Hi readers, dukung terus penulis ya. ini karyaku yang kedua setelah ' Terimakasih untuk, lukaku'. berikan saran ya, supaya penulis bisa menulis lebih baik di tulisan berikutnya.
Tulisan ini bercerita tentang kehidupan seorang gadis dan seorang pria yang berbeda status soaial. Tapi meninggalkan satu tali yang harus mempertemukan mereka. Tanpa kesengajaan mereka sudah menyandang status orang tua.
Ira Kusuma, gadis desa yang pintar, tapi sangat pendiam dan tidak gampang untuk bergaul. Karena keadaan tidak sadar tuannya sudah meninggalkan satu nyawa dirahimnya, yang tidak diketahui oleh sang tuan.
Marcel Sanjaya, Seorang pengusaha sukses, kaya raya dan berwajah tampan. istrinya seorang wanita cantik model papan atas. Laki-laki yang sudah memporak - porandakan hidup Ira.
Satrio atau Rio, anak yang awalnya tidak diharapkan kehadirannya, ternyata berkah terindah buat semua keluarganya.
Bu Ani, ibu dari Ira yang selalu menemani anaknya dalam susah dan sedih.
Bu Clara, orang tua Marcel yang baik pada semua orang tanpa melihat status.
Pak Kamal, orang yang bekerja dirumah Marcel dan banyak membantu Ira dan ibunya.
SELAMAT MEMBACA YA, SEMOGA SUKA🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Neo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 20 PERTEMUAN 2
Pak Nirwan dan Rio beserta neneknya akhirnya turun kelantai dasar, keruang kepala sekolah.
"pak Nirwan bapak aja yang ajak Rio ketemu ketua yayasan ya pak, saya kok keknya grogi ya, saya tunggu diluar aja. kecuali nanti saya ditanya" pinta Bu Ani
"oh coba ya Bu," jawab Nirwan sopan.
tok tok tok
"masuk" suara dari dalam
"selamat pagi pak" sapa pak Nirwan begitu membuka sedikit pintu ruangan itu, dan melihat dua laki-laki sedang menoleh kearahnya.
"pagi"
"pagi"
Lalu Nirwan menarik tangan Rio untuk berdiri disebelahnya. sementara Bu Ani masih berdiri dibelakang mereka dibalik dinding ruangan itu. Pak Sanjaya dan Marcel sama-sama terpana, seperti ada sesuatu yang mereka susah ucapkan saat melihat anak ini.
"kenalkan ini Rio pak, dulu murid kesayangan saya di SD n, ayo Rio perkenalkan dirimu", ucap pak Nirwan memerintah Rio.
"baik pak Nirwan" ucap Rio sopan dan tenang. lalu agak sedikit membungkuk dia memperkenalkan dirinya dengan lantang.
"selamat pagi bapak-bapak, perkenalkan nama saya Satrio, sering dipanggil Rio, umurku sekarang tujuh tahun dan kami tinggal dikampung x RT x RW x. terimakasih", ucapnya tegas tapi sopan setengah menunduk.
prok prok prok
pak Sanjaya sampai tepuk tangan melihat keberanian dan ketenangan Satrio. begitu juga Marcel, ntah kenapa dia ingin menangis melihat anak ini.
"Bapak ini bekas gurunya ,lalu dimana orang tuanya" tanya pak Sanjaya.
"ibunya sedang bekerja pak dan dia kesini bersama neneknya, ada diluar" jelas pak Nirwan.
"oh kalau begitu bapak boleh tinggalkan kami dulu, dan suruh nenek dari anak ini masuk, kami hanya ingin berbincang- bincang" jelas pak Sanjaya yang diangguki oleh pak Nirwan.
"kalau begitu saya permisi pak" ucapnya agak menunduk.
"silakan masuk Bu, mereka ingin berbicara dengan ibu" ucap Nirwan sambil keluar dan memberi jalan masuk untuk Bu Ani.
"oh iya makasih pak" Bu Ani dengan agak menunduk masuk keruangan itu.
Sementara pak Sanjaya dan Marcel yang tadinya senyum - senyum melihat Rio sontak kaget melihat wanita yang baru masuk itu.
'bi ani' batin pak Sanjaya dan Marcel hampir bersamaan.
"selamat pagi bapak-bap...." ucapan Bu Ani terpotong saat sadar siapa yang ada didepannya. Dia bengong menatap kedua laki-laki yang ada didepannya.
"bi Ani" ucap mereka bersamaan sambil berdiri bersama.
"ah eh maaf ...itu...kok ....tuan bisa disini"? tanya bi Ani gugup dan terbata- bata dan airmatanya sudah tidak bisa dikondisikan.
"Bi Ani, bi Ani kemana aja, kami selama ini cari bi Ani sampai kekampung"
"maaf tuan, tatatapi ada apa ya" gugupnya makin kelihatan.
Melihat neneknya gugup dan gemetaran Satrio mengira kalau neneknya ketakutan. Maka dia berinisiatif membantu memegang tangan neneknya.
"nek, nenek jangan takut, bapak-bapak ini bukan orang jahat, kan ada Rio. nenek jangan takut iya, pegang tangan Rio", ucapnya polos seolah-olah dia pelindung neneknya.
"Bi Ani, sudah lama kami mencari-cari bi Ani, karena ingin minta maaf. terutama Marcel, dia sudah melakukan kesalahan yang sangat besar terhadap anak ibu, dia tidak ingin menanggung dosa itu terus bi" jelas pak Sanjaya."Setidaknya kasih dia waktu untuk minta maaf" ucap pak Sanjaya lagi.
Bi Ani semakin menangis mendengar penuturan mantan majikannya. sepintas dia ingat masa lalu dirumah Marcel dan tuan Sanjaya.
flashback on
"Bi Ani..bi Ani,"
"iya den"
"saya benar-benar kecewa sama bibi, yang sudah aku anggap jadi keluarga, ternyata tega menjebak ku dengan putrimu itu. untuk apa, demi uang, hartaaa atau ingin menjatuhkan ku. demi apa biiiii", teriak Marcel. bi Ani diam saja, dia sudah tidak bisa menangis.
Airmatanya serasa sudah habis Setelah seminggu anaknya dirawat dipuskesmas, dan hari ini bisa pulang ke rumah dengan menghadapi pernyataan konyol ini.
"ingat bi jangan sampai anakmu pura-pura hamil untuk menjebak ku, karena kalau itu sampai terjadi bukan hanya menderita mungkin dia akan saya hilangkan dari muka bumi ini, bibi tahu kan siapa pacarku? bibi juga tahu kan aku sama Ingrid sudah mau menikah? jangan sampai gara-gara anakmu yang tidak tahu diri itu, semua rencana saya berantakan" ucap Marcel berapi-api lalu berlalu masuk ke kamarnya dilantai atas.
Bi Ani tidak tahan lalu dia minta art lain melanjutkan pekerjaannya, karena dia ingin melihat Ira anaknya dulu.
Begitu sampai dikamarnya bi Ani sangat miris melihat Ira yang duduk dipojok ruangan dengan duduk memeluk kedua kakinya, pandangannya kosong dan tidak mau bertemu siapa pun. Takut melihat setiap orang terutama laki-laki semenjak peristiwa malam itu.
'apa yang sudah aku berikan dalam hidupmu nak'airmatanya tumpah seketika sambil memapah anaknya naik ke kasur dan mengganti pakaiannya. Sepanjang itu airmatanya tidak berhenti sama sekali sementara Ira hanya diam bengong tak bereaksi.
flashback off
"kenapa anda merasa bersalah, bukankah kami yang sudah menjebak anda." diam sejenak dengan tatapan kosong kesatu titik."maaf pak saya kesini untuk bertemu ketua yayasan sekolah ini, tapi saya tidak tahu kalau sekolah ini adalah milik anda. sebaiknya Rio tidak usah pindah kesini" jawabnya hendak menarik tangan Rio.
Tapi sebelum hal itu terjadi Marcel sudah menjatuhkan tubuhnya bersujud dibawah kaki Bu Ani.
"tolong maafkan saya Bu, saya sudah benar-benar salah sama ibu dan anak ibu, saya dulu menuduh ibu menjebak saya, ternyata itu salah besar" ucapnya tulus sambil berurai airmata.
"Bu dulu Marcel melakukan kesalahan itu karena tidak sadar. saya juga tidak pernah mendidik dia begitu Bu. tolong maafkanlah dia Bu Ani," pak Sanjaya ikut memohon kepada Bu Ani.
"mungkin saat dia menghancurkan anak saya malam itu, dia tidak sadar tuan, tapi saya ingat betul bahwa tuan Marcel sangat sadar mengatakan bahwa saya dan anak saya menjebak dia demi uang saat anak saya keluar dari puskesmas, bahkan saat itu saya sudah tidak tahu caranya menangis seperti apa", cerita Bu Ani sudah berurai airmata. Sementara Marcel masih jongkok dihadapan Bu Ani.
"maafkan saya Bu," ucapnya tulus mengingat semua perkataannya.
Sementara pak Sanjaya terdiam mendengar cerita bi ani. Pasti luka dihati Bu Ani sudah sangat dalam, sampai-sampai bi Ani yang dia kenal sangat baik bisa sedendam ini, batinnya. Tapi biar bagaimanapun mereka harus berdamai demi masa yang akan datang. Mereka tidak akan hidup tenang dengan menyimpan dendam.
"saya sudah memaafkan anda tuan," ucap bi Ani dengan menegaskan kata tuan."makanya saya membawa anak saya jauh dari hidup Anda, dan saya juga berharap kita tidak usah bertemu lagi dimana pun", sambil menarik tangan Rio ingin keluar dari tempat itu.
klo g mau lg msk ke hotel prodeo