Apa jadinya jika seorang gadis bar-bar yang punya keahlian bela diri dan mampu mempergunakan berbagai macam senjata dengan baik, tiba-tiba tersedot pusaran waktu saat dirinya terjerembab pada lubang sumur yang dalam di tengah hutan saat dikejar oleh gangster.
Bukannya mati, tapi Aurora Valencia justru masuk ke dunia lain.
Di mana dia menemukan seorang lelaki berpakaian layaknya seorang pangeran sedang merintih kesakitan akibat luka di sekujur tubuhnya dan matanya.
Mata sosok pangeran itu mengeluarkan darah bagaikan telah ditusuk benda tajam yang mengakibatkan kebutaan permanen.
"Apakah ada orang, tolong aku." Ucap lelaki yang bernama Dexter Douglas dengan nafas terputus-putus.
Di waktu yang sama Aurora menemukan benda aneh berwujud seperti potongan kaca tapi saat disentuh, tubuh Aurora tersedot masuk ke dalam kaca yang ternyata terdapat sebuah ruangan luas penuh dengan hal-hal ajaib di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Raja Dan Ratu
Di Pasar, Aurora berjalan sambil mengamit lengan suaminya dengan mesra. Seolah takut suami butanya hilang.
"Hari ini, kenapa Pasarnya sepi?" Tanya Aurora pada dirinya sendiri.
"Sepi bagaimana maksudnya?" Tanya Dexter.
"Iya sepi, banyak lapak tutup. Dan tidak banyak orang berlalu lalang, sepertinya semua orang sedang bersembunyi." Ucap Aurora terkekeh sendiri.
"Bersembunyi dari apa? Kamu itu lama-lama ngaco." Ucap Dexter.
Aurora dan Dexter kembali melanjutkan perjalanan berkeliling Pasar lingkup Kerajaan. Tapi benar hari ini sepi, tidak banyak orang pergi berdagang. Pun dengan pembeli hanya ada segelintir orang saja. Sangat sepi!
Baru saja Aurora ingin bertanya pada orang apa yang terjadi.
Seorang perempuan menabrak tubuhnya dengan sangat kencang hingga Aurora terjatuh.
"Maaf... Aku tidak melihat keberadaanmu. Aku terburu-buru ingin memberi informasi penting pada orang tuaku." Ucap perempuan yang seusia Aurora.
"Memangnya sepenting apa hingga membuatmu tidak mau melihat jalan, hah! Aku segede ini tidak terlihat? Astaga yang buta itu suamiku."
"Sekarang kamu juga ikutan buta. Lihat aku jatuh seperti ini. Untung saja aku baru tadi malam jebol gawang, bagaimana jika aku hamil lalu kamu tabrak?" Cerocos Aurora membuat Dexter tersenyum. Istrinya benar-benar ajaib sekali, tidak malu ngomongin malam pertama.
"Maaf... Aku sudah minta maaf, jangan kamu pamer malam pertamamu."
"Kenapa, kamu iri?" Sewot Aurora.
"Buat apa aku iri mempunyai suami jelek dan buta sepertinya. Lebih baik aku jadi perawan tua daripada harus menikah dengan laki-laki tidak layak sepertinya."
"Wah sepertinya kamu minta dicabein, benar-benar pedas omonganmu itu. Akan aku ingat wajahmu ini, aku tandai kalau bertemu lagi."
"Aku tidak takut pada kalian, karena kakakku seorang abdi Istana. Beruntung aku sedang buru-buru, kalau tidak sudah aku jabanin wanita asing yang mengganggu perjalananku." Ucap wanita itu lalu pergi sambil bergumam yang masih bisa didengar oleh Aurora dan Dexter.
"Kalau saja Kak Rumaya tidak dalam masalah yang sangat besar."
"Kamu dengar kan Pangeran, dia bergumam membicarakan Rumaya." Ucap Aurora.
"Benar, dia kepala pelayan Istana. Sebenarnya apa yang sudah terjadi. Lebih baik ayo kita datangi, mungkin sudah saatnya kita mengakui." Ucap Dexter menggandeng tangan istrinya.
"Yakin mau mengakui saat ini? Padahal kita belum ada bukti. Takut menjadi bumerang diri sendiri."
"Benar juga apa yang kamu katakan, baiklah kita datangi dulu. Kita pantau apa yang terjadi. Baru nanti kita ambil tindakan. Kamu bawa kaca Ruang Ajaib?" Tanya Dexter pelan, takut barang berharga itu tertinggal di penginapan.
"Bawa, kaca itu sudah aku jadikan cermin untukku berdandan. Jadi selalu ada di saku bajuku."
"Bagus, ayo bergegas ke Istana. Pasti ada kejadian besar yang terjadi saat ini." Ucap Dexter.
Dan mereka pun mempercepat langkah. Tidak sabar ingin tahu, ada gerangan apa yang membuat perhatian para penduduk berpusat ke Istana. Padahal sejak pernikahan Louis gagal, Istana sudah sepi dari kerumunan orang yang ingin menunggu makanan.
Di saat Dexter dan Aurora tiba di depan gerbang Istana. Ternyata benar, hampir sebagian orang berkerumun di Istana karena Raja sedang memerintahkan Tabib Istana untuk memeriksa sup yang katanya beracun.
"Berani sekali orang yang mencampur ramuan racun pada panci sup gingseng yang dimasak khusus untuk Ratu Dianira." Ucap seorang pelayan.
"Beruntung karena kaki Kepala Pelayang Rumaya keseleo, sehingga satu panci sup itu tumpah tak tersisa. Tapi kasihan juga karena sekarang kaki Rumaya bukan hanya melepuh tapi juga mulai membusuk akibat terciprat kuah sup yang panas. Seharusnya tidak harus sampai membusuk secepat itu, jika kuah sup tidak ada racunnya." Ucap Prajurit.
Deg
Mendengar jika ada racun di sup yang dimasak untuk Ibunya, Dexter mulai merasakan emosi. Bukan... Bukan Dexter, lebih tepatnya adalah Freakazoid yang ingin keluar.
"Sabar ya Pangeran, jangan gegabah. Kita pantau dulu sebentar lagi. Jika memang mengharuskan kita membongkar identitas Pangeran, ya sudah gak apa-apa aku akan mendukungmu."
Saat Dexter sedang bergelut dengan alter egonya, sayup-sayup terdengar suara Tabib Istana sedang berbicara.
"Benar Yang Mulia Baginda Raja, sup ini mengandung racun mematikan. Lihat saja, kedua kaki Rumaya membusuk dalam hitungan jam padahal hanya terkena cipratan kuah panasnya. Bagaimana jika Ratu memakan sup ini, saya tidak bisa membayangkan."
Braakkk
Raja memukul meja dengan sangat keras, hingga permukaannya retak. Hatinya marah, mendengar istri yang sangat dicintainya hendak dibunuh di Istananya sendiri. Rasanya emosinya mendidih.
"Siapa... Siapa yang berani ingin membunuh Ratu?" Suara Raja menggelegar.
"Aku tidak akan memaafkannya, bahkan dengan tanganku sendiri aku akan memenggal kepalanya." Ucapnya berapi-api.
"Yakin? Bagaimana jika orang itu adalah orang yang Raja cintai?" Aurora maju dengan langkah tegap, dagu terangkat menatap tajam mertuanya.
"Terkadang musuh paling berbahaya adalah orang yang tiba-tiba masuk. Lalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang melebihi orang lama yang selalu menemani kita baik suka maupun duka." Ucap Aurora lantang.
"Kamu lagi... Jangan-jangan ini perbuatanmu?" Ucap Selir Lusiana sengit.
"Dan biasanya orang yang paling lantang mencari kambing hitam adalah pelaku yang sesungguhnya." Tegas Aurora.
"Terima lah salam hormat saya Baginda Raja dan Ibunda Ratu. Akan saya buktikan jika tuduhan Selir terhadap saya tidak mendasar, justru dia sedang menyembunyikan rahasia."
"Suamiku, ijinkan gadis ini membuktikannya. Feelingku, dia bukan orang jahat. Aku bisa merasakan ketulusan hatinya." Ucap Ratu Dianira menatap Aurora.
"Yang Mulia Raja jangan gegabah dalam bertindak. Siapa tahu memang wanita ini adalah pelakunya. Karena sedari awal kehadirannya mencurigakan. Dia seolah sedang membuat rencana untuk menghancurkan Kerajaan." Sanggah Selir Lusiana.
"Kenapa kamu seperti ketakutan Selir? Apa ada yang kamu rencanakan?" Ucap Ratu menatap sengit Madunya.
"Tidak... Tidak... Aku hanya mencoba menyelamatkan harga diri Raja Dalbert." Jawab Selir tergagap karena ketakutan.
"Ibu... Untuk saat ini jangan banyak bicara dulu, atau justru Ibu yang akan dicurigai." Ucap Louis berbisik di telinga Ibunya.
"Aurora silahkan berbicara, apa yang kamu ketahui untuk membuktikan kebenarannya." Raja bersuara tegas, membuat ciut orang yang memang punya salah.
"Baiklah, terima kasih atas kesempatannya. Tabib Istana, apa menurut Anda ini racun biasa yang mudah didapatkan sembarang orang?" Tanya Aurora.
"Racun mematikan seperti ini langka tidak semua orang bisa membuatnya."
Jawab Tabib Istana tanpa ragu.
Di pojokkan, Selir Lusiana berkeringat dingin hingga wajahnya pucat pasi.
"Itu artinya, apakah mungkin Rumaya yang membuatnya? Apakah mungkin dia punya koneksi orang-orang hebat, Penyihir Hitam misalnya." Ucap Aurora.
Deg
Jantung semua orang bergemuruh saat Aurora menyebut Penyihir Hitam. Padahal yang dimaksud bukan itu.
Bukan Penyihir Hitam dari Menara Hitam, melainkan Penyihir yang berilmu hitam seperti dukun di dunianya. Karena memang Aurora tidak tahu tentang adanya seorang Penyihir Hitam.
"Penyihir Hitam? Kamu kenal dia?" Tanya Raja sedangkan Dexter mendengarnya dengan ekspresi bingung, tentu saja.
"Tentu saja saya tidak kenal. Untuk apa berurusan dengan dukun."
"Astaga..." Dexter mengelus-elus dadanya. Dia lupa jika istrinya ajaib.
"Maksud Istri saya adalah orang yang mempunyai ilmu hitam, dia menyebutnya dukun." Dexter maju, lalu ikut berbicara dengan suara tenang.
"Suara itu... Tubuh itu... Dia...?" Raja dan Ratu memandang lekat arah Dexter dari atas hingga bawah seperti sosok yang dikenalinya.
"Jadi... Menurut saya, hanya orang yang punya kekuasaan yang bisa meminta bantuan pada Penyihir Hitam. Jadi, kalau ingin mencurigai orang luar seperti saya, lebih baik curigai orang-orang dalam dulu. Siapa di antara kalian yang punya akses bertemu Penyihir Hitam."
Semua orang diam, seolah mencerna apa yang dibicarakan oleh Aurora.