NovelToon NovelToon
Pemain 999

Pemain 999

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / TKP / Romansa / Trauma masa lalu / Permainan Kematian
Popularitas:564
Nilai: 5
Nama Author: Halo Haiyo

Marina Yuana Tia, dia menyelesaikan permainan mematikan, dan keluar sendiri dalam waktu sepuluh tahun, tetapi di dunia nyata hanya berlangsung dua minggu saja.

Marina sangat dendam dan dia harus menguak bagaimana dan siapa yang membuat permainan mematikan itu, dia harus memegang teguh janji dia dengan teman-temannya dulu yang sudah mati, tapi tak diingat keluarga mereka.

Apakah Marina bisa? Atau...

ayo baca guys

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Halo Haiyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Dihadang preman

Bab 19

Kini Marina berdiri di gedung kosong, dia menjelajahi gedung itu. Dia memanjat batang kayu setinggi 10 meter sampai yang lebih tinggi lagi, kekuatannya sekarang bahkan melebihi manusia pada umumnya.

Gadis itu mengendus sesuatu, ada aroma bakar-bakar. Dia segera berlari ke arah aroma itu, begitu terkejutnya karena tempat ini sudah ditandai sebagai tempat preman.

Ada sekitar sebelas di antara mereka sedang menyiksa seorang remaja culun tak bersalah.

Melihat kedatangan Marina yang tiba-tiba saja, salah satu preman langsung sadar."Bos, ada orang datang,"

Marina melihat mereka satu per satu, lalu bergantian dengan orang yang mereka tindas, tapi tak membuat gadis itu tertarik.

"Hei nona cantik... Kau tinggal dimana? Kenapa bisa nyasar ke tempat kami..."

"Ya neng... Ga salah tempat?"

"Bos, dia bisa lewat batas dinding yang kami buat."

"Mungkin ada celah kan?" Kata bosnya masih positive thinking, Marina akan pergi karena tak ada hal yang menarik dia temukan disini tapi dia langsung dicegat dua preman membawa pisau lipat di tangan mereka.

"Mau kemana?"

"Jangan pergi dulu dong, temani kami main..." Marina menatap mereka semua yang menghadangnya, dia mundur perlahan.

"Minggir."

"Kalau kita tidak mau? Hahaha"

"Eumngh! Eumnn... " Seru seorang korban yang mulutnya dilakban, remaja culun itu ingin meminta tolong pada gadis itu, tapi dia juga tak yakin kalau gadis itu bisa melawan sebelas orang.

Marina menghela nafas kecil, orang-orang seperti mereka mengingatkannya pada seseorang.

"Minggir."

"Whuu~ ngeri sekali ya tatapanmu itu,"

"Marah?"

"Tapi mau kabur lewat mana?"

"Jangan halangi aku." Kata Marina menatap mereka satu persatu, mereka yang ditatap malah semakin tertarik.

"Lihatlah gadis ini, dia tak takut pada kita."

"Bos bagaimana?"

"Hm... Bagaimana ya?"

"Mau jadi santapan kita?"

"Hihihi, boleh juga tuh!"

"Diam saja kamu neng, kita gilir sama-sama bakalan,"

Dari sisi kanan dan kiri, mereka bersiap menyergap Marina.

Begitu mereka mulai mendekat, Marina melompat tinggi dan berpegangan pada atap.

Mereka dibawah terkejut tak main, melihat gadis itu gelantungan di atas sana.

"Hei! Apa-apaan dia?! Dia bisa terbang?"

"Sudah! Jangan diam saja!"

"Baik bos!"

Mereka mulai membuat posisi, dibawah kedua kaki Marina mereka berkumpul. Sambil menggoda,"ayo cepat sini biar akang tangkap..."

"Buagh... "

Marina menjatuhkan kaki ke salah satu wajah preman, membuat wajah preman itu bonyok seketika. Kawan-kawan lainnya marah besar, mereka mengepung gadis itu.

"Beraninya kau!!"

"Auh gigiku copot bos..."

"Dasar lemah!"

"Kalian juga jangan kalah!!!"

"Baik bos!!!"

"Haiyyaaa!!!" Mereka berteriak kencang, sisi lain menyerang dengan pisau tapi Marina berhasil menghindar, yang lain mencoba menangkap dengan tangan kosong tapi juga tak berhasil.

Aksi keras mereka satupun tak ada yang berhasil, semuanya lolos dalam sekejap mata seperti bermain dengan bayangan ikan cupang.

"Kau... Kau.... Sebenarnya siapa hah?"

"Ka... kau... -"

"Akh... " Mereka satu-persatu jatuh tak berdaya begitu saja, si korban pemerasan mereka saja sampai tak percaya. Marina mendekati korban remaja berseragam sekolah itu, berjongkok, melepaa tali yang mengikatnya.

"Te... terimakasih... Kamu menolongku! Terimakasih!!!"

"Iya. Hati-hati dengan orang seperti mereka,"

"O... oke..." Kata laki-laki culun itu, dia melepas ikatan yang mengikat dirinya. Dia mendongak ke atas, ada tatapan banggaa untuknya.

"Terimakasih, sekali lagi terimakasih,"

"Ya."

"Namaku Aldo, kalau kamu?"

"Tak perlu kan?"

"Oh... eung... kau benar..."

'Aduh malunya... '

Gadis berambut hitam panjang didepannya membersihkan seragam yang dikenakannya, mata yang sedikit tertutup poni, bersama wajah pucat menatap kosong kedua mata laki-laki itu.

Membuat si laki-laki ditatap terus salah tingkah.

"Apa kamu baik-baik saja? Kamu tak apa?"

"Hm."

"Panggil polisi, kalau mereka semakin membuat ulah." Ucap Marina menunjuk dengan matanya ke belakang, mereka sebelas preman pingsan semua, mungkin tadi satu ada yang pura-pura pingsan karena takut ditonjok.

"Kamu kuat sekali,"

"Apa kamu ikut bela diri?"

"Tidak."

"Oh, begitu..."

Marina menatap seragam yang dikenakan Aldo, dia tak tau darimana asal sekolahnya, tapi dia penasaran."Seragammu ini, berasal darimana?"

"Oh, ini? Aku dari sekolah SMK xxxxxxx"

Deg...

"Kamu tau sekolah ini? Ya ga terlalu besar juga gak terlalu kecil tapi banyak orang gak tau." Kata Aldo.

Mendengar perkataan lelaki didepannya, Marina ingat dengan perkataan itu.

"Aku lulus sekolah SMK xxxxxxx, ya bukan sekolah yang besar juga bukan sekolah kecil, tapi orang kadang nggak tau karena gak terlalu terkenal,"

Gluk...

Kedua bahu lelaki didepannya dipegang erat."Aku mau tanya sesuatu, apa boleh?"

"Eh... eh... Si... silakan saja..." Laki-laki itu sampai kaget sendiri, wajah gadis didepannya mendekat secara spontan.

.

.

.

"Jadi kamu mau tanya apa?"

"Tentang seseorang yang juga sekolah ditempatmu."

'Aku tak tau apakah dia sudah lulus, atau malah masih belum masuk, tapi karena sebuah nyawa yang mati di dalam permainan mereka akan hilang, secara otomatis kenangan yang di masa lalu atau yang akan datang hilang begitu saja, tak apa... Aku hanya memastikan saja, '

"Oh..." Si laki-laki Senyum-senyum sendiri.

"Apa disekolahmu ada ekstrakulikuler bahasa prancis?"

"Eh, itu... Kok bisa tau,"

"Eung... Temanku... Sekolah disana,"

Laki-laki itu terdiam, dia bertanya dalam dada. 'Kalau begitu kenapa dia tanya asal seragam ku ini darimana? '

"Oh begitu."

"Memang temanmu siapa? Mungkin aku kenal dia,"

"Dia..."

"Dia sudah lama pindah, jadi... Aku lupa nama lengkapnya, maaf, dia sangat lama tidak kuhubungi." Alasan Marina dibuat-buat agar laki-laki didepannya percaya.

"Oh, hm. Aku paham,"

"Tapi soal ekstrakurikuler itu memang benar, kata wali kelas ku sih bakal ada bahasa prancis tapi gak tau kapan,"

"Masih belum diresmikan, tapi semua sudah menanti-nanti ekstra bahasa asing itu,"

Marina jadi teringat sesuatu, saat suatu hari ada misi yang sangat susah dipecahkan yaitu menulis bahasa inggris dalam bahasa perancis, teman yang biasanya tomboy itu memajukan diri dan menawarkan untuk menjawab soal yang sangat susah itu.

Question;

"What would you do if you had two apples?"

Answer;

"I would throw them in the trash because they are already rotten."

(Artikan keduanya dalam bahasa Perancis. )

"Ah aku tak bisa perancis itu susah!"

"Iya, kamu memang bisa Mei?"

Mei adalah sebutan untuk wanita tomboy itu. Dia meneguk ludah, mengambil bolpoint dan menulis di atas kertas.

"Dulu aku mengikuti ekstrakurikuler bahasa perancis, mungkin ini bisa membantu,"

Question;

Que ferais-tu si tu avais deux pommes ?

Answer

Je les jetterais à la poubelle parce qu'elles sont déjà pourries.

Marina membola mata lebar, dia yakin akan satu hal yang sangat mengganjal di dadanya.

Yaitu putaran waktu, seseorang bisa datang tapi dia tidak akan datang karena sudah mati, sedangkan orang yang sudah datang akan hilang karena dia telah dikatakan mati.

Ini adalah permainan dari sebuah waktu.

Marina menggenggam erat tangannya.

Bersambung...

1
Fanchom
silakan komen atau report kalau ada salah kata penulisan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!