luluh."

"Terus kalau dia tetap tidak mau kasih uang?"

"Makanya kamu harus pinter-pinter ngomong," jawab Arjuna sambil memikirkan strategi. "Bilang aja kamu sudah siap punya anak, terus minta uang buat persiapan. Bilang buat renovasi kamar bayi, beli perlengkapan bayi, biaya dokter kandungan, dan lain-lain."

Luna mengangguk meski Arjuna tidak bisa melihat. "Oke, aku akan coba besok pagi."

"Bagus," kata Arjuna dengan puas. "Dan Luna, satu hal lagi. Jangan sampai kamu bilang ke Samudra tentang rencana kita. Biarkan dia mikir kalau kamu benar-benar mau jadi istri dan ibu yang baik."

"Iya, aku mengerti."

"Aku tunggu kabar baik dari kamu ya, sayang," kata Arjuna dengan nada yang hangat. "Kalau berhasil, besok malam kita rayakan di apartemen."

"Baik, Jun. Aku sayang sama kamu."

"Aku juga sayang sama kamu. Good night, baby."

"Good night."

Luna mematikan telepon dengan perasaan yang sangat berat. Dia menatap layar ponsel yang gelap sambil memikirkan konsekuensi dari keputusan yang baru saja diambilnya. Hamil anak Samudra, pria yang sudah tidak dicintainya demi mendapatkan uang untuk masa depan bersama Arjuna.

Dia berbaring di tempat tidur yang keras sambil memeluk bantal tipis. Air mata mengalir lagi, kali ini bukan karena marah atau kecewa, tapi karena harus mengorbankan sesuatu yang sangat tidak diinginkannya.

"Demi cinta," bisiknya pada kegelapan kamar tamu. "Aku harus melakukan ini demi cinta."

1
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
Ariany Sudjana
saya sih ga menyalahkan kalau sampai samudra dekat sama senja. lha punya istri, tapi istri ga pernah memperhatikan dan mengurus suami, apalagi pas suami lagi sakit. Luna malah sibuk dengan selingkuhannya.
Ariany Sudjana
apa Luna punya selingkuhan? sehingga begitu dingin sama samudra, suaminya sendiri.
Ariany Sudjana
di rumah ga ada cctv? sampai samudra begitu percaya sama Luna
Ariany Sudjana
samudra jangan percaya begitu saja sama Luna, senja sampai pingsan karena ulah Luna, si nenek lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!