NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Perceraian

Cinta Setelah Perceraian

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:13M
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

Maya dan Leo menikah di usia yang masih belia. Persoalan rumah tangga terasa sulit dihadapi karena belum matangnya usia mereka. Hingga perceraian tak mampu mereka hindari. Kini mereka bertemu kembali. Mampukah benih-benih cinta mempersatukan mereka lagi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Meragukan Diri Sendiri

Keesokan harinya aku bangun jam 8 pagi. Masih malas rasanya untuk bangun. Masih ingin tidur lebih lama lagi. Tubuhku terasa remuk karena belum terbiasa bekerja.

Aku mencari keberadaan Maya namun sepertinya Ia sedang sibuk beres-beres rumah. Setelah kami menikah Maya yang memang tipikal resik alias suka kebersihan amat rajin membersihkan rumah.

Baju-bajuku juga sudah wangi dan disetrika dengan rapi. Mungkin Ia tidak ada kesibukan dan tak ada teman untuk diajak bicara jadi menyibukkan diri dengan membersihkan rumah.

Aku langsung mandi dan bersiap untuk berangkat kerja. Saat aku keluar kamar mandi kulihat Maya sedang serius menonton berita. Lucu rasanya melihat Ia tertarik akan berita di TV, biasanya acara gosip atau musik alay yang Ia tonton.

Sebelum berangkat kerja aku memberi uang yamh kemarin dibagikan oleh supervisorku. Upahku harian sebesar 70 ribu dan ada upah mingguan juga namun tidak seberapa. Lumayanlah untuk menyambung hidup sampai aku dapat pekerjaan lain.

Kuberikan 50 ribu kepada Maya. Lagi-lagi matanya berbinar. Bukan karena mata duitan, aku tau itu. Maya biasanya pasti punya uang lebih banyak dari yang aku kasih.

Mata berbinarnya adalah mata penuh pengharapan padaku. Mata yang seakan mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja mulai sekarang.

Aku lalu berangkat kerja dengan membawa bekal yang Maya buatkan. Menu sederhana yang rasanya pun masih jauh dari sempurna.

Rutinitasku sehari-hari hanya kerja lalu di rumah untuk istirahat dan tidur. Aku bahkan tidak pernah melakukan hubungan suami istri dengan Maya lagi. Lelah rasanya.

Jam kerjaku sudah selesai sebenarnya dari jam 7 malam. Aku tidak langsung pulang. Aku main dulu ke tempat Toni.

"Bor, enggak ada kerjaan lain apa?" tanyaku pada Toni dengan panggilan kesayangan 'Bor'.

"Belum ada lagi, Cuy! Memangnya kerjaan sekarang kenapa sih?" tanya Toni lagi.

"Enggak apa-apa. Cuma kan harus kerja bareng Lidya agak risih aja. Kalau Richard sampai tau habislah." curhatku.

"Richard masih kepo emangnya sama Lidya?" tanya Toni penasaran.

"Enggak tau. Belum ketemu Richard lagi." aku meminum kopi yang Toni suguhkan. Ia tinggal seorang diri di kota. Kedua orang tuanya tinggal di luar kota.

Rumahnya lumayan besar. Ia juga anak orang kaya yang bebas. Anak tunggal yang diberi kebebasan penuh oleh orang tuanya namun tetap dalam pengawasan.

"Nikmatin aja dulu. Sampai nanti dapet kerjaan baru. Kalian kan masih butuh uang buat hidup sehari-hari." nasehat Toni.

"Kalau Lidya PDKT terus gimana? Mau bilang apa kalau Richard nanya?"

"Jawab aja yang jujur. Toh memang Lidya yang PDKT. Itu bukan salah anda, Bung." jawab Toni dengan entengnya.

Toni tau segala permasalahan hidupku. Ia teman curhatku satu-satunya. Sahabat yang baru kukenal namun sudah amat dekat dan solid.

"Udah ah, udah malam. Kasian Maya nungguin di rumah. Kabarin ya kalau ada kerjaan baru." pesanku pada Toni.

"Siap. Salam ya sama Maya."

"Ngapain salamin bini orang?" tanyaku penuh selidik. Aku tuh agak sensitif kalau ada yang nyalamin Maya.

"Yaelah gitu aja cemburu amat. Salam doang Enggak ada maksud apa-apa. Udah sana pulang. Nanti bini cantiknya diambil orang ha...ha...ha..." puas sekali Toni menertawakanku.

Aku pun pamit pulang. Kupakai earphone dan kudengarkan siaran dari radio favoritku. Topik yang dibahas adalah tentang kekerasan terhadap anak.

Menurut penelitian, ada sedikitnya 16 dampak kekerasan pada anak yang diasuh, dididik dan disiplinkan dengan kekerasan, baik di rumah maupun di sekolah.

Membentuk mental sebagai korban.

melakukan kekerasan, anak yang juga menjadi korban kekerasan justru bisa berubah menjadi pelaku kekerasan tersebut.

Rendahnya kepercayaan diri disebabkan oleh ketakutan akan melakukan sesuatu yang salah dan ia akan mengalami kekerasan lagi.

Mengalami trauma.

Perasaan tidak berguna.

Bersikap murung.

Sulit mempercayai orang lain.

Bersikap agresif.

Depresi.

Sulit mengendalikan emosi

Sulit berkonsentrasi.

Luka, cacat fisik atau kematian.

Sulit tidur.

Gangguan kesehatan dan pertumbuhan.

Kecerdasan tidak berkembang

Menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

(source google)

Beberapa ciri yang disebutkan ada dalam diriku. Apakah seburuk itu dampak yang akan aku dapatkan karena perbuatan Papa?

Sejuta tanya dalam benakku kembali menghantui pikiranku.

Akankah aku menjadi seperti Papa?

Akankah aku menjadi ayah yang baik untuk anakku?

Bagaimana kalau akhirnya aku menjadi seperti Papa dan Maya menjadi korbanku seperti Mama yang menjadi korban Papa.

Tanpa sadar aku mengendarai motor dengan pikiran yang melayang kemana-mana. Untunglah aku berhasil selamat sampai rumah.

Kulihat jam di handphoneku. Jam 11 malam. Kupikir Maya sudah tidur tapi ternyata Ia masih menungguku.

Maya menyambut kedatanganku dengan penuh semangat. Ia bahkan menceritakan kehebatannya mengatur uang belanja yang kuberikan. Aku tersenyum lalu mengacungkan kedua jempol tanganku memuji kehebatannya.

Ia bahkan menyuguhiku susu milo kesukaanku dengan uang yang berhasil Ia hemat tersebut. Wajahku tersenyum tapi hatiku galau.

Maya sudah tertidur pulas dengan lenganku sebagai bantalnya. Ia memeluk erat tubuhku seakan takut kehilanganku.

Kutatap wajah cantiknya tanpa make up sedikitpun. Wajah cantik alami tanpa tatoo alis seperti milik Lidya atau sulam bibir seperti Mama. Semuanya masih asli ciptaan Tuhan.

Diantara kami ada makhluk Tuhan yang kini hidup dalam rahim Maya. Hasil buah cinta kami. Anak tanpa dosa.

Topik pembicaraan di radio kembali membuatku bimbang. Aku adalah seorang anak yang tumbuh dengan kekerasan yang dilakukan oleh Papa. Aku melihat sendiri bagaimana Mama dipukuli oleh Papa.

Akankah aku menjadi seperti Papa? Beberapa kali pertanyaan itu terus berputar di otakku.

Kalau aku akan menjadi seperti Papa, bagaimana nasib Maya dan anakku kelak?

Apakah aku yang pada akhirnya akan menyakiti mereka berdua?

Tidak.... tidak.... Semua tidak boleh terjadi.

Aku menjadi takut dengan diriku sendiri. Apakah sebenarnya ada sebuah monster yang hidup di dalam diriku dan suatu saat akan keluar dan ******* keluargaku tanpa sisa?

Tidak... Aku enggak boleh kayak Papa.

Aku memindahkan kepala Maya diatas bantal. Tiba-tiba aku jadi tidak mengantuk lagi.

Aku lalu turun dari tempat tidur dan berjalan keluar rumah. Aku duduk di teras rumah yang sepi. Lingkungan rumah kami sudah tidur nyenyak dalam rumahnya masing-masing.

Aku menatap tanganku yang terbuka. Telapak tanganku bahkan jauh lebih besar dari telapak tangan Maya. Kalau suatu hari nanti aku sampai menjadi seperti Papa, maka Maya bisa babak belur dihajarku.

Lalu bagaimana dengan anakku? Akankah nasib kami akan sama?

Hari sudah semakin larut. Udara di luar semakin dingin. Aku putuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.

Maya masih tertidur pulas. Ia bahkan tidak menyadari kalau sejak tadi aku tidak tidur di sampingnya.

Aku duduk di samping tempat tidur dan menatap wajah bak malaikat milik Maya. Kubelai lembut rambut panjangnya.

Air mataku pun tak kuasa kutahan. Aku takut. Amat takut. Aku takut pada diriku sendiri. Aku takut aku akan menjahati Maya....

Aku menangis tanpa suara. Dan akhirnya aku pun tertidur lelap.

***

Tanpa terasa sudah 2 minggu aku bekerja di restauran milik Lidya. Aku memberikan uang mingguanku sepenuhnya untuk Maya.

Hari ini jadwalku libur. Aku memutuskan di rumah saja dan menyelesaikan konsep yang aku buat di laptop.

Maya tiba-tiba merengek padaku. Ia meminta ijin untuk diijinkan berjualan di rumah kontrakkan kami.

Tanpa mendengarkan alasan Maya aku langsung menolaknya. Aku lalu marah dan pergi meninggalkan rumah dengan membawa laptop dan motor.

Ini pertengkaran hebat kami pertama kali setelah menjadi suami istri. Kenapa Maya jadi tidak mau menurut setiap perkataanku? Apa uang yang aku berikan masih kurang?

Aku pun pergi ke rumah Toni, namun ternyata Toni sedang kuliah. Aku lalu pulang kembali ke rumah.

Kudapati rumah dalam keadaan kosong. Ternyata setelah aku pergi Maya juga pergi dari rumah. Rasa marah kembali menguasai dadaku. Aku makin kesal karena Maya berani membantahku.

Aku menunggu Maya pulang. Lumayan lama Ia akhirnya pulang ke kontrakkan. Rasa curiga mulai melandaku. Aku bahkan tidak percaya dengan alasannya yang pergi makan bakso dengan ibu-ibu tetangg kami.

Sejak kapan Maya akrab dengan Ibu-ibu tukang rumpi yang selalu menatapku bagai sasaran empuk gosip mereka? Enggak mungkin Maya mau bergaul dengan mereka. Masa sih level pertemanan Maya sekarang menurun drastis?

Aku dan Maya pun bertengkar lagi. Lebih hebat dari sebelumnya. Segala argumen Maya aku patahkan.

"Kamu pikir aku mau hidup seperti ini? Aku juga maunya hidup enak dan bisa ngajak kamu jalan-jalan kayak dulu. Bukan hidup serba kekurangan kayak sekarang!" kataku dengan nada tinggi dan sambil membentaknya.

Kulihat Maya ketakutan. Ia pun menangis. Saat Maya mengatakan aku berubah menjadi tempramental disitu aku sadar kalau aku sudah berubah menjadi mirip Papa.

Aku shock dengan fakta yang Maya sampaikan. Aku tidak menyadari bahwa diriku yang sekarang sudah makin menyerupai Maya.

Ternyata yang aku takutkan pun terjadi. Aku memang berubah menjadi copy paste Papa. Aku mulai menjadi laki-laki tempramental. Apa selanjutnya aku akan berubah menjadi seperti Papa yang ringan tangan?

Aku langsung meminta maaf kepada Maya. "May..... Aku minta maaf sama kamu.... Aku... Aku enggak bisa ngendaliin diri aku."

Tak mendapat respon, aku pun mengarang cerita agar Maya mau memaafkanku. "Aku lagi ada masalah di kantor. Dan aku emosi ngeliat kamu yang terus membantah setiap perkataanku. Maafin aku, May. Maaf...."

Aku mulai menjadi seperti poin 1, yakni bermental korban. Aku beralasan ada masalah dan berharap Maya mengasihaniku yang sedang dalam masalah. Aku seperti korban yang butuh belas kasihan Maya.

See? Aku mulai seperti Papa.

Dan aku mengakui itu.

Maya terus menangis sampai Ia jatuh tertidur. Aku membiarkannya menenangkan diri. Aku juga butuh berpikir jernih.

Kenapa sikapku makin mendekati topik yang waktu itu aku dengarkan di radio? Apa aku akan semakin lama semakin parah? Apakah nantinya aku akan melukai Maya dan calon anak kami kelak?

Tidak. Aku tidak akan membiarkannya.

Aku harus meminta maaf pada Maya. Aku tidak mau hubunganku dengan Maya jadi buruk.

Aku tidak pengalaman dalam mengambil hati perempuan yang marah. Aku pernah berpacaran tapi aku diputusin karena menurut mereka aku enggak peka. Terserahlah enggak peka menurut mereka tuh yang kayak gimana. Aku enggak peduli. Toh aku tidak benar-benar menyukai mereka.

Tapi ini Maya. Istriku. Calon ibu dari anakku. Bagaimana kalau Maya marah dan aku tetap tidak peka dan tidak bisa mengambil hatinya?

Aku lihat plastik berisi belanjaan yang tadi Maya bawa dan Ia buang saat kami bertengkar. Sebuah ide terlintas di pikiranku. Ya, aku akan memasak untuk Maya.

Aku pun mulai memasak memakai ilmu kira-kira yang kupunya. Yang penting kan ketulusan, hasilnya mah nanti saja.

Maya terbangun mencium bau masakanku. Aku pun menghidangkan masakan yang kumasak. Ternyata masakanku keasinan.

Tapi Maya akhirnya memaafkanku. Maya bertanya apa aku ada masalah. Aku lalu mengarang cerita tentang masalahku di tempat kerja. Maya pun percaya. Maaf ya May, aku terpaksa berbohong.

Aku enggak mau kamu sampai tahu tentang keluargaku yang berantakan itu. Aku enggak mau kamu tahu kalau aku berpotensi memiliki tempramen mirip papaku.

Aku enggak mau kamu ketakutan dan akhirnya pergi meninggalkanku. Lalu aku pun berubah. Aku yang takut dekat dengan Maya. Aku takut menyakitinya dan juga bayi dalam perutnya.

Hidup Maya mulai berwarna dengan teman-teman barunya. Aku turut senang Ia akhirnya mulai menikmati tinggal di kontrakkan dan bergaul dengan tetangga.

Tapi entah mengapa ada kecurigaan dalam dirimu. Sepertinya Maya menyembunyikan sesuatu. Aku melihat uang tabungan yang Ia simpan lebih banyak dari uang yang seharusnya Ia sisihkan. Darimana uang itu berasal?

Sebagai orang ekonomi aku tahu berapa perkiraan uang yang bisa Maya tabung dari hasil kerjaku. Tapi kenapa toples berisi uang tabungannya lebih banyak? Darimana Maya mendapatkan uang?

Kecurigaan berikutnya adalah aku menemukan kotak bekas es krim. Seingatku tidak pernah ada kotak es krim di rumah kontrakkan ini. Apa mungkin ini milik ibu-ibu tukang gosip itu?

Tidak.... Tidak.... Maya tidak mungkin mengecewakan dan membohongiku. Tapi aku melihat belakangan ini Maya terlihat amat bahagia. Bukannya Maya bahagia kalau tidak memikirkan tentang uang?

Ah kenapa aku jadi makin berburuk sangka pada Maya? Apa Maya yang berbohong atau aku yang memang curigaan?

Aku mengalihkan pikiranku dari semua kecurigaan yang kurasakan. Aku menjauhi diriku dari hal-hal yang membuat aku makin mirip dengan Papa.

Sampai akhirnya Maya bertanya apa yang terjadi padaku? Tanpa bertanya Maya menuntut pertanyaan kenapa aku bahkan tidak pernah mengusap perutnya seperti seorang bapak yang menanti kehadiran anak pertamanya? Semua terlihat dari sikapnya yang amat mudah terbaca

Apa yang harus aku jawab? Apa aku harus memberitahu Maya apa saja yang sudah kualami? Bukannya nanti Maya akan makin takut denganku?

Apa Maya akan berpikir aku adalah seorang psycho yang kejam? Apa Maya masih akan tetap bersamaku. Ah.... kepalaku pusing.

Sampai akhirnya aku menemukan tumpukan cokelat yang Ia sembunyikan. Darimanakah cokelat itu berasal? Apakah Maya berselingku?

-POV Leo End-

****

Hi ganteng dan cantik, jangan lupa like, vote dan share ya kalau kalian suka novel ini. Suka dong pastinya 😁.

1
Hendri Yani
Luar biasa
Ning Fifi
Top 👍
Erna Wati
luar biasa
Erna Wati
setuju banget thor
Wilda Mawadiyah
Luar biasa
Sukabaca
baguus sekali alur ceritanya
Ade Srimulyani
Luar biasa
Ade Srimulyani
Lumayan
indira kusuma wardani
Luar biasa
✨️ɛ.
Maya-Leo pasangan gesrek, kalo kata Kak Rian.. 🙂‍↕️
Retna chim
Luar biasa
Borahe 🍉🧡
riweh banget ya tuhan. hahahah
Jessica
Luar biasa
ani surani
suka pake bgt. author yg satu ini gk kaleng2 rombeng. cerita selalu bagus. selalu natural. tdk hanya ttg CEO yg kaya raya sj yg duceritaiin. ttg kehidupan org2 menengah krbawah juga. & selalu memberi inspirasi ttg kewirausahaan 👍😍❤🔥
ani surani
seru bgt ceritanya. mizzly is the best 👍😍❤🔥
ani surani
kayaknya baby nya cewek nih 😁
ani surani
momong 2 2 nya, cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
👍👍😍
ani surani
mama Lena & papa Dibyo nti dpt cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
nah kan ...😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!