NovelToon NovelToon
Di Waktu 24 Jam

Di Waktu 24 Jam

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Rumahhantu / Mata Batin / Kumpulan Cerita Horror / Hantu / Roh Supernatural
Popularitas:656
Nilai: 5
Nama Author: ashputri

Kumpulan Cerita Pendek Horor

Tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Mereka selalu memperhatikan kita, setiap waktunya. Tidak peduli itu pagi, siang, sore, atau malam. Selama 24 jam kita hidup bersama mereka.

Jangan merasa tenang ketika matahari masih muncul di hadapan kita. Mereka tetap akan memberitahu jika mereka ada, walaupun ketika matahari masih bertugas di langit atas. Bukan hanya malam, mereka ada setiap waktunya. 24 jam hidup berdampingan bersama kita.

Mereka ada, melakukan kegiatan layaknya manusia. Mereka bisa melihat kita, tetapi kita belum tentu bisa melihat mereka. Hanya ada beberapa yang bisa merasakan kehadiran mereka, tanpa bisa melihatnya.

Apa yang akan kamu lakukan, jika kamu bersama mereka tanpa sadar. Apa yang akan kamu lakukan, jika mereka menampakkan dirinya di depan kamu. Mereka hanya ingin memberitahu jika mereka ada, bukan hanya kita yang ada di dunia ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ashputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Sosok Wanita Tua di Kamar

Marta menoleh ke arah anak perempuan yang sedari tadi sibuk bermain dengan mainannya. Ia menghembuskan napasnya pelan, merasa lega karena saat ini bocah tersebut tidak menangis seperti hari-hari sebelumnya.

Saat ini ia bekerja sebagai asisten rumah tangga di daerah Jakarta Selatan. Setelah bekerja di rumah besar ini, ia mendapatkan satu kamar berukuran sedang yang berada di bagian belakang rumah majikannya.

Bahkan ia bisa mendapatkan fasilitas lainnya yang membuatnya merasa beruntung bisa bekerja dengan mereka. Apalagi sesekali mereka selalu mengajaknya untuk pergi bersama ketika waktu liburan tiba.

Semua yang ia dapatkan jauh dari kata cukup. Apalagi kedua majikannya memperlakukannya sangat baik. Jika ia melakukan kesalahan, ia tidak pernah dibentak atau direndahkan seperti apa yang pernah ia takutkan.

Tugas utama Marta sebenarnya membantu mengurus dan menjaga anak majikannya yang masih kecil. Kedua majikannya memang sangat sibuk bekerja setiap harinya. Membuat anak mereka harus dititipkan oleh pengurus rumah agar lebih aman.

Nia namanya, bocah berusia dua tahun yang mulai membuatnya pusing dan lelah jika sedang ingin sesuatu. Namun hari ini, bocah tersebut terlihat lebih tenang dari hari biasanya.

Walaupun ia sering dipusingkan dengan apa yang Nia lakukan, tapi semua itu ia nikmati dengan ikhlas. Ia sudah lama mencari pekerjaan, tapi tidak berhasil ia dapatkan dalam waktu dekat. Maka dari itu, ia menerima semuanya dengan ikhlas ketika mulai bekerja di sini.

Marta menghela napas pelan untuk menghilangkan rasa lelah yang sedari tadi ia rasakan. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam. Biasanya kedua majikannya akan datang sekitar pukul setengah delapan malam, masih ada waktu beberapa menit sampai keduanya datang.

Ia beranjak dari tempatnya untuk mengambilkan Nia makanan. Sudah waktunya bocah tersebut makan malam. Ia tidak ingin Nia terlalu terlambat untuk memakan makanannya malam ini.

Dari arah dapur, sesekali ia menoleh ke arah Nia yang berada di ruang keluarga. Memastikan jika bocah tersebut masih akan bermain di depan televisi dengan beberapa boneka di hadapannya.

Tak membutuhkan waktu lama, ia kembali melangkah menuju ruang keluarga dengan membawa makanan dan juga minuman untuk Nia. Ia duduk di samping bocah tersebut yang masih sibuk bermain dengan bonekanya.

"Nia... Kita makan dulu yuk," ucap Marta dengan lembut.

Nia hanya melirik sekilas ke arah Marta. Lalu kembali fokus pada boneka-boneka di depannya.

Marta tidak mempedulikan Nia yang tampak acuh padanya. Memang beberapa kali Nia sangat susah untuk memakan makanannya hingga habis. Setiap harinya ia selalu mencari cara agar Nia bisa makan dengan lahap.

Ia menyuapi Nia dengan telaten, memastikan jika bocah tersebut benar memakan makanannya. Ia menghembuskan napasnya lega saat Nia tampak tidak terlihat terganggu karena ia yang terus menyuapinya.

Pintu utama rumah terbuka dengan pelan, membuat Marta dan juga Nia menoleh. Tak lama muncul Lisa dengan setelan kerjanya dari balik pintu. Ia tersenyum manis saat melihat Nia yang menatapnya dengan tatapan polos.

"Lagi makan ya anak Mama," ucap Lisa seraya melangkah mendekat ke arah Nia.

Marta tersenyum saat melihat Nia yang tampak senang saat Lisa telah datang. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam.

"Biar aku aja yang suapin Nia," ucap Lisa seraya menoleh ke arah Marta.

"Tapi Mba kan baru pulang kerja," ucap Marta sedikit ragu.

Lisa menggelengkan kepalanya dengan cepat seraya tersenyum tipis, "gapapa, kamu siapin buat makan malam aja ya," balasnya.

Marta menganggukkan kepalanya mengerti seraya memberikan makanan Nia pada Lisa. Ia melangkah menuju dapur untuk memanaskan lauk yang tadi siang ia masak.

Ia tersenyum tipis saat mendengar suara Nia yang tampak senang saat Lisa terus menyuapinya. Kadang ia merasa kasihan dengan bocah itu, harus ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya setia hati.

ia meringis pelan saat dirasa punggungnya terasa sakit. Hari ini ia sudah bekerja lebih banyak dari hari sebelumnya. Pekerjaan tidak ada selesainya hari ini. Padahal hari-hari sebelumnya ia merasa pekerjaannya cukup mudah dan tidak terlalu banyak, tapi entah kenapa hari ini berbeda dari biasanya.

Ia memasukkan lauk yang sudah ia hangatkan ke dalam mangkuk dan juga piring. Ia susun perlengkapan makan untuk Lisa dan suaminya bisa makan setelah mereka membersikan diri. Tak lupa ia menyiapkan nasi putih yang masih hangat dan menaruhnya di atas meja makan bersama lauk lainnya.

Setelah dirasa selesai, ia melangkah menuju ruang keluar untuk menghampiri Lisa yang masih menyuapi Nia. Wanita itu terlihat sangat lelah, tapi berhasil ditutupinya di depan Nia yang masih terlihat senang.

"Mba, makanannya sudah siap," ucap Marta memberitahu.

Lisa menoleh ke arah Marta seraya tersenyum tipis, "makasih ya."

"Nia biar sama saya dulu Mba, Mba Lisa bersih-bersih dulu aja. Kasian Mba Lisa pasti cape," ujar Marta.

Lia menganggukkan kepalanya mengerti mendengar perkataan Marta, "saya mandi dulu ya," ucapnya seraya memberikan Nia pada Marta.

"Iya Mba."

Marta kembali bermain bersama Nia saat Lisa sudah masuk ke dalam kamarnya. Ia memainkan boneka-boneka milik Nia agar bocah tersebut tidak mencari ibunya dan menangis.

"Marta."

Marta menoleh saat seseorang memanggil namanya. Ia bisa melihat Rama melangkah mendekat ke arahnya, "iya Mas?"

"Lisa mana?" tanya Rama saat tidak melihat istrinya di ruang keluarga.

"Di kamar Mas, lagi mandi," jawab Marta memberitahu.

Rama menganggukkan kepalanya mengerti mendengar jawaban yang Marta berikan. Ia mengelus pucuk kepala anaknya sebelum melangkah menuju kamarnya. Ia juga akan membersihkan dirinya sebelum makan malam dan beristirahat.

Melihat Rama telah masuk ke dalam kamar, ia kembali bermain bersama Nia yang kembali sibuk dengan bonekanya. Ia menghela napas lelah saat melihat boneka milik Nia berserakan di setiap sudut ruang keluar. Sebelum tidur ia pasti akan membereskan boneka-boneka tersebut.

•••

Pukul sebelas malam, Marta sudah kembali ke kamarnya. Tubuhnya terasa sangat sakit karena hari ini pekerjaannya cukup banyak. Ia merebahkan tubuhnya di atas kasur yang terasa nyaman. Lalu mulai memejamkan matanya yang terasa memberat.

"Pekerjaan hari ini lumayan banyak ternyata," gumamnya dengan sangat pelan.

Ia menyamankan tubuhnya di atas kasur agar ia bisa segera tertidur. Karena rasa kantuk yang sedari tadi menyerangnya, membuat ia mudah tertidur malam hari ini. Kesadarannya mulai menarik dirinya hingga ia benar-benar tertidur.

Karena suasana yang cukup sepi, hanya bunyi detik jam yang terdengar di dalam kamar tersebut. Bahkan suasana di luar rumah pun terasa sangat sepi, hanya hembusan angin yang terus berhembus dengan kencang.

Waktu terus berputar dengan cepat, saat ini jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Suasana yang awalnya sudah sepi, menjadi sangat sepi karena sudah tidak ada aktivitas seseorang di luar rumah.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras, ditambah dengan angin kencang yang membuat malam itu tidak terlalu sunyi. Hawa yang sebelumnya sudah dingin, menjadi sangat dingin karena hujan yang terus turun. Ditambah ruangan tersebut menggunakan pendingin ruangan yang suhunya terlihat rendah.

Merasa terganggu dengan hawa yang sedang dirasakan, Marta mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dengan pelan, mencoba membiasakan matanya denga ruangan kamarnya yang gelap.

Ia menghela napas pelan saat dirinya harus terbangun di tengah malam. Rasanya seperti ia baru memejamkan matanya, tapi harus dipaksa terbangun karena hawa dingin yang menusuk kulitnya.

"Dingin banget," gumamnya seraya menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Marta memicingkan matanya saat melihat seseorang duduk di kursi di dekat kasurnya. Orang tersebut terlihat sedang membelakangi dirinya, tanpa sadar jika ia sudah terbangun dari tidurnya.

Ia bisa melihat jika orang tersebut seperti seorang Nenek-nenek dengan rambut putihnya yang tampak kusut. Wanita tua itu sedang menyisir rambutnya dengan perlahan tanpa menoleh ke arahnya.

Ia tersentak bingung saat merasakan tubuhnya tidak bisa digerakkan. Rasanya seperti semua tubuhnya lumpuh tanpa ada satu bagian pun yang bisa ia gerakkan.

Ia menoleh ke arah wanita tua yang sedang duduk di kursi dekat kasurnya. Wanita tua itu masih ada di sana, masih dengan terus menyisir rambut putih panjangnya. Entah kenapa matanya terus menatap ke arah wanita tua itu, tanpa bisa mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Ia tidak tau siapa wanita tua itu, selama ia bekerja di sini ia tidak pernah melihat wanita tua yang saat ini berada di kamarnya. Bahkan setaunya, kedua majikannya sudah tidak memiliki orang tua. Ia baru pertama kali melihat wanita tua itu ada di depannya saat ini.

Marta menelan salivanya susah payah Engan jantung yang berdegup kencang saat wanita tua itu mulai menoleh ke arahnya. Ia ingin berteriak kencang, tapi rasanya seperti sulit untuk mengeluarkan suara.

Apalagi ditambah tubuhnya tidak bisa digerakkan. Bahkan untuk menggerakkan jarinya pun sangatlah sulit. Matanya pun tidak bisa ia alihkan begitu saja ke arah lain. Ia seperti dipaksa untuk terus menatap wanita tua itu.

Tubuhnya bergetar hebat saat wanita tua itu menatap ke arahnya. Ia bisa melihat wajah yang sangat tua dengan bola mata yang sepenuhnya menghitam. Wanita tua itu terus menyeringai ke arahnya, menampilkan deretan giginya yang semuanya menghitam.

Tiba-tiba saja wanita tua itu tertawa kencang dengan suara khasnya. Membuat Marta yang berada di tempat tidur tidak bisa melakukan apapun selain berdoa.

Dalam hati ia berharap jika wanita tua itu segera pergi dari hadapannya. Ia terlalu takut untuk terus menatap wajah wanita tua itu.

Ya Tuhan tolong aku

Setelah ia berharap lebih, rasanya ia seperti ditarik paksa untuk masuk ke dalam kegelapan. Hal terakhir yang ia lihat hanya wanita tua itu yang terus tertawa kencang dengan suara khasnya.

•••

1
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Tiap bab beda orang dn ceritaa..
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
Aneh ini cerita tip bab beda2 orang..
ashputri: halo kak, setiap bab beda cerita karena ini cerpen ya kak. Bukan novel, cerpen akan habis di satu bab aja. Jadi di sini setiap babnya beda-beda ceritanya 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!