Kisah cinta yang terhalang dengan keegoisan orang tua. Namun kembali dipertemukan oleh takdir setelah semuanya berubah.
Cerita hanya fiktif belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Mai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
"kita antar ibu pulang dulu yah Mas?" ujar Wita malu-malu sekaligus melepas tatapan manja mereka.
"Oh iya!" Angguk cengengesan Yoga yang sedang berbunga-bunga. Sangat bahagia bisa dibutuhkan oleh sang pujaan hati.
*
Wirda akhirnya jauh lebih ceria setelah mendapatkan perawatan medis di rumahnya.
Sejak peristiwa itu. Kebucinan Yoga dan Wita kembali panas bergelora. Keduanya semakin sering bertelepon dan chat pribadi hingga berguling-guling saat terpapar virus-virus cinta.
Tersenyum-senyum Yoga mengingat Wita malam itu sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Bagaimana ya? Ibu Wirda sedang sakit. Apa niat baik untuk melamar Wita harus ditunda lagi?" pikir Yoga.
"Drett...Dreett" getaran ponsel Yoga berdering keras di bufet kamarnya.
Terdengar suara tangisan Hartati yang pilu hingga membuat Yoga reflek terhentak dari kasurnya.
"Ada apa Bu?" tanyanya sangat khawatir.
"Ga... Bagas...hiks...?" Suara tangisan Hartati semakin jelas.
"Bagas, kenapa Bu?"
"Ibu enggak tau, tiba-tiba dapat panggilan dokter, kalau Bagas sedang di ruang ICU dan belum ada yang tau. Bagaimana ini Ga! Ibu enggak bisa bangkit, benar-benar tidak kuat menerima berita ini...hiks...hiks...!" nada tangisan Hartati begitu sedih sampai terisak-isak. Ia tak siap menerima kabar yang sangat buruk dari anak lelakinya.
"Sekarang juga Yoga akan berangkat ke Jakarta, Bu!"
"Ibu minta tolong sekali kepada mu Nak....hiks....hiks...!"
"B-baik?"
Setelah menelpon berapa ajudan Bagas. Yoga memacu mobilnya begitu cepat menuju bandara.
"Ada apa dengan anak itu lagi?" gumam Yoga sepanjang perjalanan. Merasa tidak habis pikir dengan berita yang sangat mengejutkan itu. Ia cukup khawatir jika terjadi hal buruk kepada Bagas.
*
Malam berganti pagi. Sangking lelahnya Yoga sampai tertidur pulas di ruang tunggu ICU bersama beberapa ajudan, sekretaris Bagas.
Setelah berada selama 5 jam di ruangan ICU akhirnya Bagas dipindahkan ke ruangan biasa.
Pukul 09.76 WIB.
"Tlek"
Yoga membuka pintu ruang inap Bagas. Tidak ada siapa-siapa disana. Suasana ruangan cukup hening dan dingin. Ia menyoroti kondisi Bagas yang tengah bersandar di bad tidurnya sedang tertunduk lesu dengan wajah yang masih pucat.
"Bagas!" Panggil Yoga masih dalam tatapan tidak percaya. Mengingat lelaki itu sangat menjaga kesehatan dan rajin berolahraga.
Yoga meletakan tas dan melangkah mendekati Bagas.
"Apa yang terjadi, bukankah jadwal terbang mu sekarang sudah berkurang?" tanya Yoga.
"Apa Ibu tau, Mas?"
"Dokter yang langsung menelponnya!"
"Terima kasih, sudah datang!" jawab murung Bagas.
"Aku sedang bertanya, apa yang terjadi?"
Bagas masih terlihat diam dalam raut wajah murungnya.
"Berdasarkan kabar yang aku terima. kau pingsan di ruang kantor dan baru tersadar setelah 3 jam berada di ruang ICU," ucap Yoga.
Kondisi Hartati mulai membaik ketika mendengar Bagas telah sadarkan diri dan keluar dari ruang ICU.
"Bagas, tolong bicara, apa yang terjadi? Bukankah sekarang Emma sudah ditangani dengan baik oleh Mila. Atau kau masih mengingat Tyas?" tanya Yoga penasaran.
"Beberapa hari ini kepala ku sering sakit, aku tidak bisa bekerja," keluh Bagas kepada Yoga.
"Apa mungkin kau terserang penyakit alzheimer?" Tebak Yoga.
"Aku pikir tidak!" Jawab Bagas mulai menyandarkan kepalanya.
Sementara Mila dan Emma terlihat sedang bermain di ruangan taman bermain.
"Mila!" Panggil Sari berlari kecil mendapatkan wanita itu.
"Ada apa Bik!"
"Tuan masuk rumah sakit?"
"Apa?" Mila sangat terkejut.
"Bibik dapat kabar dari supir. Hartati dan Mas Yoga sudah berada di rumah sakit!" ujar Sari.
"Kenapa kita baru mendapatkan kabar?" tanya Polos Mila.
"Buat apa juga kita dikasih tau, kita tidak bisa menolong Tuan, kan!"
"Iya Sih."
"Yah sudah, Bibik mau bersihin kamar buat Ibu dan Mas Yoga?"
"I-iya" Sari bergegas meninggalkan Mila.
Sejenak Mila termenung diri mengingat sikap Bagas yang begitu tajam menatap dirinya dan bertingkah sangat dingin.
"Apa ini ada hubungannya dengan ku. Mas Bagas sangat stress dan tidak menyukai keberadaan ku di rumah ini!" pikiran galau Mila merasa semakin sulit, wanita itu sedang menunggu kabar lowongan pekerjaan dari temannya yang berada di Taiwan. Mila sudah berencana untuk resign dan nekat bekerja ke luar negeri demi mendapatkan upah yang besar.
"Plok!" Tiba-tiba saja Emma melempar boneka kecil tepat mengenai wajah Mila.
Selain gizi yang cukup serta mengikuti pelatihan-pelatihan Bayi. Emma semakin cerdas dan ia sangat nyaman kepada Ibu pengasuhnya itu.
"Hehehehe!" Tawa lucu bayi gemoy itu yang belajar duduk. Tingkah lucunya memaksa Mila tersenyum gemes berlari mendapati Emma.
"Kamu iyaaaaaa, jahil benar!" ucap gemes Mila menggendong Emma sambil menggelitikinya. Bayi itu pun semakin terkekeh-kekeh tertawa kegirangan.
Keesokan malam.
Pukul 21.09 wib. Dokter yang ditunjuk untuk menangani kesehatan Bagas memasuki kamar inap.
Sudah ada Hartati dan Yoga yang setia mendampingi Bagas. Mereka sudah tidak sabar mendengarkan penjelasan Tentang penyakit Bagas.
"Malam Ibu, Mas!" Sapa manis dokter Adam. dokter khusus yang menangani kesehatan Bagas, baik dalam kondisi sehat maupun sakit.
"Kami sudah melakukan tes darah untuk Mas Bagas dan hasilnya sangat baik, tidak ada masalah," ujar sang dokter.
"Alhamdulillah, syukurlah!" ucap lega Hartati.
"Tapi!" ucapan tapi dari sang dokter membuat pikiran Bagas, Hartati dan Yoga kembali tegang dan penasaran.
"Ada sedikit kelainan?" ujar Adam.
"Kelainan apa?" Tanya Bagas tidak sabar lagi.
"Sebenarnya ini cukup privasi buat Mas Bagas apakah kita harus bicara berdua saja!" pinta Adam.
"Katakan saja, Ibu dan Mas Yoga adalah orang kepercayaan ku," ucap Bagas.
"Baiklah Mas!"
"Em, Maaf. Saya benar-benar sangat bingung untuk menjelaskannya!"
"Jelaskan saja Dok, tidak apa-apa!" pinta Hartati yang sudah tidak sabar.
"Setelah melakukan uji Lab tes darah dan tidak menemukan masalah. Saya dan tim memutuskan untuk melakukan rontgen seluruh tubuh Mas Bagas.
Ternyata telah ditemukan lendir yang sudah mengeras yang akan membentuk kristal pada saluran penis Mas Bagas. Ini tampak remeh namun cukup berbahaya karena dapat menghambat aliran darah menuju otak sehingga sulit berpikir dan kehilangan konsentrasi!"
"Ke...kenapa bisa seperti itu dokter?" tanya kaget Hartati dengan jantung yang cukup cemas.
"Hem, berdasarkan penelitian yang kami dapatkan. Saya juga sudah berkonsultasi kepada ahli kulit dan kelamin. Hal ini terjadi pada pria khusus yang sudah pernah melakukan hubungan intim lalu ia mengalami penurunan bahkan kehilangan gairah sex secara total. Beberapa faktornya adalah kemungkinan terlalu keras berpikir karena bekerja, tidak menemukan chemistry gairah pada pasangan atau sering mengabaikan saat hasrat itu mulai muncul.
Kemudian ada sesuatu hal yang tiba-tiba mendesak Mas Bagas untuk kembali bergairah melakukan hubungan badan tetapi ia kesulitan mengekspresikannya kembali. Sehingga timbul lendir-lendir yang menumpuk menyebabkan penghambatan secara cepat!"
Bagas hanya terdiam tak mampu berkata-kata setelah mendengar penjelasan dr Adam.
Yoga sedikit garuk-garuk kepala, sementara Hartati begitu fokus menyimak setiap kata-kata yang dikeluarkan oleh Adam.
Bagas teringat dirinya memang begitu berhasrat saat melihat kemolekan tubuh indah Mila di layar kamera namun ia malu untuk mengakuinya.
"Kita sama -sama mengerti, jika Mas Bagas sudah kehilangan istri. Tetapi tidak bisa dipungkiri, pria bukanlah wanita. Pria sangat membutuhkan hubungan biologis terutama untuk Mas Bagas yang masih sangat produktif."
"Solusinya?" Tanya cepat Yoga.
"Solusinya adalah besok atau paling lama dua hari lagi Mas Bagas harus melakukan hubungan s*ks secara rutin selama satu minggu berturut-turut. Karena penyumbatan itu sudah mempengaruhi sel saraf otak. Lendir harus segera di keluarkan melalui ejakulasi sp*rma. Saya takut jika ini diabaikan bisa menyebabkan kematian mendadak!"
"Besok!" ucap serentak ketiganya merasa terkejut dengan waktu yang ditentukan oleh sang dokter.
trimakasih banyak kaaaaa🙏🙏🙏🙏 akhir'y pecah telor
bikin karya baru yoook
Doa Bu Wirda tembus ke langit sehingga anak² beliau bisa mendapatkan kebahagiaan,,,
Very cepat datang dong tolong bos Bagas jangan sampai terlambat,,,
Mila jangan keluar nurut apa kata Bagas tetap di dalam mobil saja
Emang paling susah ngurusin anak mertua di lawan takut dosa, sudah bawel ya apalagi monster biawak😂😂😂