AKU BUKAN PELACUR
Tan Palupi Gulizar nama yang manis. Namun tak semanis perjalanan hidup yang harus ia lalui untuk mencari jawaban siapa jati dirinya yang sebenarnya.
Sosok yang selama ini melindungi dan membesarkannya, ternyata menyimpan sebuah cerita dan misteri tentang siapa dia sebenarnya.
Lika-liku asmara cinta seorang detektif, yang terjerat perjanjian.
Ikuti kisah kasih asmara beda usia, jangan lupa komentar dan kritik membangun, like, rate ⭐🖐️
Selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delima Rhujiwati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Udara sejuk di lingkungan villa yang asri, membuat hati penghuninya nyaman.
Kicauan burung di pagi hari menyapa mentari yang bersinar lembut. Pepohonan hijau yang rindang menjadi istana bagi burung-burung yang merasakan kedamaian alam seutuhnya.
Alam yang damai dan tenang membuat jiwa Palupi merasa nyaman, yang tanpa disadarinya aura positif berkembang dengan sangat baik.
Senyum ceria selalu menghiasi wajahnya. Saat membantu Merry di dapur, dari bibirnya mengalir senandung lagu yang disukainya. Suaranya yang merdu mengalun indah memecah kesunyian.
Hidup bersama John, dan orang-orang baru di sekelilingnya membuat kehidupan Palupi perlahan membawa perubahan yang berdampak positif dalam kesehariannya.
Semula terbiasa dalam kesehariannya penuh dengan tekanan, cacian yang menyakitkan, bahkan tidak jarang fisiknya mendapatkan kekerasan berupa cubitan dari Riris ataupun Juleha.
Kini ketenangan dan kasih sayang menyapa hidup Palupi melalui orang-orang orang di sekelilingnya.
"Nona Gulizar, bulan depan nyonya Anne akan datang. Mungkin ini adalah pertemuan pertama kalian ibu dan anak setelah sekian tahun terpisah oleh waktu dan tempat. Kejadian tragis yang telah memisahkan kalian."
John membuka pembicaraan di ruang tengah di saat mereka sedang menghabiskan waktu luangnya, sambil menikmati kudapan.
"Tuan John, apakah ibuku cantik? Apakah ibuku masih mengenaliku setelah sekian lama kami berpisah?" Rasa cemas, takut dan penasaran membaur meliputi pikiran Palupi.
John menatap Palupi dengan senyuman menawannya. "Tentu kau yang lebih cantik dari siapapun Gulizar, dan aku mulai menyukaimu." Kedip mata kiri John Norman membuat Palupi terperanjat.
"Ish... Tuan John bisa saja, Lupi jadi malu kan." Merah merona sudah wajah Palupi, bagaikan jambu air dursosono ketika menerima senyuman dan tatapan dari John.
Senyum Merry ikut mengembang juga seperti kue apem Selong, ketika menyaksikan sendiri tuannya menatap Palupi. Gadis yang melelehkan kebekuan hatinya, kini sedang mekar-mekarnya rasa hati tuannya yang jomblo akut itu.
"Tuan, kenapa anda memandang saya seperti itu? Apakah ada yang salah pada dandanan saya hari ini?" Tanya Palupi sambil senyum malu-malu.
"Gulizar, panggil saja namaku. Mungkin itu akan lebih manis lagi dari pada kau memanggilku dengan sebutan tuan dari bibirmu yang indah itu." John mendekat dan menyentuh tangan lembut Palupi yang masih terbengong dengan ucapannya.
"Tu..tuan..." Manik mata indah Palupi menatap lekat ke dalam manik mata John Norman, pelan John mendekat, dan mencondongkan tubuhnya. Palupi pun tetap berdiam dan jadi merasa semakin kikuk, yang kemudian membenarkan letak duduknya. Posisi duduk mereka sangat dekat. John mulai mendekatkan wajahnya ke arah Palupi.
" Tu...Tuan, maaf bibir Tuan kotor terkena saus Apple pie itu." Tolak lugu Palupi dengan segera mengambil tissue lalu mengusap ujung bibir John.
John yang sudah kepalang tanggung tetap saja meraih tengkuk Palupi mendekatkan bibirnya ke kening Palupi dan memeluk erat tubuh gadis itu.
Palupi terdiam, dan mencoba menerima apa yang John berikan padanya. Mata indah itu terpejam dengan pasrah.
'Ah, ternyata begini rasanya dipeluk lelaki.' Gumam Palupi dalam hati. Seperti ada ratusan kupu-kupu menari di perutnya.
Jantung keduanya berdegub dengan kencang, walau diselimuti rasa enggan saling melepaskan diri.
Naluri Palupi menuntunnya untuk membalas pelukan John.
Tiba, tiba....
"Oh..my God..., oh Tuhanku, kalian siang bolong main adegan mesum. Oh... mata eiyke! Mata eiyke ternoda. Ya ampun eiyke jadi kepingin, aduh...ciiinnn...!"
Kebisingan tiba tiba hadir bersama dengan kedatangan tamu tidak diundang yaitu si tukang heboh Liana.
"Liana!" Mata John melotot tajam ke arah Liana. Suasana syahdu dan rasa yang penuh cinta serta kemesraan itu hilang seketika.
"Tuan, saya malu." Palupi mendekatkan bibirnya ke arah telinga John, sambil menutup wajahnya .
Pemandangan itu tentu saja membuat Liana terbahak, dengan suara aslinya keluar membahana.
"Liana, ada apa kamu datang tanpa aku undang? Mengganggu saja, huuff...! Sungguh terlalu! Kau tak memberiku waktu bagi kami bersantai sejenak!"
Sungut John karena kenyamanan hanya sejenak dia rasakan.
Liana hanya mengibaskan tangannya sambil duduk dan meletakkan kotak yang ditentengnya masuk.
"Bos, hari ini jadwal bagi nona cantik kesayanganku ini untuk belajar berjalan pakai high heel."
Liana menyerahkan lembar schedule yang disusunnya untuk mengubah penampilan dan melatih Palupi agar tampil percaya diri saat tiba waktunya kelak bertemu dengan ibu kandungnya.
Dengan serius John mempelajari konsep yang disodorkan Liana.
Ingatannya kembali melayang saat bertemu dengan nyonya Anne. Wanita cantik mantan kekasih kakaknya yang kini bertemu dan merajut kembali cinta mereka yang sempat terurai.
"Hmmm, baiklah. Bimbing dan latihlah Gulizar agar tampil sebagai gadis yang bermartabat dan berkelas."
Ucap John sambil berdiri dan beranjak ke taman belakang.
Liana mengajak Palupi masuk ke ruang gym mini yang terletak dekat kolam renang.
Villa yang dibeli John dengan menggunakan identitas Ray sebagai WNI, memungkinkan John memiliki tempat tinggal.
John merasa nyaman tinggal di villa yang sejuk dan asri. Udara yang terasa tidak terlalu berbeda dengan udara tempat tinggalnya di negara Inggris. Sebuah negara yang beriklim sejuk dan basah.
Walau agak jauh dari keramaian kota, tinggal di villa ini adalah pilihan yang paling tepat.
Sayup-sayup terdengar suara Liana yang mengarahkan Palupi untuk melangkah dengan badan tegak dan dada membusung saat berjalan dengan buku tebal di atas kepalanya.
"No, no, bukan begitu cara melangkahnya."
Liana sedang mengajari Palupi melangkahkan kaki seperti langkah seorang peragawati.
Palupi sempat bengong, melihat Liana yang luwes berjalan di atas garis lurus di lantai dengan buku besar di atas kepalanya.
"Uhhh, ternyata sulit ya berjalan di atas garis itu." Ujar Palupi sambil nyengir.
"Justru harus belajar, Non. Coba amati peragawati dan artis papan atas. Jalan mereka tegak namun luwes. Ayo, belajar lagi!" Perintah Liana denga sabar.
Palupi gadis yang cerdas. Dia dengan tekun belajar dari arahan Liana.
Termotivasi oleh rasa rindu 'tuk bertemu dengan perempuan yang sudah melahirkannya, mendorong Palupi berlatih dengan keras.
"Baiklah cantik, kita istirahat dulu ya. Kita makan siang dulu. Tetapi ada syaratnya." Ucap Liana dengan senyum-senyum.
"Idiiih, kok pakai syarat sih. Kan perutku sudah keroncongan dari tadi." Jawab Palupi sambil menyeka keringat di dahinya.
"Mari kita tunjukkan kepada boss, hasil kerja kerasmu selama dua jam ini. OK, cantik?!" Timpal Liana.
"Baiklah Madame." Jawab Palupi dengan gerakan tubuh memutar seperti yang diajarkan Liana.
Liana tertawa geli menyadari keusilan Palupi yang memperagakan gerakan tubuhnya saat berlenggak lenggok bak berjalan di red carpet.
Dua sessie pelatihan yang sudah dijalani Palupi, membuatnya untuk segera belajar cara berjalan yang benar menggunakan stiletto heels seperti artis papan atas.
Liana mengamati gerakan tubuh dan kaki Palupi saat mulai keluar dari ruang gym. Begitu cepat Palupi menyerap bimbingan Liana.
Hanya perlu sedikit mengoreksi gerakan kaki dan bahunya.
Liana dibuat takjub mendapat murid yang cerdas. Rasa haru membuncah dalam dada Liana.
Keduanya telah sampai di ruang makan. John terkesima melihat cara jalan Palupi.
Mulai terkikis kebiasaan jalan Palupi yang cenderung cepat, bahkan seperti setengah berlari.
Senyum John terkembang. "Ayo kita makan, mumpung masih hangat."
Dengan gaya anggun Palupi duduk dengan hati-hati. Dada tetap tegak namun luwes.
Saat jam makan siang inilah, dengan disaksikan oleh John, Palupi mulai mempraktikkan cara makan sesuai dengan aturan 'table manner' yang sudah diajarkan oleh Liana.
John terharu. Dalam hati dia berucap, 'lihatlah nyonya Anne, putrimu sangat luar biasa. Bolehkan aku memilikinya?'
****************
Boleh nggak sih Lupi 🤭, biar waktu yang menjawab ya Mak 🤣.
jangan lupa like, komen positif + rate ⭐🖐️. Jaga kesehatan, happy always 😘.
TBC🖐️
klo palupi dia terlalu baik