Warning 21+
Aku masih suci sebelum kejadian itu. Aku masih ranum dan bersih seperti namaku, Ayu.
Semuanya berubah. Kebahagiaanku runtuh. Aku harus meninggalkan laki-laki yang mencintaiku demi laki-laki lain yang bahkan tidak kukenal.
Sanggupkah aku melewati kehidupan baruku. Kehidupan bak roller coaster yang kadang menjungkirbalikkan hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
-POV Ayu-
Bodooooooohhhhhh... Ayu bodoooooohhhhh... Aku terus merutuki kebodohanku yang ketiga kalinya eh empat kali deh.
Kenapa aku sampai melakukannya lagi?
Kenapa begitu mudahnya aku terbuai oleh pesona kegantengan Dio??
Kenapa aku juga menikmatinya bahkan membalas ciuman Dio????
Kalau aku tidak membalas ciumannya pasti Dio tidak akan melanjutkan ke tahap selanjutnya deh.
Bodoh
Bodoh
Bodoh
Terlalu menyalahkan diri sendiri tanpa sadar aku mengacak-acak rambutku sendiri sampai berantakan. Mas Bagus dan Mas Adi yang melihatku pun tertawa bahkan menggodaku.
"Kenapa sih Yu kesel sampai rambut diacak-acak begitu?" tanya Mas Bagus.
"Semalem gak dikasih jatah ya sama Mamas Dewa?" Mas Adi pun ikutan.
"Apa jatahnya kurang Yu?" Mas Bagus menambahkan lagi. "Sampai uring-uringan begitu gara-gara kekurangan jatah.. ha..ha..ha.."
Mas Bagus yang melempar bola pertanyaan berikutnya Mas Adi yang menendang ke gawang dan gollll... mereka sukses menggodaku dan tertawa sepuasnya.
"Au ah." Kuambil kaca di laci meja dan melihat wajahku, ternyata benar rambutku berantakan. Aku mengambil sisir dan merapikan lagi rambut lurusku yang sudah lurus alami tanpa harus direbonding.
"Udah sana makan siang. Siapa tau setelah diisi makanan uring-uringan kamu hilang, Yu." saran Mbak Dewi seniorku yang selalu membela dan menjagaku dari siluman lelaki hidung belang di ruanganku ini.
Teamku terdiri dari 6 orang. Pak Wahyu sebagai Team Leader dan 5 orang anak buah yakni Mas Bagus, Mas Adi, Mas Dika, Mbak Dewi dan Aku tentunya.
Kami team yang kompak dan solid. Sesekali berbeda pendapat wajar namun kami selesaikan baik-baik. Aku seperti memiliki keluarga berada di tengah-tengah orang-orang baik ini.
Deadline dan target yang tinggi kami bawa enjoy saja. Buktinya kami tetap mencapai target yang diharapkan perusahaan sesuai deadlinenya. Tak perlu terlalu ngoyo yang penting kerja happy dan sesuai koridornya.
Aku teringat perkataan Mas Adi yang mengira kalau Aku masih berpacaran dengan Dewa. Aku masih merahasiakan pernikahanku dengan Dio. Bagaimanapun di dalam kontrak tertulis kalau tidak boleh menikah dan hamil selama 1 tahun percobaan sebelum aku diangkat menjadi karyawan tetap.
Aku tidak khawatir hubungan suami istri yang aku dan Dio lakukan akan mengakibatkan diriku hamil. Aku tenang saja karena rutin mengkonsumsi pil KB walau selama 3 bulan ini kami tidak pernah berhubungan suami istri, namun aku selalu siaga dengan meminumnya rutin.
Benar saja, tidak ada yang tahu kalau Dio tiba-tiba menerkam aku lagi seperti weekend kemarin. Bagaimanapun Dio adalah laki-laki wajar jika menyalurkan hawa nafsunya.
Dan bodonhnya aku adalah aku terlalu terpesona melihat mata Dio yang berwarna cokelat muda itu. Tersirat keteduhan dan rasa aman. Ah mungkinkah Dio memakai susuk di matanya? cara pakainya gimana ya?
"Yu, hei... malah bengong." ucapan Mbak Dewi menyadarkanku dari lamunan panjang.
"Eh iya kenapa Mbak?"
"Tadi Mbak suruh kamu istirahat aja daripada awut-awutan gitu mukanya. Sana cari pemandangan dan udara segar. Lamaan juga gak apa-apa asal jangan lupa balik lagi kesini aja. Toh kerjaan belum datang. Lagi sepi nih. Sana kamu jalan-jalan. Pilih deh mau ditemani cowok yang mana nih?!"
"Gak usah ditemani deh Mbak, sendiri aja. Aku istirahat dulu ya Mbak." pamitku.
Aku mengambil dompet dan Hp lalu berjalan ke luar kantor. Mungkin jalan-jalan di dalam Mall lumayan juga buat mengusir kegalauan hati.
Tidak jauh dari kantorku ada sebuah Mall yang terbilang elit. Dulu sih aku sering belanja baju dan tas branded disana, namun semenjak menikah dengan Dio sudah sama sekali tidak pernah kulakukan lagi. Bukan karena tidak ada uang, justru uang gajiku 3 bulan ini utuh tidak tersentuh. Tapi aku sekarang mulai lebih menghargai uang.
Melihat perjuangan Dio yang berusaha menghidupiku dengan layak walau gajinya tidak seberapa membuatku merasa malu jika harus berfoya-foya.
Walau dulu aku punya rencana menikah dengan Dewa namun masalah uang resepsi Papa yang menanggungnya karena itu aku masih boros. Sekarang kehidupanku sudah berbeda. Aku harus menabung karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada hidupku kelak.
Aku berkeliling Mall mencari cemilan saja untuk kubawa pulang nanti. Kalau cemilan kan Dio sangat suka. Entahlah bagaimana badannya tidak menggendut walau banyak ngemil, beda denganku yang kentut saja menjadi lemak huft...
Tubuh Dio memang tidak seatletis Dewa. Tak ada sixpack di tubuhnya seperti Dewa. Dio lebih menyukai seni dibanding olahraga. Waktu yang Dio habiskan lebih banyak menghasilkan karya bukan keringat.
"Yu." lamunanku terhenti kala ada yang menepuk bahuku pelan.
"Dewa?" mantan kekasih yang hampir 3 bulan lamanya tak kujumpai akhirnya bertemu juga.
"Apa kabar, Yu?"
"Baik. Kamu gimana?"
"Tidak terlalu baik. Kamu kesini sama siapa? Sendirian aja?"
"Iya, lagi cuci mata aja nih. Suntuk di kantor." kataku beralasan.
"Makan siang bareng, yuk? Aku lapar."
Agak ragu aku menjawabnya. Tapi yasudahlah kan kami cuma makan siang saja.
Aku mengangguk mengiyakan ajakan Dewa. Kami memutuskan makan siang di restoran Korea.
Aku menatap Dewa yang sedang memesankan menu untuk kami berdua pada pelayan. Wajahnya tirus dan mulai ditumbuhi bulu-bulu halus di wajahnya. Entah sudah berapa lama Ia tidak bercukur.
Aku teringat saat kami pacaran dulu, aku selalu saja bawel kalau Dewa ditumbuhi jenggot. Dewa lalu akan menggoda aku dengan menggelitik pipiku dengan jenggotnya sampai aku kegelian. Ah rasanya baru kemarin kami menjalin hubungan dan sekarang kami sudah memiliki pasangan masing-masing. Jodoh tak ada yang tahu, hanya Tuhan yang tahu.
"Kamu sudah tahu kan Yu kalau aku sudah menikah?" tanya Dewa setelah pelayan tersebut meninggalkan kami.
"Iya. Waktu itu aku bertemu Mama kamu. Beliau memberitahu kalau kamu akan menikah. Selamat ya. Aku gak diundang jadi aku gak bisa ngucapin selamat langsung sama kamu." aku berusaha memasang senyum bahagia.
Dewa terdiam. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak terlihat raut bahagia layaknya pengantin baru. Ya walau aku juga tidak punya raut bahagia sih waktu masih jadi pengantin baru dulu. Tapi setidaknya tidak sesuram wajahnya kali ini.
"Aku mau bercerai, Yu."
Aku langsung menatap tak percaya dengan perkataan Dewa.
"Kamu? Bercerai? Kenapa?"
Dewa kembali terdiam. Percakapan kami terjeda saat pelayan datang dan menyajikan hidangan kami.
Dewa menatapku lekat. "Kamu masih cantik Yu seperti biasanya."
"Makasih. Kamu belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kamu mau bercerai? Apa tidak bisa diperbaiki?"
Dewa masih menatapku bahkan tak berkedip sedikitpun.
"Kamu masih mencintaiku tidak Yu?"
"Hei. Kenapa bertanya seperti itu? Aku kan nanya kenapa kamu mau bercerai? Jangan malah nanya pertanyaan lain." protesku.
Dewa tersenyum. "Kamu masih sama Yu. Tetap keukeuh dengan pendirian kamu."
"Udah tahu aku kayak gitu bukannya di jawab. Kenapa kamu mau cerai? kalau gak mau kasih tau ya sudah. Aku gak nanya lagi." Aku mulai menyantap makan siang siangku. Aku malas dari tadi bertanya bukannya di jawab malah ditanya hal lain.
"Karena bukan kamu."
Aku menaruh sendok dan mengernyitkan alis mendengar perkataan Dewa. "Maksudnya."
"Karena wanita yang kunikahi bukan kamu, Yu. Kalau kamu pasti tidak akan pernah aku lepaskan sampai kapanpun. Aku... aku tidak bisa hidup dengan wanita lain selain kamu, Yu."
dr cerita ini qta belajar ikhlas menerima keadaan, belajar menekan ego demi kelangsungan hidup dn belajar kesetiaan....
benar2 nih cerita bagus pake bgt,,qta g d bikin emosi hanya karena kelakuan pelakor yg bikin naik darah, d sini hanya bercerita tentang perjuangan seorang anak yg mo merintis usaha nya tanpa mendompleng nama besar ayah nya,,,perjuangan seorang suami yg bekerja keras demi menghidupi kluarga nya tanpa meminta bantuan kluarga nya yg kaya raya,,perjuangan seorang pria utk selalu setia pada istrinya yg meninggalkan suami nya dn perjuangan seorang istri yg mo menerima suami nya apa ada nya bukan ada apa nya,,dengan segala kekurangan dn kelebihan nya....dn cerita nya g lebay kaya cerita2 pada umum nya,,aq benar2 speechless utk novel yg satu ini..
rasa nya bintang 5 dn 4 jempol rasa nya kurang utk cerita sebagus ini,,makasih banyak2 ka Author udh bikin cerita sebagus ini 👍👍👍👍❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Pilih mundur✊️
ntar papanya meninggal kan akhirnya warisan buat dia juga
Smoga Ceritanya Yg Bagus...😘👍🏻
Namanya Ayu 👍🏻👍🏻