NovelToon NovelToon
Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Agent Khusus Yang Diceraikan Istrinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Anak Lelaki/Pria Miskin / Penyelamat
Popularitas:617
Nilai: 5
Nama Author: Khusus Game

Yansya diceraikan istrinya karena dia miskin. Setelah menjadi agent khusus, akankah hidupnya berubah menjadi lebih baik? atau menjadi semakin buruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Latih Tanding Tim Rose Vs Tim Predator

Lisa menatapnya lekat. Ada seulas senyum halus di bibirnya, seolah ia menikmati ekspresi terkejut Yansya. Lisa memang sengaja merahasiakan hubungannya dengan sang Kepala Direktur demi menjaga profesionalisme di kantor. Hal ini membuat Yansya memahami betapa Lisa menjaga batasan antara urusan pribadi dan pekerjaan, sebuah sifat yang semakin membuatnya mengagumi wanita itu.

Kemudian, Lisa melanjutkan perkataannya. Ia menyinggung tentang tawaran latihan tanding yang tadi mereka bicarakan. "Jadi, bagaimana dengan tawaran latihan tanding Tim Rose melawan Tim Predator?" tanyanya, suaranya terdengar menggoda. "Apa Ketua Tim Yansya takut timnya kalah dari Tim Rose?"

Mendengar tantangan itu, Yansya langsung tersenyum geli. "Takut?" Yansya terkekeh pelan. "Nona Lisa meremehkan Tim Predator, karena kami tidak pernah takut pada siapa pun, apalagi tim yang baru berganti nama. Besok pagi, lapangan latihan utama akan menjadi saksi bisu kehebatan Tim Predator." Ia berkata penuh percaya diri, matanya memancarkan semangat kompetisi.

Lisa memutar bola matanya. Sebuah lekuk senyum tipis terukir di bibirnya, karena ia tahu Yansya tidak pernah main-main dengan ucapannya, apalagi jika itu menyangkut harga diri dan kompetisi. "Baiklah, kalau begitu," balasnya. Nada suaranya sedikit lebih serius namun tetap diselingi geli. "Aku akan memastikan Tim Rose siap memberikan perlawanan yang tak terduga."

Tatapan mereka bertemu sesaat, memancarkan percikan antusiasme yang sama, seolah membayangkan strategi yang akan mereka terapkan di lapangan esok hari. Mereka berdua tahu bahwa ini bukan hanya sekadar latihan biasa, tetapi juga ajang pembuktian diri, terutama bagi Yansya yang baru saja dilantik sebagai ketua tim. Setelah itu, Yansya mengantar Lisa hingga ke depan pintu apartemennya, saling mengucapkan selamat malam dengan janji akan bertemu lagi di lapangan.

Keesokan paginya, semangat kompetisi telah membakar Yansya dan Lisa. Setelah mempersiapkan diri dan memastikan semua perlengkapan tim dalam kondisi prima, mereka berdua segera menuju lapangan latihan utama.

Di sana, Tim Predator sudah berkumpul. Raut wajah mereka menunjukkan kesiapan dan kepercayaan diri penuh. Tidak lama kemudian, Tim Rose juga tiba, dipimpin oleh Lisa yang memancarkan aura ketegasan, siap menghadapi tantangan yang ada.

Yansya dan Lisa bertukar pandang sejenak. Sebuah senyum penuh keyakinan terukir di wajah Yansya, karena ia tahu bahwa ini bukan hanya sekadar latihan tanding biasa, melainkan ajang pembuktian diri bagi kedua tim, terutama untuk dirinya sebagai ketua tim yang baru.

Tak lama setelah kedua tim berkumpul, Kepala Direktur Bram datang ke lapangan. Ia didampingi beberapa ketua tim lainnya yang ingin menyaksikan langsung pertandingan antara Tim Rose dan Tim Predator. Raut wajah Kepala Direktur Bram tampak serius namun penuh antisipasi, karena ia ingin melihat sejauh mana perkembangan kedua tim, terutama Tim Predator yang kini dipimpin oleh Yansya. Kehadiran para petinggi dan ketua tim lainnya ini menambah atmosfer persaingan yang semakin ketat, membuat semua agen merasakan tekanan untuk menampilkan performa terbaik mereka.

Kepala Direktur Bram melangkah maju ke tengah lapangan. Tatapannya menyapu seluruh agen yang hadir, sebelum akhirnya berhenti pada Yansya dan Lisa. "Baiklah, para ketua tim," suaranya menggema tegas, "kita akan segera memulai latihan tanding ini. Ini bukan sekadar simulasi, ini adalah kesempatan kalian untuk menguji batas kemampuan tim dan menunjukkan hasil dari latihan keras kalian."

Yansya membalas tatapan Lisa. Di antara mereka berdua tersimpan sebuah janji tersirat untuk saling mengalahkan, tetapi dalam batas yang profesional. "Aku sudah tidak sabar melihat kejutan apa yang disiapkan Tim Rose, Nona," ujar Yansya pada Lisa, nadanya bercanda namun penuh provokasi. Lisa hanya menyeringai tipis, "Tentu saja, Tuan Ketua Tim, karena kejutan kami mungkin akan membuat Tim Predator terkejut."

Setelah arahan dari Kepala Direktur Bram selesai, sinyal dimulainya latihan tanding pun terdengar, sebuah suara peluit panjang yang memecah kesunyian. Seketika, lapangan latihan yang luas itu berubah menjadi arena penuh ketegangan. Tim Predator dan Tim Rose langsung bergerak, mengambil posisi masing-masing sesuai strategi yang sudah mereka susun. Mata Yansya berbinar-binar, ia melihat Lisa yang sudah bersiap di tengah timnya, dan pertarungan antar ketua tim seolah sudah dimulai bahkan sebelum kontak fisik terjadi.

"Siap, Ketua!" Reno berseru dari sisi kiri Yansya, suaranya penuh antusiasme. "Kami tidak akan mengecewakanmu hari ini." Clara mengangguk setuju dari posisi penembak jitu, memastikan pandangannya tak luput dari setiap pergerakan Tim Rose.

Di sisi lain, David dengan lincahnya mengatur perangkat komunikasinya, sementara Maya sudah menyatu dengan latar belakang, siap melakukan penyamaran kapan pun dibutuhkan. Alex tersenyum lebar, menepuk-nepuk tas perlengkapan peledaknya, seolah tidak sabar untuk beraksi. Mereka semua menunggu perintah dari Yansya, karena Tim Predator kini berada di bawah kepemimpinan Yansya, sang ketua tim baru yang penuh strategi.

Di barisan Tim Rose, Delisa dengan cepat memeriksa perlengkapan penyamarannya. Ia berbisik pada Rio, "Aku tidak sabar melihat wajah Ketua Tim Predator itu kalau kita berhasil membuatnya kewalahan." Rio mendengus geli, jari-jarinya menari di atas layar tabletnya. "Pastikan saja kamu tidak ketahuan oleh Ketua Tim Lisa, karena dia paling tidak suka kalau kita menganggap remeh lawan."

Firmino hanya mengangguk tenang, matanya mengamati setiap pergerakan Tim Predator, sementara Beban, meskipun sedikit merintih karena grogi, tetap mempersiapkan diri dengan serius. Layla tersenyum penuh rahasia, "Tim Rose akan menunjukkan bahwa kami bukan lagi tim terlemah, karena kami punya strategi kejutan yang belum mereka duga."

Tepat setelah peluit kedua berbunyi, menandakan dimulainya serangan, lapangan latihan langsung bergemuruh. Tim Predator bergerak cepat. Alex memimpin unit penyergapan dengan gerak gesit, sementara Clara sudah mengambil posisi di titik strategis untuk memberikan tembakan dukungan.

Di sisi lain, Tim Rose tidak kalah tangkas. Delisa menghilang dalam keramaian, memanfaatkan keahlian penyamarannya yang tak tertandingi. Rio dengan cepat meretas sistem simulasi lawan, mencoba mengacaukan komunikasi Tim Predator. Firmino memberikan arahan kepada Beban dan Layla, memastikan mereka menjaga formasi dan siap untuk setiap kejutan, karena ini adalah pertarungan yang akan menguji batas kemampuan kedua tim.

Yansya segera mengeluarkan perintah melalui komunikatornya. Ia mengarahkan Reno untuk melakukan pergerakan flanking, sementara David memantau setiap sinyal yang muncul dari Tim Rose. "Ingat," suara Yansya terdengar tenang namun tegas, "Jangan biarkan mereka menebak langkah kita, karena setiap pergerakan harus terkoordinasi sempurna."

Di sisi lain lapangan, Lisa juga memberikan instruksi kepada timnya. Ia mengarahkan Delisa untuk menciptakan gangguan di area tengah, sementara Rio bertugas menjaga keamanan data. "Fokus pada titik lemah lawan," Lisa mengingatkan, "Karena kemenangan bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga kecerdikan."

Pertempuran strategis pun dimulai dengan cepat. Reno, dengan analisis data super cepatnya, segera menemukan celah dalam formasi awal Tim Rose, karena ia tahu Tim Rose akan mencoba mengandalkan kecepatan. Alex memimpin serangan pertama, mencoba memancing reaksi dari Beban dan Layla. Sementara itu, Delisa berhasil menyelinap di balik barisan Tim Predator, mencoba melumpuhkan komunikasi mereka dari belakang, tetapi David dengan sigap mendeteksi upaya peretasan itu dan segera mengaktifkan firewall. Clara membidik Rio, menguncinya di bawah tekanan tembakan simulasi, karena ia tidak ingin Rio mengganggu sistem mereka. Lapangan latihan berubah menjadi medan perang taktis, di mana setiap tim berusaha mencari kelemahan lawan.

1
Khusus Game
oke, bantu share k
Glastor Roy
yg bayak tor up ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!