Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 20
Dirga menatap Yoon-gi dengan begitu lekat. Seorang bocah yang dulu frustasi akan hidup kini telah bangkit menjadi pria yang sukses. Dia tidak tahu harus berkata apa, yang dia tahu, dia sangat bangga akan kesuksesan bocah yang menyebalkan itu.
Walaupun dulu dia sangat kesal kepada bocah itu, akan tetapi dia juga menyayanginya dengan begitu tulus. Bagaimana dia tidak kesal, Yoon-gi terus memaksa untuk menabraknya lagi. Dia terus memaksa Dirga untuk membunuhnya.
''Apa kamu mau menyuruh paman untuk menabrakmu lebih keras lagi?" Tanya Dirga sambil mencubit lengan Yoon-gi dengan gemas.
Yoon-gi hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Dirga. Dia terus menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Jika dulu dia tidak bertemu pria itu, mungkin dia tidak akan bisa berdiri dengan tegap seperti sekarang ini.
Pria itu sangat berperan dalam kesuksesannya saat ini. Jika dulu Dirga dan juga Rayyan tidak bersikap tegas kepadanya, mungkin dia sudah mati sia-sia saat itu. Tentu jika itu terjadi, ibu tiri dan juga adik tirinya itu akan hidup dengan penuh kemenangan
"Paman apa kabar? Sedang apa paman di sini?" Tanya Yoon-gi tersenyum penuh kehangatan.
Melihat senyuman Yoon-gi, Adnan yang menatap dari mobil hanya bisa terdiam melongo. Jujur, dia tidak pernah melihat bosnya itu sebahagia itu, bahkan senyumannya begitu tulus, tanpa ada keterpaksaan sedikitpun. Sebenarnya selama ini dia bekerja dengan siapa? Kenapa dia merasa jika dia sama sekali tidak mengenal bosnya itu? Apa mungkin jika Yoon-gi memiliki dua jiwa yang berbeda.
"Ma-maaf, Tuan! Paman ini siapa?" Tanya Adnan menghampiri karena tidak sanggup lagi menahan rasa penasarannya.
Mendengar pertanyaan Adnan, Yoon-gi hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia lupa, jika selama ini Adnan tidak tau apapun tentang kehidupannya. Asistennya itu hanya tau jika dia berjuang seorang diri tanpa dukungan dari daddynya.
"Paman! Kenalkan, dia Adnan. Asistenku." Yoon-gi memperkenalkan Adnan kepada Dirga.
"Kami bertemu saat pertama kali sampai di kota A. Dia adalah orang yang selama ini membantuku hingga aku bisa seperti saat ini. Dia adalah adik laki-lakiku." Yoon-gi tersenyum sambil menatap Adnan dengan tatapan penuh kehangatan.
Walaupun terlihat cuek, akan tetapi Yoon-gi selalu memperhatikan Adnan. Hal itulah yang membuat Adnan terus bersamanya, walaupun dulu mereka mendapatkan begitu banyak rintangan. Namun, Adnan dengan setia menemani Yoon-gi dari nol hingga di puncak kesuksesan seperti saat ini.
"Hai! Aku Dirga, senang bertemu denganmu," ucap Dirga tersenyum.
"Paman! Aku bisa bertanya sesuatu?" Tanya Adnan dengan serius.
"Ada apa?"
"Siapa sebenarnya pria yang disamping paman? Aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku tidak pernah melihat dirinya selama ini," ucap Adnan sehingga membuat Yoon-gi langsung terdiam.
Dia sadar, selama ini dia terlalu dingin terhadap asistennya itu. Namun, dia juga tidak tau kenapa itu terjadi. Dia tidak tau kenapa saat berada di kota A dulu, hidupnya begitu kosong seperti tidak ada artinya. Sangat berbeda ketika dia telah kembali ke kota ini, apalagi setelah bertemu dengan wanita yang mampu mengubah dirinya walaupun hanya dengan tatapan mata saja.
"Paman! Kenapa saat pernikahan putri Paman Rayyan, Paman tidak datang? Bukannya kalian adalah sahabat yang begitu dekat, tapi aku tidak melihat paman di sana." Yoon-gi langsung mengalihkan pembicaraan.
"Kamu sudah bertemu dengannya? Si4l! Mereka menyembunyikannya dariku," Umpat Dirga kesal.
"Waktu itu paman sedang di luar kota, jadi paman tidak bisa datang. Tapi, aku dengar kamu masih single sampai sekarang. Padahal istrimu separuh dari isi dunia ini,"
"Aku sudah menemukan wanitaku, Paman. Tapi, dinding pembatas antara kami sangat tinggi. Dia wanita muslim, sedangkan aku..., "
******
"Dok! Ayo makan siang," ucap Ardy melihat Cheesy yang masih fokus dengan dokumen para pasiennya.
Mendengar itu, Cheesy langsung melirik jam tangannya, dia membuang napas kasar ketika jam itu telah menunjuk ke pukul satu siang. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai-sampai dia lupa untuk mengisi perut.
Cheesy langsung merapikan dokumen itu lalu bangkit dari duduknya, dia berjalan beriringan dengan Ardy menuju kantin sambil mengobrol kecil. Keduanya terlihat begitu akrab, bahkan tak jarang beredar rumor jika mereka berpacaran. Namun, Cheesy tidak perduli dengan omongan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dia lebih memilih untuk tidak tau.
Ardy memesan makan siang untuk mereka, sedangkan Cheesy langsung memilih kursi untuk mereka. Ada sedikit rasa risih akan tatapan orang-orang yang ada di sekitarnya, akan tetapi Cheesy lebih memilih untuk tidak perduli dan mencari kesibukan sendiri.
Ardy adalah dokter muda tampan, jadi sudah di pastikan jika ada rekan kerjanya yang menyimpan rasa untuknya. Jadi, banyak yang iri terhadap Cheesy yang begitu dekat dengannya.
Apalagi ada rumor jika Yoon-gi idola sejuta umat juga lagi berusaha mendekati Cheesy, sehingga membuat begitu banyak kaum hawa yang iri terhadap wanita itu. Bukan hanya satu, akan tetapi dia di dekati oleh dua pemuda tampan dan sukses sekaligus.
"Ini makanannya. Ayo makan, nanti cacing-cacing di perut Dokter pada demo lagi," ucap Ardy tersenyum sambil meletakkan mampan yang berisi makanan Cheesy di atas meja.
"Dok! Lebih baik panggil aku dengan Cheesy saja," ucap Cheesy tersenyum.
"Cheesy!" Ardy tersenyum sambil menatap lekat wanita itu.
"Em! Begitu lebih nyaman. Lagi pula kita ini seumuran, jadi tidak perlu kaku seperti biasanya."
Ardy hanya tersenyum sambil mengangguk setuju. Mereka menyantap makanan mereka masing-masing sambil bercanda gurau bersama. Cheesy terlihat sangat nyaman dan juga bahagia saat berada di dekat Ardy, begitupun sebaliknya.
Randy yang melihat kedekatan putrinya itu dari kejauhan hanya bisa tersenyum canggung. Dia tidak tau apakah dia harus bahagia atau sedih akan pemandangan yang dia lihat saat ini.
"Ternyata kamu sudah dewasa sayang. Sudah waktunya kamu untuk memilih, semoga apapun pilihanmu kelak, akan menjadi yang terbaik untukmu."
Bersambung.....
Hai semuanya....
Jika ada waktu luang, mampir juga di karya sahabat author ya. Ceritanya tidak kalah menarik lho...