Sebuah Kejadian yang kurang mengenakkan dialami oleh Zahra setelah kepindahannya dari pulau Jawa ke Kalimantan bersama Keluarganya. Dimana Karena kejadian itu Zahra mengalami Trauma yang begitu hebat hingga ia tidak berani untuk keluar dari Rumah kontrakannya.
Sampai di suatu hari, mau tidak mau ia harus keluar rumah untuk mengantarkan kue pesanan pelanggannya hingga diperjalanan ia tidak sengaja ditabrak mobil dari belakang karena kesalahannya sendiri.
Marah? Tentu saja marah, Pria Pemilik mobil itu tentu saja ingin memarahi Zahra karena kecerobohan Zahra dalam berkendara sepeda motor, tetapi ia urungkan karena melihat Mata Zahra yang begitu sembab dan merah.
Siapakah pria itu? Akankah ia luluh dengan air mata Zahra? dan apakah ini akan menjadi awal dari kisah kebahagiaan Zahra yang selama hidupnya belum pernah mendapatkannya? atau justru malah sebaliknya?
Ikuti terus Kisah perjalanan Hidup Zahra Di dalam Cerita Ini!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenRose23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
\\ Eps 20 //
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Zahra meraih kursinya lagi dengan kakinya sebelum kursi itu terjatuh, dengan gerakan cepat ia melepaskan tali itu dari lehernya dan melemparkannya ke luar jendela. Ia duduk meringkuk dibawah kasurnya dengan memeluk kakinya sendiri
"Astaghfirullahaladzim..... Astaghfirullahaladzim..... ampuni aku ya Allah" Dengan cepat Zahra mengambil buku gambar yang ada didepannya dan mencoretnya mengunakan pensil, Setelah mencoret-coretnya ia merobek buku gambar itu, meremas setelah itu membuangnya. Ternyata perasaannya cukup tenang setelah mencoret-coret buku gambar itu, Ia terus mengulangi dengan gambar-gambar abstrak itu hingga kamarnya berserakan dengan kertas
Tanpa ia sadari gambarnya sudah mencapai halaman akhir, Jantung Zahra kembali berdetak sangat cepat karena ia kembali mengingat kejadian itu. Ia membutuhkan buku gambar lagi sekarang, Zahra kembali menjambak rambutnya buku gambar yang tersisa halaman depan itupun terjatuh dari pangkuannya
Mata Zahra memerah dan nafasnya yang mulai tercekat, Ia mencoba untuk menarik nafasnya dalam-dalam tetapi ia tidak merasakan ada udara di sekitarnya seakan-akan udara menghilang begitu saja dari sekitarnya
Tubuh Zahra mulai melorot dari bawah ranjang tidurnya, Zahra kehabisan nafasnya. Ia mencoba untuk menggerakkan kakinya hingga ia tidak sengaja menyaduk kursi dihadapannya hingga kursi itu terjatuh begitu saja
Braaakk....
Di detik itu Zahra mulai kehilangan kesadarannya, ia hanya mendengar suara ibunya yang terus memanggilnya sampai suara itu sedikit demi sedikit hilang dari pendengarannya bersamaan dengan kesadarannya yang juga hilang
"ZAHRA!!!" Teriak pak Burhan setelah ia mendobrak pintu kamar Zahra
Ia menemukan anaknya itu yang pingsan dilantai dengan kamar yang berantakan dan wajah Zahra yang memerah. Pak Burhan kalap, ia berlari mendekati anaknya itu dan menyangga kepala Zahra di pangkuannya
"Zahra bangun nak, Tolong telepon dokter mas Fendi saya mohon" ucap pak Burhan dengan segera menggendong anaknya ke kasurnya
Pak Fendi pun segera mengambil handphonenya dan menelpon dokter untuk memeriksa Zahra
......................
Pak Burhan kembali masuk setelah mengantar dokter keluar dari Rumahnya, ia kemudian duduk di ranjang Zahra bersama dengan istrinya
"Dokter menyarankan untuk segera membawa Zahra ke psikologi yah, Kalau tidak Zahra akan terus mengalami kejadian seperti ini saat syok traumanya kambuh" ucap Bu Ratih sedih
"Kita bujuk pelan-pelan ya Bu, kita juga nggak bisa paksa Zahra atau nanti justru memperparah kondisinya" jawab pak Burhan
"Lebih dipantau lagi aja mas Zahra nya, kalau dia mengalami syok lagi seperti ini kata dokter tadi bisa mengacu ke hal yang lebih buruk lagi seperti kehabisan nafas" Ucap pak Fendi menyarankan, dan diangguki pak Burhan
"Apa Zahra akan baik-baik aja Bu??" Tanya Reva sedih melihat sahabatnya seperti ini
"Kita doakan saja yang terbaik buat Zahra ya Sayang?? Semoga aja Zahra cepat sembuh dan bisa bermain lagi sama kamu" jawab Bu Farah dengan mengelus pundak anaknya itu dan di angguki oleh reva
Tak Berselang lama Zahra mulai membuka matanya dan mendapati banyak orang di hadapannya, ia langsung terkejut dan dengan cepat memeluk ibunya itu untuk bersembunyi
Bu Ratih memberikan kode untuk mereka meninggalkannya berdua bersama Zahra, dengan perlahan mereka keluar dari kamar Zahra dan pak Burhan menutup pintu kamar itu
Bu Ratih mengelus rambut anaknya dengan wajah yang tersenyum "Udah nggak ada siapa-siapa sayang, jangan takut ya? Ada ibu disini" ucap Bu Ratih
Dengan perlahan Zahra mendongakkan kepalanya dan menatap dalam ibunya itu dengan mata berkaca-kaca
"Ssssstttt Nggak boleh nangis, anak ibu kan kuat. Nanti cantiknya hilang loh kalau nangis" bujuk Bu Ratih dengan mencolek hidung anaknya
"Ma-Maafin Zahra Ibu....hiks" ucap Zahra dengan mulai meneteskan air matanya
"Bukan salah kamu sayang, kenapa harus minta maaf hm?? Zahra itu anak baik, Jadi nggak boleh sedih lagi ya?? Semuanya sudah Menjadi rencana Allah nak, Kita harus terima semua takdir baik ini ya sayang?? Siapa tahu Allah merencanakan hal baik buat kita kedepannya"
Zahra mulai tenang di pelukan ibunya dengan Bu Ratih yang terus mengelus kepala anaknya itu
"Za-Zahra Ko-kotor Ibuu.... Allah pasti marah sama Zahra"
"Siapa yang bilang sayang?? Anak ibu itu bersih dan Allah nggak akan marah sama Zahra karena memang ini semua sudah menjadi takdirnya. Kalau Zahra terima Semua takdir ini, Allah pasti akan lebih sayang lagi sama Zahra"
"Benarkah???" tanya Zahra dengan mendongakkan kepalanya dan bibirnya yang menekuk ke bawah. Bu Ratih menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan anaknya itu
"Kita lupakan ya sayang, Zahra sayang nggak sama ayah dan ibu??" tanya Bu Ratih yang langsung diangguki oleh Zahra
"Kalau Zahra sayang sama ayah sama ibu, Zahra nggak boleh seperti ini lagi. Zahra nggak boleh sedih lagi, Zahra harus kembali ceria seperti biasanya. Kasian itu Reva sayang, dia terus nungguin kamu untuk bermain bersama lagi"
Zahra terus diam mendengarkan ibunya, Suara ibunya bisa menenangkan hatinya. Ia sangat nyaman berada di pelukan itu Hingga sedikit demi sedikit ia tertawa mendengarkan cerita lucu dari ibunya, sepertinya upaya Bu Ratih menghibur Zahra berhasil hingga gadis itu mulai tertawa yang membuat hatinya menghangat
"Ibu??"
"Hm?? Apa sayang?? Zahra mau makan?? Ibu udah masakin tadi makanan kesukaan Zahra, Masak iya nggak dimakan??? Ibu jadi sedih loh sekarang??" Ucap Bu Ratih dengan memasang wajah cemberutnya
"Ibu?? Zahra mau makan kalau di suapin sama ayah" jawab Zahra
Mendengar itu Bu Ratih mengembangkan senyumnya, Akhirnya Zahra mau bertemu dengan suaminya itu setelah dari kemarin Zahra sama sekali tidak mau mendengar suara laki-laki bahkan ayahnya sendiri
"Ibu panggilkan ayah sebentar ya sayang" ucap semangat Bu Ratih dengan sedikit berlari keluar kamar Zahra
Tak lama kemudian pak Burhan masuk ke kamar Zahra dengan membawa piring berisi makanan kesukaan Zahra
"Ayah???" ucap Zahra dengan mata berkaca-kaca dan menyebikkan bibirnya
Pak Burhan menaruh makanan itu di laci meja kamar Zahra dan langsung memeluk putri semata wayangnya itu dan mengelus kepalanya
"Zahra nggak papa??" tanya pak Burhan yang juga meneteskan air matanya
"Maafin Zahra ayah" ucap Zahra dengan menangis di pelukan ayahnya itu
"Sstttt Zahra nggak boleh minta maaf karena Zahra nggak salah, Ayah yang seharusnya minta maaf sama Zahra karena nggak bisa jagain Zahra. Maafin ayah ya nak"
Zahra menggelengkan kepalanya di dada ayahnya dan mulai menangis keras, Ia benar-benar rapuh sekarang. Ia ingin meluapkan semuanya di depan ayahnya itu tetapi rasanya bibirnya sangat kelu untuk mengeluarkan hanya sepatah kata saja dan akhirnya hanya tangisan saja yang bisa ia keluarkan dan itu sudah cukup bisa membuat pak Burhan paham dengan perasaan anaknya saat ini
Pak Burhan hanya diam dengan tetap mengelus kepala anaknya itu, Dia paham dan memberikan kesempatan bagi Zahra untuk mengeluarkan semua kesedihannya
"Zahra boleh nangis sekeras-kerasnya sekarang, tapi setelah ini jangan ya nak?? Zahra harus kembali ceria lagi kayak dulu ya sayang??"
Zahra Semakin mengeraskan tangisannya dengan meremas baju belakang ayahnya itu, dari dulu Zahra memang lebih dekat dengan ayahnya dari pada ibunya karena memang Zahra sangat dimanja oleh pak Burhan sendiri
Pak Burhan Sangat menyayangi Zahra karena memang dia anak satu-satunya Apalagi Zahra adalah seorang perempuan yang menjadi cinta pertama seorang ayah
Ayah mana yang tidak tega melihat anaknya seperti ini?? Pak Burhan benar-benar sangat marah kepada dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga anaknya itu, dalam hatinya ia terus berdoa supaya bisa membalas semua perlakuan preman-preman yang sudah berani merenggut kebahagiaan anak semata wayangnya itu
"Sudah, Sekarang Zahra makan ya?? Ayah suapi, kan dari pagi tadi Zahra belum makan?? Atau kita main pesawat terbang???....Bruuumm" ucap pak Burhan dengan menerbangkan sendok makan Zahra layaknya sedang menyuapi anak kecil
"Hahaha ayah, Pesawat itu bukan bruum bunyinya. Kalau bruum itu mobil" ralat Zahra dengan mengusap air matanya itu
Pak Burhan tersenyum karena bisa menghibur Gadis mungil itu "Oh?? Bukan ya?? Terus?? Kalau pesawat bunyinya gimana?? ngeeeeengg Gitu kan??"
"Hahaha bukan ayah, Pesawat itu bunyinya........." ucap Zahra yang menggantungkan kalimatnya
"Hahaha tuh kan Zahra juga nggak tahu. Udah, Bener ayah juga. Sini....... Ngeeeeengg" ucap pak Burhan dengan menerbangkan sendok itu dan langsung mendarat di bibir gadis mungil itu
"Hahaha Aywaah Cuwwrang, Orwang Sawlah Juwga" ucap Zahra dengan mulut yang penuh dengan makanan (Ayah curang, orang salah juga)
"Hahaha Telen dulu nak makanannya, nanti keselek loh" ucap pak Burhan dengan mengelap mulut anaknya yang belepotan
Uhuk.....uhuk
"Tuh kan baru aja ayah bilang"
"Hehehe ayah Sih" ucap Zahra menyalahkan ayahnya itu
"Loh......" belum sempat pak Burhan berbicara, mulutnya sudah tertutup dengan tangan anaknya itu
"Sssttt ayah yang salah pokoknya hahahaha" ucap Zahra dengan tertawa keras
"Hmmm dasar perempuan....." ucap pak Burhan yang ikut tersenyum
...----------------...