NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Kamu seperti kakakku

Malam semakin larut. Kafe tempat Nadra bekerja sudah tutup sejak satu jam lalu. Namun, aktivitas di dalam masih ramai oleh para karyawan yang sibuk membereskan meja, merapikan kursi, serta mengepel lantai.

Nadra tampak mondar-mandir dari ruang makan ke dapur, memunguti gelas dan piring kotor yang ditinggalkan pelanggan. Tangannya cekatan, namun wajahnya tampak lelah. Sesekali ia menyeka keringat di pelipisnya dengan punggung tangan.

Di pojok ruangan, Arven berdiri memperhatikannya. Berkali-kali ia hendak mendekat, namun langkahnya selalu terhenti. Ia menggigit bibir, matanya ragu. Kejadian beberapa malam lalu bersama Cynthia masih membekas dalam pikirannya, terutama saat melihat Nadra menyaksikan semua itu.

Saat Nadra keluar dari dapur untuk terakhir kalinya, Arven akhirnya memberanikan diri. "Nadra," panggilnya, suara pelan namun tegas.

Nadra menoleh, bibirnya membentuk senyum tipis. Ia menghampiri Arven, berdiri tepat di depannya dengan tangan yang saling menggenggam di depan perut."Aku tahu, kamu mau bicara soal malam itu, kan?" tanyanya lebih dulu, mendahului maksud Arven.

Arven menatapnya, terdiam sesaat.

Nadra melanjutkan. "Aku memang melihat semuanya. Tapi aku nggak marah, kok. Aku juga nggak sakit hati," ucap Nadra lembut.

Mata Arven membulat sedikit, ia tidak menyangka reaksi Nadra akan selapang itu. "Aku cuma selama ini menganggap kamu seperti kakakku sendiri. Orang yang selalu ada saat aku butuh, orang yang peduli, yang perhatian. Tapi bukan, bukan sebagai laki-laki yang aku sukai."

Kata-kata itu menusuk perlahan ke dalam hati Arven. Kedua tangannya yang tergantung di sisi tubuhnya mengepal. Nadra tidak tahu, seberapa besar harapan yang pernah Arven simpan.

Senyum Nadra masih hangat. "Maaf, ya, kalau ternyata aku salah paham sama perhatianmu."

Arven tertawa kecil, getir. "Nggak. Justru aku yang salah paham," gumamnya. Lalu ia menatap Nadra dengan senyum yang tak sampai ke matanya. "Tapi terima kasih, sudah jujur." Setelah itu, ia membalikkan badan dan melangkah pergi. Langkahnya berat, tapi ia tahu tak bisa memaksa perasaan.

Nadra hanya berdiri di tempat, menatap punggung Arven yang menjauh. "Sama-sama," bisiknya pelan.

Bagi Nadra, Arven adalah teman yang baik. Tapi tidak lebih. Di dalam hatinya, bayangan seseorang yang lain, yang lebih dewasa, tenang, dan melindungi, sudah terukir tanpa sadar.

Arven berjalan cepat menuju pintu keluar kafe. Napasnya memburu, hatinya mendidih oleh perasaan yang tak bisa ia jelaskan. Di depan pintu kaca, Cynthia yang baru saja hendak masuk langsung berhenti, melihat Arven dari sebrang kaca. Tangannya sempat terangkat, ingin menyapa. Namun, Arven tak memberinya satu pun lirikan.

Arven hanya lewat, wajahnya penuh tekanan, seperti seseorang yang baru saja ditolak mentah-mentah. Cynthia yang awalnya bersiap menyala kini hanya berdiri kaku, menyaksikan Arven mengenakan helm dan menaiki motornya. Tatapan Arven kosong, dan itu membuat dada Cynthia sesak, ia tahu, lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

********

Sementara itu, di halaman luar kafe, Arven menyalakan motornya. Mesin meraung singkat. Namun sebelum tancap gas, matanya sempat melirik ke sisi lain. Di sana, di samping mobil mewah berwarna hitam mengilap, berdiri Agra, pria dewasa yang kini sedang sibuk berbicara di ponsel. Meski tak ada kata, hanya dari tatapan tajam Arven yang menusuk, Agra bisa merasakan energi penuh dendam itu.

Agra berhenti sejenak dari percakapannya, menoleh ke arah Arven yang sudah mulai menjauh. Lalu kembali fokus ke teleponnya.

Beberapa detik setelah Arven menghilang dari pandangan, Nadra keluar dari dalam kafe. Langkahnya ringan, seperti baru saja melepaskan beban dari hatinya. Namun belum sempat ia benar-benar pergi, tangan Cynthia langsung menahan lengannya.

"Nadra!" seru Cynthia tajam. "Ada apa sama Arven? Kenapa dia seperti itu?"

Nadra mengangkat alisnya santai. "Entahlah. Aku juga nggak tahu apa yang dia pikirkan."

"Bohong! Kau tahu sesuatu, kan?!" bentak Cynthia, suaranya meninggi, matanya membulat penuh curiga.

Namun kali ini Nadra tak lagi terlihat lemah. Ia menarik perlahan tangannya dari genggaman Cynthia, lalu menatap langsung ke matanya. Tatapannya dingin, tegas. "Jangan sok keras, Cynthia. Kalau kamu nggak bisa mengendalikan dirimu, jangan pikir kamu bisa kendalikan aku."

Cynthia terdiam. Terpaku oleh perubahan Nadra yang tak ia duga. Gadis yang biasa menunduk dan menghindar, kini berdiri tegak di depannya, penuh keberanian.

Tanpa berkata lagi, Nadra melangkah pergi, meninggalkan Cynthia yang masih membeku di tempat. Dari kejauhan, Agra yang telah selesai menelepon melambaikan tangan ke arah Nadra. Nadra membalas dengan senyum tipis, lalu mempercepat langkahnya.

Cynthia menggerakkan giginya. Jemarinya mengepal. Ia tak menyangka, gadis yang selama ini ia anggap kecil dan lemah kini berani melawan. Tapi satu hal yang ia yakini.

"Permainan ini belum selesai," bisiknya pelan, penuh amarah dan dendam.

💞💞💞

Di dalam mobil yang kini hangat oleh alunan lagu lembut dari radio, Agra dengan tenang memasangkan sabuk keselamatan ke tubuhnya. Suara klik terdengar jelas, diikuti gerakan pelan saat ia menoleh ke samping.

"Apakah semuanya baik-baik saja?" tanyanya, suaranya dalam dan lembut, seolah tak ingin mengusik terlalu jauh tapi juga tak bisa diam.

Nadra menoleh sekilas, lalu tersenyum kecil dan mengangguk. "Baik, om. Tidak ada masalah."

Agra diam sejenak. Dari kaca spion tengah, ia melihat sosok Cynthia masih berdiri di depan kafe, memandangi mobil mereka dengan tatapan yang tidak bisa dibilang ramah. Matanya sempat terpaut lama pada bayangan perempuan itu sebelum kembali memandang Nadra di sampingnya yang tampak tenang, seakan dunia luar tak pernah menyakitinya.

"Apakah dia, teman kerjamu, Nadra?" tanya Agra sambil menyalakan mesin mobil, nada suaranya datar namun mengandung rasa ingin tahu yang dalam.

Nadra menoleh sejenak ke arahnya, lalu kembali melihat ke jalanan. "Iya. Kak Cynthia, dia senior di kafe."

Agra mengangguk pelan. Tak ingin terlalu ikut campur, tapi ia mencatat dalam diam. Perempuan seperti Cynthia bukan type yang mudah membiarkan sesuatu berlalu tanpa dendam, dan ia tahu, Nadra perlu seseorang yang bisa berdiri di sisinya jika badai itu datang.

Saat mobil mulai bergerak perlahan, Agra kembali membuka suara, mencoba terdengar lebih santai. "Jadi, mau langsung pulang? Atau kamu ingin pergi ke suatu tempat?"

Nadra menatap jendela sebentar, matanya menangkap bayangan langit yang dipenuhi bintang, lalu dengan suara pelan ia berkata, "Aku ingin ke pasar malam, Om. Sudah lama nggak ke sana."

Agra tersenyum tipis. "Pasar malam, ya? Baiklah. Kita ke sana."

Mobil melaju perlahan keluar dari area parkir, meninggalkan bayangan kafe dan tatapan penuh emosi Cynthia yang masih berdiri di ambang pintu.

Perjalanan ke pasar malam sedikit jauh, melewati pinggiran kota yang mulai menyala oleh lampu-lampu jalan. Di dalam mobil, udara menghangat oleh percakapan kecil dan kebisuan yang nyaman.

...Bersambung........

1
Days
Benar, nanti Nadra jadi benci. Lihat Arven, ia sudah mengenal Nadra dari masih bocil, sampek remaja. Eh, gitu jadi remaja cantik. Nadra malah milih Agra, dan Arven tidak marah. Padahal Arven bisa saja kasar kepada Nadra, mengingat orang tuanya adalah Bos Narkoboy.
Days
Ini namanya obsesi, Nay. Kasihan nadra
Days
Demi bisnis, perasaan seorang anak digadaikan
Days
Pantas Agra sudah mempersiapkan diri untuk keluar dari keluarga besar Wiratama. Ternyata pilihan orang tuanya berkelas. Pernikahan politik
Days
Kok aku yang deg deg an, ya
Days
mewah sekali. Apakah nadra akan diterima di sini?
Days
ternyata keluarga Nadra dulu, keluarga cemara
Days
mantab
Days
Tunggu tunggu, sudah pacaran kenapa panggilannya masih 'kamu', 'Om Agra?'. Kasih panggilan yang mesra dong, thor.
Days
harus itu, namanya laki² dewasa yang uda banyak pengalaman.
Days
Persiapannya matang sekali. Apakah nanti Agra bakal kuliahi Nadra juga?
Days
Ngambek
Days
Alasan yang sudah sering di pakek. Agra, kamu jangan macam², ya
Days
Sukses selalu untuk pria sabar, dewasa, peka, dan plus plus lainnya.
Days
Nayaka, kamu ini ada ada aja. Nadra baru kasmaran udah di suruh jauh. Ya, mana mungkin/Facepalm/
Days
Maen layang layang, ndra, sama maen kuaci
Days
Kalau cuma duda, itu bukan masa lalu yang buruk. Dan lagian, yang menyalah itu istrimu, bukan kau, Gra
Days
Jelaskan, apalagi. Arven sudah pergi
Days
Peka banget jadi cowok
Days
Asal jeplak aja, cynthia ini. Gerem aku lihatnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!