Dean Benicio dan Janella Winkler adalah sepasang suami istri yang saling mencintai.
Karena sebuah penyerangan, Jane yang tengah hamil besar harus berpisah dengan Dean. Tak lama kemudian sebuah kabar membuat Jane hampir kehilangan anak-anak yang dikandungnya. Dean dikabarkan meninggal, Rex sang asisten pribadi pun juga tidak kabarnya.
5 tahun berlalu, Jane bersama anak kembarnya datang kembali ke kota tempatnya dulu tinggal. Jane ingin mengenalkan kenangan Dean kepada Ethan dan Emma.
Tapi saat sedang berada di taman, Jane melihat Dean yang sang duduk di sana. Jane menggandeng kedua anak kembarnya berlari menghampiri Dean. Jane langsung memeluk Dean tapi sebuah kalimat membuat Jane tersentak.
" Kamu siapa?"
Bukan hanya itu yang membuat Jane terkejut, datangnya seorang wanita dan anak kecil yang memanggil ayah pada Dean semakin membuat Jane bingung.
" Jika itu adalah Daddy kita maka tidak ada yang boleh memanggilnya ayah," ucap Emma dan Ethan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anak Kembar 20
Jane benar-benar pulang dengan mengendarai taksi. Ia meminta untuk diantarkan ke taman, taman tersebut adalah taman yang biasa mereka datangi dulu. Dan taman itu juga merupakan tempat ia bertemu dengan Dean pertama kali setelah kabar kematiannya 5 tahun yang lalu. Tapi sepertinya Jane tidak bisa berhenti di sana. Dia lupa membawa uang ataupun ponsel, mau tidak mau Jane akhirnya kembali ke rumah.
" Bibi Lucy tolong berikan uang ini kepada supir taksinya, dia masih menunggu di luar. "
Sesampainya di rumah, Jane langsung berjalan cepat menuju kamar dan mengambil uang. Ia minta tolong kepada Bibi Lucy untuk menyerahkannya.
Jane kembali masuk ke kamar, ia duduk di bangku tepat pinggir jendela. Jane membuka pintu jendela sedikit, ia ingin merasakan lembutnya salju yang turun. Jane juga mengeluarkan tangannya dan menengadah agar bisa memegang salju.
" Dean, kamu apakah sudah menikah? Anak itu, apakah anak itu benar-benar anak kalian? Dilihat dari usianya mereka lebih kecil dari pada Ethan dan Emma. Apakah kamu sungguh menikah dengan wanita itu?"
Jane tergugu, ia bahkan sudah menangis terisak. Sebelumnya ia yakin bahwa Dean yang ia temui adalah benar suaminya, tapi pikirannya kembali berputar ketika ia ingat ada anak kecil yang bersama Dean waktu itu dan memanggil Dean dengan sebutan ayah.
" Aku sungguh bingung Dean, aku tidak tahu harus bagaimana. Kamu memanglah suamiku, tapi selama 5 tahun ini aku tidak tahu sama sekali dengan hidupmu. Aku harus bagaimana Dean?"
Tampaknya, Jane saat ini sedang berada dalam tahap kebingungan. Ia bingung bagaimana akan bersikap kepada Dean nantinya. Membayangkan Dean berhubungan dengan wanita lain membuat Jane merasa sakit. Ia larut dengan pikirannya sendiri, keinginannya untuk kembali bersama Dean tentu menjadi ragu sekarang.
Di Taman Kanak-kanak Sun Flower, Bobby terus saja merenung. Bocah kecil itu sedari tadi masuk tidak banyak bicara dan memilih diam di pojokan. Guru wali kelas sudah membujuk Bobby untuk ikut berkumpul dan bermain tapi tetap dia tidak mau.
Ethan dan Emma yang memang sedikit telat datang ke sekolah saling pandang dan melihat ke arah Bobby. Ethan meminta Emma untuk berinisiatif berbicara kepada Bobby.
" Mengapa harus aku Eth," bisik Emma tepat ditelinga Ethan.
" Kau kan wanita, biasanya para wanita lebih pandai dalam mencairkan suasana dan memancing informasi," bujuk Ethan.
Emma membuang nafasnya kasar, kakak kembarnya yang hanya lahir beberapa menit itu sungguh pandai dalam membujuk. Emma akhirnya mengikuti apa kata Ethan.
" Hay, mau makan kimbab? Aku membuatnya sendiri lho."
Emma mengulurkan kotak bekal berwarna ungu yang dia bawa kepada Bobby. Bobby hanya melihat sekilas lalu memilih untuk kembali termenung melihat keluar jendela.
"Baiklah kalau tidak mau, aku akan memakannya sendiri. Emmm, enaknya, aku membuat ini benar-benar enak lho."
Glek!
Bobby menelan saliva nya sendiri saat melihat Emma memakan kimbab buatannya itu. Perut Bobby berbunyi layaknya ayam yang berkokok.
" Kau mau?" tawar Emma. Wajah Bobby memerah, dia sungguh malu karena tadi dia jelas menolak pemberian Emma. Tapi sekarang dia sungguh menginginkannya.
" Jangan malu, ambillah. Ceritakan, sebenarnya kamu ini kenapa dari tadi murung di pojokan begitu?"
" Ayahku, ayahku di rumah sakit. Tapi aku tidak boleh ikut. Ayahku mau dioperasi, tapi tidak tahu mengapa ibu ku malah menangis saat bercerita kepada kakek."
" APA!"
Emma berteriak keras, pun dengan Ethan. Ethan yang tadi masih menjaga jarak aman itu secara reflek langsung mendekat ke arah Emma dan Bobby. Ethan bahkan memegang kedua lengan Bobby dan menatap bocah laki-laki di depannya itu dengan tatapan menekan.
" Katakan yang jelas, apa yang terjadi pada ayahmu?"
" Itu ... itu, lepaskan tanganmu dulu."
Emma memegang tangan Ethan agar dia melepaskan cengkeramannya dari lengan Bobby. Ethan menurut, dia lalu duduk dengan tenang di depan Bobby untuk mendengarkan cerita lebih lengkapnya.
" Aaah Bobby, kami ikut prihatin dengan apa yang menimpa ayahmu. Tapi bisakah kamu menceritakan apa yang kamu dengar saat ibu dan kakekmu berbicara soal ayahmu?" ucap Emma dengan lembut.ia tahu. Bobby sesaat ketakutan dengan sikap Ethan yang sedikit impulsif.
" Jadi kemarin malam Ibu pulang dari rumah sakit, ia mengatakan kepada Kakek kalau penyakit Ayah semakin parah. Maka dari itu dokter meminta Ayah untuk dioperasi, tapi katanya kesempatan berhasilnya hanya sedikit. Aku tidak tahu sih artinya, tapi ibu menangis saat menjelaskan kepada kakek."
"Dimana ayahmu di rawat?"
" Dia di rumah sakit ... ."
Ethan dan Emma saling pandang, seakan mengerti satu sama lain dengan apa yang mereka pikirkan, kedua bocah itu mencari cara untuk menyelinap keluar dari kelas. Bobby jelas tidak tahu rencana Si Kembar, karena setelah mendengar cerita darinya baik Emma maupun Ethan tidak lagi terlihat.
" Kita lewat pintu belakang, kamu punya aplikasi taksi online bukan, pesanlah sekarang Em."
" Baik, aku akan memesan."
Kedua bocah itu dengan dalih ingin pergi ke toilet akhirnya berhasil juga pergi dari sekolah. Mereka berdua meninggalkan tas mereka dan hanya pergi membawa ponsel.
Ckiit
Sebuah taksi datang, supir taksi itu celingak celinguk saat tidak menjumpai orang dewasa di sana. Hanya dua bocah TK berdiri di sisi jalan,
" Hallo pak, itu yang pesan ibu saya. Ayah saya di rumah sakit dan kami harus segera kesana," ucap Emma meyakinkan.
" Aah begitu, baiklah, kalian segera lah naik."
Emma dan Ethan saling melempar senyum, akhirnya mereka bisa juga keluar dari sekolah untuk menemui Daddy mereka. Tapi rasa sedih seketika menggelayut saat mengingat sang ayah sakit.
"Apakah benar Daddy sakit parah Eth?"
" Dari cerita bocah itu memang seperti itu, tapi kita tidak tahu pasti.Tunggu sampai kita sampai rumah sakit dan mencari tahu."
Emma mengangguk, dalam hati bocah kecil itu berdoa agar sang ayah baik-baik saja. Sudah sejak lama ia mendambakan memiliki seorang ayah, Emma jelas tidak ingin kehilangan lagi setelah menemukan, meskipun semuanya belum jelas.
TBC
ilang ingatan dll
semoga sukses selalu