NovelToon NovelToon
Kalong

Kalong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Desa Semilir dan sekitarnya yang awalnya tenang kini berubah mencekam setelah satu persatu warganya meninggal secara misterius, yakni mereka kehabisan darah, tubuh mengering dan keriput. Tidak cukup sampai di situ, sejak kematian korban pertama, desa tersebut terus-menerus mengalami teror yang menakutkan.

Sekalipun perangkat desa setempat dan para warga telah berusaha semampu mereka untuk menghentikan peristiwa mencekam itu, korban jiwa masih saja berjatuhan dan teror terus berlanjut.

Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah pelaku pembunuhannya? Apakah motifnya? Dan bagaimanakah cara menghentikan semua peristiwa menakutkan itu? Ikuti kisahnya di sini...

Ingat! Ini hanyalah karangan fiksi belaka, mohon bijak dalam berkomentar 🙏

Selamat membaca

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan Yang Mengharukan

Ketika sebagian besar warga Desa Glagah diserang rasa panik dan takut, ternyata ada 1 orang yang hidupnya tetap adem ayem, yakni Mbah Drajat. Laki-laki itu sudah berumur 71 tahun dan hidup sendirian di sebuah rumah yang terbuat dari papan kayu, yang letaknya ada di ujung desa, dekat area hutan.

Karena rumahnya cukup jauh dari pemukiman penduduk, Mbah Drajat sangat jarang mendengar berita terbaru di desanya. Terakhir kali saat dia menjual hasil kebunnya di pasar, laki-laki tua itu baru tahu jika di desanya sedang terjadi teror yang berasal dari ilmu hitam.

Di saat warga lain merasa takut dan was-was karena adanya teror tersebut, Mbah Drajat hanya bisa pasrah pada Sang Kuasa jika sewaktu-waktu dia sendiri yang akan mengalami hal buruk itu.

Sejak kecil, laki-laki tua tersebut hidup sangat sederhana karena perekonomian kedua orang tuanya tergolong tidak mampu. Untuk menyambung kehidupan sehari-harinya, Mbah Drajat mengandalkan hasil kebunnya yang tak seberapa seperti : sayuran, umbi-umbian, jagung dan kacang tanah.

Sekalipun usianya sudah tua, sampai saat ini fisik Mbah Drajat masih tampak kuat bahkan jarang sakit. Jika dia sedang ingin makan nasi dan lauk seadanya, laki-laki tua itu masih kuat mengayuh sepeda ontelnya yang juga sudah berumur ke pasar yang jaraknya ada 4 km lebih sambil membawa sekarung hasil kebunnya di boncengan sepeda untuk dijual.

Sudah 1 tahun terakhir ini, Mbah Drajat dibuat penasaran campur bingung karena setiap 2 bulan sekali, saat dia membuka pintu rumahnya di pagi hari, dia menemukan secuil batu emas di bawah pintunya.

Awalnya pria tua itu tidak ngeh kalau benda kuning sekecil kerikil tersebut adalah emas. Tapi karena saking penasarannya, saat dia ke pasar untuk menjual hasil kebunnya, Mbah Drajat mencoba membawa benda tersebut ke toko emas dan tanpa disangka benda itu ternyata emas yang dihargai oleh si pemilik toko sebesar 2,5 juta.

Mendapat uang sebesar itu yang belum pernah dia pegang selama hidupnya, Mbah Drajat merasa senang campur takut karena asal-usul batu emas tersebut tidak jelas siapa pemberinya. Alhasil, pada penjualan yang pertama, pria tua itu sama sekali tidak berani membelanjakannya dan hanya dia simpan di almari bajunya.

Hingga pada suatu malam, Mbah Drajat bermimpi ditemui oleh seorang laki-laki setua dirinya namun wajahnya tidak jelas, yang mengatakan bahwa emas itu memang diberikan kepadanya dan uang hasil penjualannya bisa dia gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mimpi yang pertama kali, Mbah Drajat masih meragukan mimpi itu dan tetap tidak berani membelanjakan uang tersebut. Tapi setelah dimimpikan hal yang sama sampai beberapa kali, akhirnya Mbah Drajat berani membelanjakan uang itu untuk membeli kebutuhan sehari-harinya bahkan dia bisa membeli baju namun harganya yang paling murah.

Pada suatu siang, tampaklah Mbah Drajat sedang mencari kayu bakar di area hutan. Tanpa dia sadari, sedari tadi ada seorang laki-laki tua berpakaian serba hitam dan berambut putih panjang sedang mengawasinya dari balik pepohonan.

Sebenarnya bukan sekali dua kali ini pria tua itu mengawasi pergerakan Mbah Drajat, tapi dia masih belum ada keberanian untuk menemuinya secara langsung karena takut ditanya macam-macam sebab saking lamanya mereka tidak bertemu.

Tahu jika di luar sana akan ada orang yang berniat mengalahkannya, senyampang masih ada kesempatan hidup, laki-laki tua itu akhirnya berniat untuk menemui Mbah Drajat.

"Drajat!" pria tua tersebut memanggil nama teman sekaligus tetangganya yang sudah puluhan tahun tidak dia temui.

Mbah Drajat yang mendengar namanya dipanggil, menghentikan aktifitasnya mengumpulkan kayu bakar lantas mencari sumber suara yang ternyata seorang laki-laki tua yang penampilannya agak aneh.

"Panjenengan sinten nggih?" tanya Mbah Drajat penasaran.

"Aku Satrio, Jat," balas pria tua itu yang membuat Mbah Drajat kaget hingga dia terdiam sampai beberapa detik karena masih belum percaya.

"Kamu beneran Satrio?" Drajat bertanya sekali lagi karena ingin meyakinkan dirinya.

"Iyo Jat, aku Satrio, teman sekolahmu dulu."

Setelah yakin jika laki-laki tua itu adalah Satrio, Drajat segera menghampirinya lalu memeluknya sambil menangis hingga Satrio pun ikutan menangis.

"Oalah Saat, ternyata kamu masih hidup...," kata Drajat sambil terisak.

Kedua pria itu saling berpelukan sampai beberapa menit untuk menyalurkan rasa kangen mereka.

"Aku seneng banget Sat, ternyata kamu masih hidup," ucap Drajat setelah melepas pelukannya dan menghapus air matanya.

"Iya Jat, selama ini aku memang bersembunyi, takut diketahui warga," sahut Satrio setengah berbohong.

"Yuk kita ngobrol di rumahku saja, kebetulan aku tadi sudah masak nasi sama goreng tahu tempe," ajak Drajat.

Seraya memanggul kayu bakar, keduanya pun berjalan menuju ke rumah Drajat sambil mengobrol.

"Kamu sekarang tinggal dimana?" tanya si Drajat.

"Selama ini aku tinggal di area hutan bagian Barat," balas Satrio yang kali ini jawabannya jujur.

"Di area hutan bagian Barat? Bukannya itu hutan terlarang? Kamu tinggal dengan siapa?" cecar Drajat.

"Setelah hutan terlarang, Jat. Aku tinggal dengan 2 orang laki-laki yang merupakan kerabat penyelamatku waktu aku melarikan diri dulu," untuk kedua kalinya Satrio berbohong karena tidak ingin identitas sebenarnya diketahui oleh temannya.

"Alhamdulilaah... syukurlah Gusti Allah mengirimkan penolong untuk kamu. Dulu, aku sering kepikiran sama kamu Sat. Aku sedih karena tidak tahu bagaimana nasibmu dan keberadaanmu," ujar si Drajat terus terang.

"Trimakasih Jat untuk kepedulianmu, maaf baru sekarang aku bisa menemui kamu," sahut Satrio.

"Tidak perlu bertrimakasih Sat, justru akulah yang seharusnya minta maaf karena dulu tidak punya kekuatan untuk menolongmu dan kedua orang tuamu. Aku benar-benar ikut sedih dengan kejadian yang dulu menimpamu dan kedua orang tuamu," kata si Drajat yang membuat keduanya teringat kembali dengan peristiwa kelam yang terjadi puluhan tahun yang lalu.

"Kamu tidak perlu minta maaf Jat, aku sangat maklum dengan posisimu, dulu kan kita masih berumur 13 tahun," timpal Satrio.

"Tapi aku sangat yakin kalau kedua orang tuamu tidak bersalah, Sat. Kata Emak dan Bapakku, Wijoyo lah dalang di balik semuanya. Dia lah yang menyuruh kaki tangannya untuk menyebar fitnah dan menghasut para warga," ucap si Drajat.

"Trimakasih Jat, kamu dan kedua orang tuamu sudah percaya kalau kedua orang tuaku tidak bersalah. Aku sendiri sudah tahu bagaimana sifat asli si Wijoyo bajingan itu," balas Satrio geram ketika mengingat kelakuan bapaknya Purnomo.

Ketika mereka tiba di rumah Drajat, setelah kedua pria itu meletakkan kayu bakar dan mencuci tangan, si empunya rumah langsung mengajak Satrio untuk makan bersama.

1
kalea rizuky
pantes dendam warga desa emank jahat bgt
🎧✏📖
semangat✌
Kezia Suhartini: trimakasih Kak... 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!