My Love My Dokter

Di sebuah kamar terlihat dua pria sedang tertidur dengan sangat pulas, hingga matahari terbit dan bersinar dengan terangnya pun, tak mampu mengganggu nyenyak nya mereka menyelam di alam mimpi.

Jam pun menunjukkan pukul setengah tujuh pagi, menandakan waktu malam telah Habis bergantian dengan waktu pagi, alarm handphone Divan berdering dengan sangat keras, hingga mengganggu tidur bayi kecil yang tertidur di ranjang bayi.

Bayi itu pun menangis dengan sangat keras ketika waktu tidurnya terganggu, membuat dua pria yang tidur di ranjang sebelahnya terkejut dan terbangun dari tidurnya.

"Hay baby, apa yang terjadi, kenapa kamu menangis?"Tanya Rama segera bangun dari tidurnya, dia pun berniat menggedong nya namun dia urungkan, ketika niat nya terhalang dengan beberapa alat yang menempel di tubuh sang anak.

"Divan Boleh uncle minta tolong?"Tanya Rama kepada Divan yang belum sepenuhnya sadar dari tidurnya.

"Hemm"Jawab bocah itu dengan memejamkan mata.

"Astaga, kamu turun ke bawah panggil dokter, suruh mereka naik keatas, apa kamu paham boy?"Tanya Rama ketika memberikan perintah sang bocah.

Tanpa di perintah dua kali, bocah itu pun segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar, tak butuh waktu lama dokter pun nampak memasuki kamar dengan beberapa perawat.

"Dia menangis apa dia kesakitan?"Tanya Rama dengan bingung dan Kawatir ketika sang bayi meraung-raung.

Berbeda dengan Rama, kini sang dokter malam tersenyum, dan menatap kepada para perawat seolah memerintahkan sesuatu, perawat pun nampak menganggukkan kepala tanda mengerti.

Mereka dengan pelan dan hati hati melepas seluruh alat, yang menempel ditubuh baby Natan, melihat hal itu Rama pun terkejut dan menetap tajam sang dokter, yang membalasnya dengan senyuman.

"Bayi anda baik baik saja tuan muda, sebenarnya semua Alat ini tak di perlukan dari kemarin, namun nona Vanesa menyuruh saya memasang Semuanya, seolah olah baby Natan sedang sakit parah, namun kenyataannya dia hanya syok akibat dari jatuh dari ranjang kemarin"

"Sebetulnya saya sangat menyayangkan kejadian ini, bagaimana bisa mereka teledor dalam mengasuh dan mengawasi, kemarin hanya terjatuh dari ranjang, namun hari hari selanjutnya saya yakin hal ini akan terulang kembali"Nasehat dokter menjadi tamparan keras bagi Rama, pria itu pun merutuki dirinya sendiri yang telah percaya dengan ibu dari anaknya tersebut.

"Makasih dok, saya berjanji hal ini tak akan pernah terjadi lagi"Ucap Rama dibalas anggukan oleh sang dokter sebelum keluar dari kamar nya.

Sepeninggalan Dokter, kini tinggallah Rama, baby Natan dan seorang perawat, yang tengah bersiap untuk memandikan baby Niel.

"Sus saya tinggal kebawah dulu, nanti setelah selesai tolong bawa baby Natan kebawah yaa"Ucap Rama kepada sang suster.

Dibawah tepatnya di ruang makan, kini Divan tengah asik sarapan pagi disusupi oleh citak, bocah itu tampak diam dan asik memainkan handphone, dengan beberapa kali membuka mulut menerima suapan dari pria berbadan besar dan kekar itu.

"Weh gorila sedang nyuapin anaknya nih"Ucap Rama dari tangga membuat Divan dan citak menatapnya dengan tatapan tajam.

"No, om cicak bukan golila"Jawab Divan membela teman barunya itu.

"Sudah jangan didengerin, Divan makan aja yang banyak"Ucap citak mengabaikan dan kembali menyuapi bocah kecil itu.

"Hahahaha, sumpah cute banget gue liat kalian, coba aja ada bik Darmi lengkap sudah keluarga bahagia kalian, Divan besok banyak banyak ke pantai yaaa, biar warna kulitnya sama dengan kulit om cicak hahahaha"Ejek Rama membuat citak mendengus kesal dengan ulah bos nya itu.

"Jangan bawa bawa bik Darmi tuan, dia sudah tenang di alam sana"Ucap citak membuat Rama seketika terdiam.

"Oooo, ental ada setan gentayangan huhuhu"Ucap Divan mencoba menakut-nakuti Rama dengan wajah imutnya.

Terbukti Rama terdiam beberapa saat, membuat semua orang menatap heran dan takut ketiak Suasana mendadak hening.

"Citak Lo tau gak, kalo bik Darmi mati nya karena apa?"Tanya Rama dengan pelan membuat semua orang fokus kepadanya, sedangkan citak pria menggelengkan kepala dan nampak bingung.

"Dia mati karena gue yang bunuh elah, dia Kan simpanan bapak Lo bego"Teriak Rama dengan keras membuat semua orang tertawa ketika melihat wajah citak berubah seketika.

"Noh rasain, kayak judul sinetron kekasih ku simpanan bapak ku, korban dari majikan ku, Lo tulis aja jadi naskah, Mayan bisa panjang entar kalo jadi film"Ucap Rama lagi lagi membuat para anak buahnya tertawa.

.

.

.

.

.

.

Berbeda dengan sang anak, kini Maria, Risa dan bude Retno tengah asik mengobrol di mobil yang di kendarai oleh Risa, tiga perempuan itu berniat berbelanja dan sekedar jalanan jalan untuk mengisi hari libur mereka.

"Risa Tante suka benget deh dengan Outfit kamu, emang suka yaa pakai kaus oversize gitu?"Tanya Maria dari jok belakang membuat Risa melirik dirinya dari sepion.

"Iya Tan, mungkin karena kerja di korea juga kan dulu, suka liat cewek pakai celana pendek sama kaos jadi suka, simple aja gitu tapi kalo di desa malah di anggap fulgar"Jawab Risa dengan mata fokus ke depan.

"Gak papa Tante suka, nanti kamu pakai tas pemberian Tante, pas sama kaos putih kamu"Ucap Maria membuat Risa teringat dengan barang pemberian Maria.

"Apa gak papa Tan, Risa kira ini terlalu mahal, bahkan mobil Risa pun kalo dijual belum tentu bisa untuk membelinya"ucap Risa tak enak ketika melihat harga sebuah tas keluaran brand Hermes itu.

"Ingat yaa Risa, kalau kita punya uang lebih hal seperti itu wajib kita miliki, apalagi kita punya penghasilan sendiri, apa pun yang kita mau beli saja, kebahagiaan itu lebih berharga dari ada uang"Ucap Maria memberikan Risa nasehat.

"Yang di ucapkan Bu Maria itu benar, menikmati hasil itu perlu jangan terlalu irit, ingat Risa kamu bukan lagi istri Dito yang menyebut dirimu matre"Bude Retno yang sedari tadi diam di samping Maria bersuara, dia mengingatkan Risa dengan kata kata sampah dari sang Mantan suami.

"Cih, tidak ada wanita matre di hadapan pria kaya, cari pria yang bertanggung jawab tidak perlu kaya, yang penting setia dan bisa mencukupi kebutuhan kalian, pingin saya tonjok kalo ada orang seperti itu"Ucap Maria geram mendengar penghinaan dari Dito.

"Iya dia memang seperti itu, untung saja punya tampang bagus kalo enggak mana laku, kelurga dia itu sok agamis banget Bu apa apa salah di mata mereka" Ucap Bu Retno semakin menggebu-gebu.

"Saya paling benci kalo ada orang yang membawa bawa agama, di negara kita itu banyak sekali mengunakan agama untuk senjata mereka, menghasut orang untuk menyerang lawan lawan mereka, saya lebih suka bunuh mati lawan lawan, daripada adu domba atupun saling sindir di media sosial"Ucap Maria dengan tegas, membuat bude Retno dan Risa menelan ludah dengan kasar.

Kali ini mereka paham, darimana sikap bar- bar Rama berasal, rupanya sang tuan muda mewarisi watak sang nyonya besar Wijaya group.

Next

jangan lupa like coment and faforit