NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 Bunda Tau

Baru saja sampai didepan pintu rumah, Meldy melihat ada sebuah mobil memasuki perkarangan rumah. Dilihatnya siapa orang yang turun dari mobil itu, dan ternyata itu adalah bunda Kanaya.

Turun dan mobil dan membawa beberapa paper bag ditangan nya.

"Hai sayang, baru pulang sekolah ya?." Tanya bunda Kanaya lalu cipika-cipiki dengan menantu nya itu.

"Iya bunda." Meldy mengangguk.

"Danial mana? Kalian nggak pulang bareng?." Tanya bunda Kanaya.

"Nggak bun, eee tadi kak Danial katanya ada perlu. Ayo kita masuk bun." Bunda Kanaya mengikuti langkah Meldy masuk kedalam rumah. "Bunda mau minum apa?." Tanya Meldy begitu mempersilahkan ibu mertua nya itu untuk duduk.

"Apa aja sayang."

"Kalau gitu bunda tunggu sebentar ya, Meldy ambilkan minum dulu."

"Iya nak."

"Maaf ya bun, cuma ada ini doang. Meldy belum sempat belanja." Ucap Meldy, membawakan minuman dan beberapa cemilan yang dia temukan didalam kulkas.

"Nggak apa-apa, ayo duduk disamping bunda." Bunda Kanaya menepuk sofa disampingnya.

"Gimana sayang? Danial nggak aneh-aneh kan sama kamu?." Tanya bunda Kanaya kemudian.

"Ng-nggak kok bun, kak Danial baik." Tak mungkin kan Meldy jawab jujur kalau dia sering ribut sama Danial.

Bunda Kanaya tersenyum. Senyuman yang menurut Meldy susah diartikan. "Meldy, bunda tau nak kalau kalian nggak tidur satu kamar dan malah sering ribut setiap hari." Perkataan bunda Kanaya sontak membuat Meldy kaget, dari mana bunda Kanaya tau.

"Nggak apa-apa kok sayang, bunda paham." Bunda Kanaya meletakkan telapak tangan nya diatas punggung tangan Meldy. "Bunda paham kalian menikah tanpa cinta. Itu wajar kok."

"Kok bunda tau?." Tanya Meldy tagu, takut ibu mertua nya itu akan marah.

"Nggak perlu tau, bunda tau dari mana. Yang penting, lain kali jangan bohong ya sayang. Bunda nggak marah kok, bunda paham. Perlahan aja ya.."

"Maafin Meldy ya bun." Meldy menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Kok minta maaf sih, kamu nggak salah, Danial juga nggak salah. Hanya waktu nya aja yang belum tepat."

"Bundaaaa." Merasa terharu karena memiliki mertua sebaik bunda Kanaya, Meldy langsung memeluk bunda Kanaya.

"Yang sabar ya nak, kadang takdir rasanya memang nggak adil. Tapi percayalah, ada hikmah besar dibalik ini semua." Bunda Kanaya membelai rambut Meldy.

"Terimakasih ya, karena bunda udah ngertiin posisi Meldy." Ucap Meldy begitu mengurai pelukan mereka.

"Sama-sama sayang. Udah ah sedih-sedih nya." Bunda Kanaya mengusap air mata Meldy.

"Tadi bunda sama Dea jalan-jalan ke mall, dan ini buat kamu sayang." Bunda Kanaya memberikan paper bag yang tadi dia bawa.

"Untuk Meldy bun?." Tanya Meldy menerima paper bag itu.

"Iya dong, nggak mungkin kan Danial pake dress kayak gitu."

"Padahal baju Meldy masih banyak loh bun, yang dikamar juga masih banyak yang belum Meldy pakai."

"Gimana? Yang dikamar itu sesuai nggak ukuran nya sama kamu?."

"Sesuai bun. Jangan bilang itu semua bunda yang siapin?."

"Menurut kamu? Nggak mungkin Danial yang nyiapin itu, kalau dia mah mana kepikiran sampai kesana. Itu bunda sama Dea yang nyiapin."

Meldy baru ngeh, pantas saja bunda Kanaya tau kalau dia nggak satu kamar dengan Danial. Orang yang nyiapin baju dan segala perintilan dikamar nya saja bunda Kanaya.

Saat asik ngobrol, terdengar suara motor dari luar rumah. Dan sudah dipastikan itu adalah Danial.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam." Jawab Meldy dan bunda Kanaya bersamaan.

"Bunda udah lama?." Tanya Danial, lalu menyalami bunda Kanaya.

"Nggak kok, belum lama. Baru ngobrol sebentar sama Meldy. Kamu kenapa baru pulang?."

"Tadi latihan basket dulu bun sama anak-anak." Danial merebahkan tubuhnya disamping bunda Kanaya. Jadilah sekarang posisi bunda Kanaya diapit oleh pasangan suami istri itu.

"Kamu tuh lain kali kalau mau kemana-mana itu pastiin dulu istrinya selamat sampai dirumah atau belum." Tegur bunda Kanaya.

"Meldy pulang sama Pijar kok bun, pasti nggak akan kenapa-napa lah."

"Ya tetap aja Danial, kamu harus pastiin dulu istri kamu."

"Danial udah nawarin untuk berangkat sama pulang sekolah bareng, dianya aja yang nggak mau."

"Nggak mau lah, yang ada kalau Meldy berangkat sekolah bareng kak Danial, Meldy malah jadi bulan-bulanan fans kak Danial itu bun." Ucap Meldy, tak mau dirinya yang terkesan disalahkan oleh Danial.

"Namanya juga orang ganteng, ya pasti banyak yang ngejar lah."

"Hiih, ganteng dari mana coba." Baru saja tadi Meldy menutupi dari bunda Kanaya kalau hubungan nya dengan Danial aman-aman saja, eh sekarang malah ribut didepan orang nya langsung.

"Ganteng dari rahim bunda lah. Ya nggak bun?." Danial meminta pembelaan dari bunda Kanaya.

"Bunda nggak mau ikut campur, mending bunda bantuin Siska masak." Bunda Kanaya berdiri dari sofa, lalu menuju kearah dapur. Disana mbak Siska sedang menyiapkan makan siang untuk mereka.

"Lo sih, ngajak ribut mulu. Gue belum puas tau ngobrol sama bunda." Meldy malah menyalahkan Danial.

"Sehat lo? Kenapa malah nyalahin gue. Bunda nya aja kali yang bosan ngobrol sama lo, nggak asik." Ledek Danial.

"Lo tuh yang nggak asik. Sok keren tau nggak."

"Lah emang gue keren. Seharusnya tuh ya, lo bersyukur bisa nikah sama gue. Banyak tau yang mau jadi pacar gue."

"Bersyukur? Yang ada musibah gue nikah sama lo. Udah jelek, sok cool, nggak menghargai pemberian orang lagi. Apa salahnya lo terima aja tadi kue pemberian cewek tadi yang disekolah. Ini malah dibuang, dosa tau." Meldy rasanya masih kesal dengan perbuatan Danial tadi disekolah yang membuang kue pemberian Gadis.

"Dia kan ngasih kuenya buat gue, ya terserah gue dong mau gue apain tuh kue. Apa urusannya sama lo coba?."

"Tau ah gelap. Mending gue ganti baju trus nolongin bunda sama mbak Siska masak. Ladenin lo terus yang ada gue bisa gila tau nggak." Meldy mengambil tasnya, memukul Danial dengan tasnya itu lalu naik kelantai dua dimana kamarnya berada.

Setelah berganti pakaian, Meldy bergabung didapur tapi ternyata masakannya telah selesai dihidangkan dimeja makan. "Yaaah, Meldy telat ya. Padahal mau bantuin bunda sama mbak Siska masak."

"Nggak apa-apa sayang, lagian masaknya nggak banyak kok."

"Seharusnya Meldy yang masak untuk bunda, lah ini malah kebalik."

"Lain kali deh, Meldy masak khusus buat bunda." Bunda Kanaya mengambil posisi duduknya. "Panggil suami kamu gih, kita makan siang bareng." Ucap bunda Kanaya.

Menuruni apa yang diperintahkan bunda Kanaya, Meldy kembali menaiki lantai dua untuk memanggil Danial.

Tok

Tok

Tok

"Kak Danial, makan."

"Kak Danial ditungguin bunda loh di bawah."

"Kak Danial, yuhuuu.... ada orang didalam?." Meldy terus mengetuk pintu kamar Danial, tapi pintu tak kunjung dibukakan.

"Apa jangan-jangan dia bunuh diri kali ya, karena kebanyakan fans." Meldy menempelkan kuping nya kedaun pintu, dan.... ceklek.... pintu terbuka dari dalam.

Karena posisi tubuh nya yang tak seimbang Meldy malah terhuyung kedalam kamar Danial dan untung saja tak sampai jatuh karena tubuh Meldy berhasil disambut oleh Danial.

Netra kedua nya saling bertatapan, beradu pandang selama beberapa detik, sampai kesadaran mereka kembali.

"Lo ngapain?." Tanya Danial.

"Ha? Nggak ada, cuma manggil lo doang disuruh bunda." Ucap Meldy.

"Bohong lo, pasti ngintip kan?."

"Pede amat lo, apa untung nya coba gue ngintipin lo?."

"Lah, trus kenapa tadi lo nunduk-nunduk gitu didepan pintu kamar gue kalau nggak mau ngintip?."

"Gue cuma mau mastiin kalau lo nggak bunuh diri."

Pletak....

Satu sentilan kuat mendarat di kening Meldy.

"Aw, sakit bego." Meldy mengusap jidatnya yang terasa sakit.

"Makanya sebelum ngomong tuh mulut disaring dulu, jangan asal jeplak aja."

"Mana tau lo pendek akal."

"Gue belum segila itu untuk bunuh diri, tapi nggak tau ya kedepannya gimana, apalagi punya istri kayak lo." Danial menerobos lalu turun ke lantai bawah.

"Yang ada gue yang gila punya suami kayak lo. "Danial kembali tak memperdulikan ocehan Meldy.

Begitu mereka berkumpul dimeja makan, saat Danial hendak menyendok nasi kedalam piring, dicegah oleh bunda Kanaya. "Meldy, ambilin dong suaminya nasi."

"I iya bun." Meldy mengambil piring yang ada ditangan Danial. "Lauknya mau yang mana kak?." Tanya Meldy.

"Ayam aja."

Setelah melayani suaminya, barulah Meldy mengambil nasi untuk dirinya sendiri. Bunda Kanaya melihat interaksi diantara keduanya. Masih jauh dari kata harmonis.

"Mudah-mudahan suatu saat rasa cinta itu muncul dihati kalian." Batin bunda Kanaya menatap anak dan menantunya secara bergantian.

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!