"Ayo bercerai setelah anak ini lahir"
laki-laki itu hanya diam, tapi keterdiaman itu membuat semuanya semakin jelas kalau ia menginginkan hal yang sama
Belasan tahun hanya cintanya yang terus terpupuk, keajaiban yang ia harapkan suatu hari nanti tak kunjung terjadi. Pada akhirnya, berpisah adalah satu-satunya jalan atas takdir yang tak pernah menyatukan mereka dalam rasa yang sama.
"Selamat jalan Kalanza, aku harap kamu bahagia dengan pilihan hatimu"
Dari sahabat sampai jadi suami istri, Ishani terlalu berpikir positif akan ada keajaiban saat Kalanza tiba-tiba mengajaknya menikah, harapannya belasan tahun ternyata tak seindah kisah cinta dalam novel. Kalanza tetaplah Kalanza, si laki-laki keras kepala yang selalu mengatakan tak akan pernah bisa jatuh cinta padanya.
"Ishani, aku ingin melanggar janji itu"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaun Pengantin
"Ya tuhan nak, apa yang kamu lakukan di pagi hari seperti ini?" Ishani menoleh melihat kehebohan ibu mertuanya hanya karena melihatnya ada di dapur sekarang
"Aku sedang buat nasi goreng, Ma" entah kenapa ketika bangun tidur, selesai menghadap pada sang kuasa. Ia ingin merasakan makanan itu dengan banyak toping di dalamnya.
"Kenapa tidak minta Kalan saja yang buatkan? Atau minta tolong mama, mama ingin memanjakanmu selama mama ada disini"
"Aku masih bisa melakukannya, Ma. Lagipula Kalanza mana mungkin bisa memasak"
"Benar, mama terlalu memanjakannya" wanita yang sebentar lagi memasuki usia lima puluhan itu sadar juga
"Wajar saja, Kalan juga anak laki-laki apalagi dari kecil ia sudah dididik menjadi orang yang akan duduk di kursi direktur" niatnya Ishani hanya bercanda, tapi ibu mertuanya seperti menanggapi dengan serius
"Tapi mama tak pernah mendidiknya menjadi seorang laki-laki patriaki yang membebankan semua tanggung jawab pada wanita" suara perempuan itu terdengar cemas, ia mendekati menantunya untuk melihat apa yang sekiranya bisa dibantu
"Kalan juga bukan laki-laki seperti itu. Dia mengerti dengan baik, mama juga tau kalau kami saling mengenal bukan beberapa minggu ini saja, tapi hampir delapan belas tahun lamanya. Aku tau hampir semua hal tentangnya, begitupun ia yang tau semuanya tentang aku"
"Mama beruntung memiliki menantu sepertimu dan mama yakin Kalan juga pasti beruntung memiliki istri sepertimu"
"Aku mendengar namaku sudah disebut sepagi ini" Kalan tiba-tiba datang, memeluk tubuh istrinya erat dan menempelkan hidungnya pada perpotongan leher yang mengeluarkan aroma vanila. Selalu menenangkan seperti biasa, dari dulu aroma itu selalu membuatnya merasa lebih baik
"Kalan, lepaskan aku"
"Anak ini, benar-benar tidak tau waktu" mamanya memarahinya, tapi percayalah hatinya menghangat melihat interaksi mereka seperti ini. Syukurlah setidaknya tidak seperti apa yang ia bayangkan. Ia pikir hanya benar-benar terpaksa tanpa ada rasa apapun, sepertinya ia salah
"Mau kemana pagi-pagi seperti ini sudah rapi?" Kalan merapikan rambut istrinya ke belakang telinga. Ia baru sadar Ishani mengenakan pakaian formal, blouse berwarna putih, kemeja biru muda dan celana kain. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan satu jepitan kecil mutiara disebelah kiri. Terlihat lebih dewasa tapi tetap cantik
"Klien yang kemarin mau pesan akan datang langsung ke butik hari ini. Dia artis besar, aku tidak ingin mengecewakannya. Bukan tak percaya kemampuan yang lain, hanya saja kurang sopan rasanya kalau aku tidak ada disana. Apalagi dia juga baik"
"Sepagi ini?"
"Kebetulan ia akan shooting adegan terakhir untuk filmnya yang segera rilis di kota ini, jadi ia akan mampir dulu dengan pasangannya sekarang jam setengah tujuh. Shootingnya nanti sekitar jam sembilan"
"Apa jarak waktunya tidak terlalu lama? Ini masih terlalu pagi dan kamu sudah kerepotan seperti ini"
"Justru menurutku waktunya kurang, mereka harus benar-benar menjelaskan detail desain yang ingin dibuat termasuk memilih model kain dari gaun yang akan dipakai, tidak masalah bagiku bekerja seperti ini selagi aku bisa menghandlenya, selain itu mereka bayar dan aku dapat promosi gratis, mereka tidak seperti kebanyakan artis lain yang bayar dengan modal konten. Aku harap, butik ini bisa dikenal lebih luas lagi karena hanya disana aku bisa melihat kenangan ibu lebih lama"
"Kalau begitu aku akan mengantarmu"
"Tidak perlu, bukankah kamu harus berangkat kerja jam delapan?. Kamu bahkan masih belum mandi" Ishani melihat tampilan Kalanza yang masih menggunakan piama tidur
"Aku bisa berangkat nanti siang karena tidak ada meeting pagi, aku akan segera bersiap"
"Apa anak papa tidak rewel pagi ini?" Kalan mendekatkan wajahnya di depan perut istrinya yang mulai nampak lalu mengelusnya pelan
"Untungnya tidak, dia tau mamanya sibuk pagi ini"
"Romantis sekali, mama seperti melihat diri mama di awal pernikahan. Mama tak menyangka kalian bisa seromantis ini" Ishani segera mendorong bahu Kalan menjauh, ia lupa kalau mertuanya masih ada disana. Bisa-bisanya ia meladeni tingkah aneh Kalan sepagi ini. Tak ada yang salah, mereka sepasang suami istri dan itu hal yang wajar untuk jatuh cinta. Itu yang ia pelajari sampai hari ini, sayangnya Ishani tak tau bahwa di masa depan sesuatu bisa saja melenceng dari pikirannya
.
Melihat istrinya bekerja dengan serius dan sesekali tersenyum untuk menanggapi permintaan klien membuat Kalanza ikut tersenyum. Sebagai orang yang tumbuh bersamanya, ia tau bagaimana hebatnya Ishani sampai bisa berada disini
Melihat klien istrinya sudah keluar dari ruanhan, ia segera mendekat. Meninggalkan kegiatannya yang sedari tadi mengamati desain baju pengantin buatan istrinya, ia bangga dengan itu sebagai orang yang sudah melihat perjalanannya selama ini
"Bukankah ini baju pengantin kita?" Kalan pertama kalinya masuk ke dalam ruangan itu, tempat istrinya biasa menerima klien. Bukan ruang kerja, tapi lebih seperti tempat khusus dimana istrinya menampilkan berbagai foto pakaian yang ia desain sendiri. Termasuk gaun putih dengan sedikit ornamen batik dan hiasan payet mutiara pada bagian pinggangnya. Gaun yang membuatnya terpesona melihat penampilan Ishani karena berbeda dari biasanya. Gaun itu juga jas yang ia pakai tersimpan dalam lemari kaya, sehingga terlihat sangat dihargai
"Iya, aku melihat desain baju ini di buku lama ibu. Aku langsung jatuh cinta melihatnya"
"Kenapa tidak ditaruh dirumah saja?"
"Kamu mau memakai baju pengantin di rumah?"
"Mungkin saja" Kalan malah tertawa menanggapinya
"Apa kamu mau ikut denganku ke kantor hari ini?" Ishani nampak berpikir sejenak, semenjak menyandang status sebagai Istri Kalan, ia memang tak pernah lagi menginjakkan kaki di gedung bertingkat itu
Kebetulan sekali, saat memasuki lobby, ia bertemu dengan ayahnya juga kakak tirinya
"Nak, akhirnya ayah bisa bertemu denganmu disini. Semulanya ayah ingin ke rumahmu hari ini"
"Maafkan aku ayah, butik lumayan ramai akhir-akhir ini jadi aku tidak pernah ada waktu untuk memegang ponsel" Itu bukan alasan, tapi juga tak sepenuhnya benar. Ishani melihat tanda panggilan tak terjawab dari ayahnya kadang saat sudah malam karena ia benar-benar melupakan benda pipih itu saat di Rumah. Ada saja yang ia kerjakan, mulai dari berkebun, menonton tv atau fokus membuat desain baru
"Ayah mengerti, ayah senang melihat kamu baik-baik saja"
"Apa kabar Ishani?"
"Kabar aku baik kak" Ishani membalas jabatan tangan Rehan, kakak tirinya. Saudara tirinya tak membencinya itu yang Ishani lihat. Tidak seperti ibu tirinya yang terang-terangan membencinya. Dulu, mungkin tatapan sinis itu ia terima dari mereka, namun seiring bertambah usia sepertinya pemikiran mereka juga jauh lebih dewasa. Ishani masih mencoba berpikir positif
"Rehan, duluanlah kembali ke kantor. Papa akan mengobrol dengan Ishani sebentar. Pak Ahmad sudah menunggu di mobil"
"Aku bisa menunggu ayah selesai bicara dengan Ishani"
"Banyak hal yang harus kamu kerjakan, kembalilah sekarang. Sepertinya ayah juga akan lama" karena tak bisa membantah, laki-laki itu mengangguk dan pergi dari sana.
kynya buat ishani pergi jauh biar gilang dr radar n lingkungan toxic kalan
duh /Sob/
ingat istri dan calon anakmu.. nanti kamu menyesal