"Kamu siapa?" tanya Angel dengan suara lirih pada pria yang tengah berada di atas tubuhnya.
Tapi pria itu tidak mengatakan apapun, hanya terus membuatnya merasa tidak nyaman dengan setiap sentuhannya pada Angel.
Kringggggg Kringggggg
Angel membuka matanya, suara alarm ponselnya membangunkannya. Dengan nafas terengah-engah Angel melihat ke sekeliling kamarnya.
"Hais, mimpi itu lagi. Kenapa aku terus mimpi hal yang sama sejak pindah ke kota ini" gumamnya bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Vampir
"Jangan dipikirkan Angel, kak Darryl sudah panggil derek kan? lagian dia juga sudah pergi dengan taksi. Semuanya akan baik-baik saja, dia sendiri yang bilang pada kita tadi kan? dia bekerja di jam 9, masih ada waktu satu jam. Aku yakin dia akan sampai di kantornya tepat waktu. Jangan khawatir!" kata Aline menenangkan Angel yang terlihat sangat khawatir pada Kael.
Namun meski apa yang dikatakan oleh Aline itu cukup masuk akal. Tapi dia masih merasa cemas. Sepertinya aneh saja peristiwa yang terjadi pagi ini. Anak kecil itu, darimana datangnya? kenapa bisa ada anak kecil seperti itu di kampus?
Lalu, kenapa setiap kali Darryl memberikan perhatian pada Angel. Dia selalu harus merasakan rasa sakit. Tangannya di gigitt saat itu, dan kali ini tangannya juga terkena lemparan bola dan cukup menyakitkan.
Angel mencoba untuk mengingatnya. Dulu, saat dia melambaikan tangan pada Darryl. Tangannya di gigitt dan dia mimpi sangat buruk. Dia ketakutan sekali. Kali ini, dia juga melambaikan tangannya pada Darryl. Dan tangannya bengkak kena lemparan bola.
'Apa semua ini ada hubungannya? apa aku harus coba sekali lagi untuk memastikan?' batin Angel.
Angel merasa sangat penasaran. Dia memikirkan sebuah cara, dimana dia mungkin saja bisa mencari tahu sendiri. Apa yang dia pikirkan itu benar atau tidak.
Deg
Angel memegang dadanya. Dia sudah di antarkan oleh Aline ke aula. Tapi kenapa rasanya dadanya malah berdebar kencang, tapi debaran yang menyakitinya.
"Aku akan pergi ke kelasku dulu. Mungkin hari ini juga aku tidak akan ada kuliah. Tapi mungkin akan ada yang diumumkan di kelas. Nanti aku kemari lagi!" kata Aline yang di angguki oleh Angel.
Angel masuk ke dalam ruangan yang sangat besar itu. Dimana semua mahasiswa baru memang harus masuk ke dalam ruangan itu.
Angel bertanya pada salah satu senior yang berdiri.
"Permisi, apa duduknya bebas dimana saja? atau ada aturan tertentu?" tanya Angel.
Dia sama sekali tidak ingin melakukan kesalahan di hari pertamanya masuk kuliah.
"Duduklah dimana kamu ingin duduk. Belum di tentukan kelompok untuk kalian. Ini hanya acara penyambutan dari direktur universitas!" kata wanita yang tampak serius itu.
Angel mengangguk paham.
"Terimakasih kalau begitu" dan wanita yang berambut ikal yang ditanya Angel itu membalas dengan anggukan.
Angel pun mencari tempat duduk yang tidak terlalu jauh dari podium, tapi tidak terlalu dekat juga. Dia rasa duduk di pinggir akan membuatnya lebih mudah kalau mau kemana-mana.
Angel pun duduk di tempat yang menurutnya cukup bisa melihat ke arah panggung dan bisa mendengar apa yang dikatakan di sana nanti.
"Hai, kamu dari kota mana?" tanya seorang pemuda yang menggunakan kacamata bersama dengan temannya.
Pemuda itu duduk di samping Angel. Angel merasa sedikit tidak nyaman. Tapi dia juga tidak bisa mengusirnya kan.
"Dari kota Calme" jawab Angel.
"Oh, aku Rustin, dari luar kota. Kota Baligo"
Angel hanya mengangguk seadanya.
"Ini temanku, Nauval. Dia dari kita yang sama denganku. Sudah punya rencana mau ambil jurusan apa?" tanya Rustin lagi.
"Aku... "
Krekk
"Aduh!" pekik Rustin yang jatuh ke lantai. Karena kursi yang dia duduki patah, rusak.
"Kamu kenapa? kok bisa?" tanya Nauval bingung.
Rustin mengangkat tangannya. Dan lengannya tergores cukup panjang oleh besi yang menjadi pegangan kursi.
"Tanganmu berdarahh!" kata Nauval.
"Antar aku ke klinik!" kata Rustin yang pada akhirnya pergi begitu saja.
Angel terlihat bingung, semua orang juga melihat ke arahnya.
Dan para senior yang bertanggung jawab atas acara ini pun segera bergegas ke tempat Angel.
"Kamu tidak apa-apa? pindah lah dari sini. Mungkin kursi di bagian ini sudah lapuk. Pindah kesana!" kata seorang senior yang takut kalau kursi yang Angel duduki akan patah juga.
Padahal dari tempatnya berdiri. Nelson sudah kembali memegang keningnya. Dia tahu itu ulah siapa.
Pria yang tengah berjalan masuk ke arah panggung, yang berdiri dua langkah di depannya.
'Jangan mulai lagi! aku merasakan adanya anggota pengawas di tempat ini!' Nelson mencoba memperingatkan Zevran dengan telepatinya.
'Kursi patah karena lapuk. Apa hubungannya denganku, dan kenapa aku harus takut pada anggota pengawas!' bantah Zevran lagi.
Nelson mengusap wajahnya lagi. Rasanya hanya seperti menangkap angin, kalau mau menasehatinya Zevran. Seperti menguras laut, dan berharap ada salah satu anggota seventeen yang normal. Kalau menasehati Zevran.
"Ada apa dok?" tanya salah satu dewan direksi kampus.
"Hah, tidak apa-apa!" jawab Nelson.
Angel harus duduk di tengah. Padahal, tadinya dia mau duduk di pinggir saja. Apa daya, hal seperti itu terjadi.
Angel duduk di samping seorang gadis yang membuatnya merasakan perasaan sedikit terdorong. Dia merasakan itu, Angel juga bingung. Gadis itu sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Dia hanya fokus ke arah depan. Tapi Angel seperti mendapat tekanan bertolak belakang dengan gadis itu. Seperti gaya tolak menolak antara magnet dengan kutub yang sama.
Angel merasa bingung, karena sangat tidak nyaman. Angel pun memilih pindah dua kursi di belakang gadis itu.
"Ada apa denganmu? aku perhatikan kamu terus pindah, dan pindah tempat?" tanya seorang pemuda yang bicara tanpa menoleh ke arah Angel.
"Aku hanya..."
"Gaza! Mahasiswa bisnis management semester 4!" kata pemuda itu mengulurkan tangannya pada Angel.
Angel yang belum duduk, ingin mengulurkan tangan menyambut uluran tangan perkenalan dari pemuda bernama Gaza itu. Tapi suara speaker yang sedang error berdenging dan membuat Angel merasa telinganya sakit. Angel pun segera duduk satu bangku setelah tempat duduk Gaza.
'Zevran hentikan! Itu Dorothy!' pekik Nelson dalam pikirannya yang bisa terbaca oleh Zevran.
Nelson melihat Dorothy, anggota pengawas klan makhluk berdarahh dingin. Berada dua bangku di depan Angel.
Ya, Keluarga Valleroy adalah keluarga makhluk berdarahh dingin. Mahluk yang bukan sekadar makhluk pengisap darahh dalam dongeng murahan. Dalam banyak catatan kuno dan kesaksian yang diwariskan secara lisan, makhluk yang digambarkan sebagai manusia yang gagal matii dengan sempurna, tubuhnya terkubur, jantungnya berhenti, namun kesadarannya tetap terjaga dalam kegelapan yang tak berujung.
Konon, makhluk itu lahir dari perjanjian yang dilanggar. Ada yang menyebutnya hasil kutukann, ada pula yang percaya mereka adalah manusia yang terlalu takut pada kematian, sehingga di ambang ajall mereka memohon hidup dengan cara apa pun. Permohonan itu dijawab, tetapi bukan oleh Tuhan. Sesuatu yang lebih tua, lebih gelap, memberi kehidupan yang cacatt, kehidupan yang harus dibayar dengan darah.
Secara fisik, makhluk ini tampak nyaris manusia. Kulitnya pucat seperti lilin yang lama tersimpan, dingin saat disentuh, seolah darah tidak lagi mengalir melainkan diam membeku di pembuluhnya. Jantung mereka masih berdetak, tetapi sangat lambat, cukup untuk menggerakkan tubuh, tidak cukup untuk memberi kehangatan. Mata mereka adalah bagian yang paling meresahkan, di siang hari tampak redup dan kosong, namun dalam gelap ia berkilat tajam, seperti mata pemangsaa yang tak pernah tidur.
Mereka tidak benar-benar hidup, namun juga tidak mati. Tubuh mereka tidak membusuk karena darahh yang mereka minum menggantikan fungsi kehidupan. Darahh bukan sekadar makanan, itu adalah penopang eksistensi. Tanpa darahh segar, tubuh mereka akan mengering dari dalam, pikirannya perlahan retak, dan naluri manusianya lenyap, digantikan kegilaan.
Yang membuat mereka benar-benar mengerikan bukanlah taring atau darahh yang menetes dari bibir mereka, melainkan kesadarannya. Mereka tahu apa yang mereka lakukan. Mereka ingat rasa bersalah saat pertama kali membunuhh, jeritan terakhir korbannya, denyut darah hangat yang mengalir ke tenggorokan. Namun seiring waktu, rasa bersalah itu terkikis. Yang tersisa hanyalah kebutuhan, haus yang tidak pernah benar-benar hilang.
Banyak makhluk seperti itu memilih hidup menyendiri, bersembunyi di kota-kota besar atau desa terpencil, berpindah tempat setiap beberapa dekade agar tidak dicurigai. Mereka belajar meniru manusia, makan di hadapan orang lain meski tidak menelan, tersenyum meski tidak merasakan bahagia, menjalin hubungan yang mereka tahu akan berakhir dengan kematian orang yang mereka cintai. Setiap ikatan adalah siksaan, sebab waktu adalah musuh mereka, mereka tetap, manusia menua dan mati.
Makhluk berdarahh dingin, yang lebih dikenal dengan nama 'Vampir'
***
Bersambung...
jager apa ya kok lupa 🤭
apa ajaib karena mahal 🤭