seorang wanita yang bekerja sebagai guru sudah lama tidak bertemu dengan cinta pertamanya dan di pertemukan kembali di sekolah tempat ia bekerja, tapi memiliki banyak cobaan sehingga perjalanan cintanya harus banyak pengorbanan, air mata, kesetiaan kepercayaan dan keberanian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahmadani Harahap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balkon
"Kamu kenal Rudi?" Tanya Rima.
" Rudi temen kamu itu" jawab Rima heran.
"Iya" ucap Mario
"Kenapa dengannya?"tanya Rima.
" Dia kena tipu" jawab Mario.
" Ohhh, aku udah tau" Ujar Rima.
"Oh ya, kamu udah tau yah" Mario terdiam salah tingkah mengangguk-anggukan kepalanya
" Kok kamu tau?" Tanya Mario mengerutkan keningnya.
"Yah siapa yang gak tau, dia curhat diseluruh sosial medianya, seluruh dunia pun bakal tau kalau gitu" jelas Rima senyum senyum.
"Ohh gitu yah, iya sih. Hummm" Mario terdiam sejenak. " tapi sebenarnya aku ngajak kamu ngomong disini aku mau minta maaf" kata Mario.
" Minta maaf untuk apa?" Rima menatap Mario.
"Karena aku sudah pergi tanpa ngasih kabar, kayak gak profesional?" Kata Mario.
" hummm, oke gak masalah"kata Rima
" Kamu marah yah?" Kata Mario.
" nggak aku gak marah kok" keluh Rima
" Ohh, gak marah yah" Mario memalingkan wajahnya menatap hutan rimbun nan jauh.
"Tapi kelihatannya malah sebaliknya" ujar Mario.
"Yah aku marah, karena kamu selalu pergi nggak bantuin aku" ujar Rima.
"Aku tuh capek, bingung, frustasi, marah dan kesel, ingin rasanya aku bejek bejek kamu aku jadiin pergedel" jelas Rima.
Mario tertawa sangat puas, karena baru kali ini Rima mengeluarkan emosinya, " gitu dong, kalau marah marah aja jangan di simpan" gelaknya.
"Memang sepantasnya aku harus marah, aku sibuk merias kamu menghilang entah kemana, pas lagi di butuhin malah menghilang dasar memang sifatnya lelaki" bentak Rima.
"Ternyata bisa marah juga yah" mario masih menggoda Rima
"Kamu tu selalu becanda yah, menurutmu kita datang kesini untuk becanda, tadi bima hampir cidera tau, aku panic kamu juga gak ada menghilang entah kemana" jelas Rima semakin marah.
"Hampir kan, aku tau kok dia terjatuh tapi bima bisa bangkit dan melanjutkan tariannya dan kayaknya kamu tidak terlihat panik tadi" kata Mario melipat tangannya,
"terus kamu marah sebenarnya karena Bima atau karena aku gak ada tadi?" Mario tersenyum tipis.
" Huufffftttttt, maksudmu apa" Rima memaling pandangannya.
" Humm, ternyata ada yang lagi berpura-pura sekarang" ucap Mario
"Udah selesai ngomongnya, aku mau tidur" Rima beranjak dari balkon itu.
.
"Jangan menghindar, aku sangat yakin dari dalam hatimu masih ada aku kan" cegat Mario.
"Kalau kau pergi tanpa melihatku, itu tandanya masih ada aku di dalam hatimu" ujar Mario.
" Aku melihat ataupun tidak melihat itu akan terasa sama saja, karena rasa itu telah pergi jangan tanyakan kemana ia pergi, tapi tanyakan kenapa ia pergi dan kamu juga sudah tau jawabannya" jelas Rima membalikkan badannya menatap mata Mario.
" kejadian 10 tahun yang lalu" Mario menghela nafasnya dan menutup matanya.
Rima tersenyum tipis " kau masih ingat? Bagus, jadi jangan pernah ada lagi kata-kata itu terlintas dari fikiranmu, terlalu sakit!!" Jelas Rima meninggalkan Mario
Mario terdiam ia hanya melihat kepergian Rima yang semakin menjauh darinya.
" Ya, kau benar aku yang salah, aku yang jahat, aku yang gila, aku memang brengsek" Mario berteriak.
" Stop mario, jangan seolah olah kita ini sedang klarifikasi rasa, jangan pernah ungkit lagi masa lalu, itu gak penting bagiku sekarang" Rima membalikkan badannya melihat Mario yang sedang meringis.
" Tapi menurutku penting" jawab Mario.
" Bagian mana yang menurutmu penting " Rima Menantang Mario,
" Semua yang terjadi dalam pertemuan kita itu semuanya penting, mulai dari zaman kita SMP sampai hari ini" Kata Mario.
" Aku sudah gak perduli, aku hanya mau melanjutkan hidupku dengan tenang, faham!"
" Aku gak bisa, mungkin bagi kamu yang itu mudah, tapi untuk melanjutkan hidup, aku tidak bisa terjebak dalam bayang bayang rasa bersalah" jelas Mario.
" Gini aja deh, aku sudah memaafkanmu untuk perbuatanmu dulu kepadaku dan sekarang kau bisa melanjutkan kehidupanmu, hilangkan rasa bersalah itu selesai kan, lanjutkan hidupmu? Jelas Rima.
" Tapi aku ingin melanjutkan hidupku bersamamu" ujar Mario.
Rima terdiam sejenak jantungnya berdegub kencang "dengar, aku tidak bisa melanjutkan hidupku lagi bersama siapapun aku hanya ingin hidup sendiri" Rima memalingkan wajahnya.
"Tidak bisa dan tidak mau itu adalah kata yang sangat berbeda" jawab Mario, " okelah, aku tidak bisa memaksa mungkin kamu butuh waktu, aku akan tetap menunggumu" Mario membalikkan badannya, "yah kesalahanku pada saat itu telah menyakiti hatimu, aku sadar bahkan sampai saat ini aku juga belum bisa memaafkan diriku sendiri" Mario menudukkan kepalanya.
Rima membalikkan badannya seketika terkejut dengan kedatangan para murid.
"Maaf buk, kami mau ke kamar mandi dulu" kata Andri.
" iya silahkan" jawab Rima dan langsung meninggalkan Mario dari Balkon itu. Mario membalikkan badannya menatap kepergian Rima disekanya air matanya perlahan yang mengalir di pipinya
***
"Eh, lu pada ngeliat gak pertengkaran antara buk Rima dan Pak Mario" ujar Bima.
" Lihat sih, mereka itu kaya dua orang yang sedang pacaran tapi lagi berantem iya kan" jawab Adlin.
" Iya, ada apa yah, apa mereka pacaran?" Tanya Nanda penasaran.
"Apa salahnya sih, kan mereka sama sama single" jawab Andri
" Single sih single ndri tapi kan kek anak Gen Z pake berantem kayak gitu, kan udah dewasa bukannya pikiran orang dewasa udah mateng" kata Bima.
" Bim, lu ingat gak waktu gua ngomong sesuatu di akhir penampilan kemaren?" Tanya Andri.
" Iya , ngapa tu" tanya Bima.
"Itu kisah pak Mario" jawab Andri menganggukkan kepalanya
" Serius?" Mata Adlin terbelalak
"Yoi" jawab Andri
" Gila seru banget kalau beneran kayak gitu, menemukan cinta yang telah lama hilang" kata Bima.
"Tapi apakah buk Rima cintanya yang telah lama hilang" tanya Nanda
" Tapi kayaknya gak mungkin deh, karena ibu Rima kan menikah lebih dulu hanya saja suaminya sudah meninggal, dan kelihatannya Buk Rima Cinta banget dengan Alam suaminya" jelas Bima
" Iya juga yah" ucap nanda yang memperhatikan fadli dari tadi diam saja "Diem aje lu, ngapa lu fad?" Tanya nanda
" Gila, gua baru kepikiran loh" ujar fadly pucat.
" Kenapa ada apa? Tanya Andri.
" Ntar aja deh gua ceritain, kita masuk kamar mandi dulu" ucap Fadli.
Suasana di malam itu sunyi, karena perwakilan sekolah sudah banyak yang istirahat. Tibalah mereka di kamar mandi tersebut, setelah selesai mengeluarkan hajat mereka berkumpul di depan cermin.
" maksud gua, kenapa Sakinah tau kalau Disini ada cermin?" Kata fadli heran.
" Setiap kamar mandi pasti ada cermin dong, dan itu lumrah" jawab Andri.
"Bener, tapi kenapa dia tau aku merasakan dingin saat itu" tanya Fadli menyentuh cermin itu.
" Sakinah memang orang yang begitu tau" kata nanda yang dari tadi juga diam.
"orang begitu maksudnya?" Tanya Adlin.
"Berarti bener apa yang dia bilang!!" Fadli langsung menangkap cerita nanda.
" Apasih" ucap Andri penasaran.
" Indigokan" kata Fadli.
"Anjiirrrrr,,, serius, merinding asli" Adlin.
Mereka saling menatap sejenak dalam kamar mandi tersebut kemudian berlari terluntang-lantung karena ketakutan mengingat cerita sakinah tadi.