Akibat menentang restu, Kamila harus menanggung derita yang dilakukan oleh orang-orang suruhan Hendro yang merupakan Ayah dari Bayu kekasihnya.
Tidak main-main dengan ancamannya, Hendro tega menyuruh sejumlah orang menoda! gadis yang baru berusia 18th itu. Dan sialnya lagi, karena peristiwa itu, Kamila hamil dan tidak tau benih siapa yang ada dirahimnya.
Lalu bagaimana nasib Kamila selanjutnya dan bagaimana sikap Bayu saat mengetahui Kamila hamil anak orang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noor Hidayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Disaat Kamila masih diperjalanan menuju rumah sakit, Ningsih sang Ibu tiba-tiba merasa resah memikirkan Kamila, Keresahan itu semakin bertambah ketika bangkit dari duduk Ningsih menjatuhkan gelas tanpa sengaja.
PHRAAANKK...!!!
Kalila yang mendengar suara gelas pecah langsung keluar dari kamarnya. "Ibu tidak papa?" tanya Kamila yang kemudian mendekat untuk membantu sang ibu memunguti pecahan gelas tersebut.
"Ao ughh..." ringis Ningsih ketika jari telunjuknya tertusuk pecahan gelas tersebut.
"Hati-hati Ibu," ucap Kalila meraih jemari sang ibu.
"Ibu duduk saja," lanjut Kalila membimbing Ibu duduk. Kemudian Kalila lanjut membersihkan pecahan gelas itu sendiri.
Setelah membuang pecahan gelas itu, Kalila duduk didepan sang ibu, lalu meraih tangannya.
"Ibu kenapa, kenapa terlihat sangat resah?" tanya Kalila lembut.
"Ibu tidak tahu Kalila, ibu hanya merasa perasaan ibu tidak enak, apa jangan-jangan terjadi sesuatu pada Kamila?"
Mendengar itu Kalila terdiam sejenak lalu bangkit dan masuk ke kamarnya. . Lima menit kemudian, Kalila keluar sambil membawa ponselnya.
"Biar Kalila telpon ya bu," ucap Kalila yang menekan logo telpon berwarna hijau.
Namun usahanya menghubungi Kamila tidak berhasil karena panggilan telpon tidak terhubung sama sekali.
"Bagaimana?" tanya Ibu
"Nomor Kamila tidak bisa dihubungi."
Mendengar kenyataan itu, Ningsih semakin merasa khawatir jika sesuatu terjadi pada Kamila.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah mendapatkan perawatan, perlahan Kamila membuka mata dan melihat Defandra tersenyum menyambutnya.
"Kamu sudah sadar?"
Kamila yang masih merasakan sakit disekujur badannya, hanya mengangguk pelan. Tapi lima detik kemudian, Kamila menjadi panik ketika mengingat bayi yang ada dalam kandungannya.
"Bayiku," ucap Kamila dalam hati, sambil memegang perutnya.
"Kamu kenapa, perutmu sakit?" tanya Defandra khawatir.
"E-tidak. Apa tadi Dokter memeriksa ku?"
Mendengar pertanyaan Kamila, Defandra mengernyitkan keningnya. Merasa heran dengan pertanyaan Kamila. "Ya... tentu saja, untuk apa kita ke rumah sakit kalau Dokter tidak memeriksa?"
"Bukan itu, maksud ku..." Kamila menjeda ucapannya, mempertimbangkan apakah dia harus mengatakan pada Defandra tentang kehamilannya atau tidak.
"Kenapa?" tanya Defandra yang menunggu Kamila melanjutkan pertanyaannya.
"E-bukan, m-maksudku apa kata Dokter setelah memeriksa ku?"
"Oh... Dokter bilang, kamu hanya luka luar, tidak ada luka dalam sehingga Dokter memperbolehkanmu pulang besok pagi."
"Hanya itu, Dokter tidak mengatakan apapun lagi?" tanya Kamila memastikan.
"Iya, memangnya apa lagi, apa kamu merasakan sakit yang serius?"
"E-tidak." jawab Kamila singkat.
"Apa Dokter tidak memeriksa perutku sehingga Dokter tidak tahu kalau aku hamil?" batin Kamila yang masih merasa bingung.
"Tapi jika bayiku tidak ada, tentu aku merasa sakit, tapi ini aku tidak merasakan apa-apa." batin Kamila lagi.
Beberapa menit kemudian Kamila merasakan gerakan didalam perutnya. Gerakan yang tiba-tiba membuat Kamila begitu teruja sampi mulutnya ternganga. Sementara netranya menatap perutnya yang mulai terlihat membuncit.
"Hah!" pekik Kamila yang sekali lagi Kamila merasakan gerakan itu.
"Apa bayiku mulai bergerak?" batin Kamila yang baru pertama kali merasakan gerakan itu.
"Jadi ini tandanya bayiku baik-baik saja?" batin Kamila lagi yang tak dapat menyembunyikan kebahagiaanya sehingga senyum itu dilihat oleh Defandra yang sejak tadi memperhatikan gerak gerik Kamila.
"Kamila, apa yang kamu pikirkan?"
"Hah!?"
Tatapan curiga dari Defandra membuat Kamila gugup mencari alasannya.
"A-e itu, aku... aku sedang bingung memikirkan kemana aku harus tinggal." Kamila sengaja memasang wajahnya sedih untuk mengalihkan pertanyaan Defandra.
"Kamu tahu kan uang, ponsel, baju dan barang lainnya sudah habis terbak4r, sekarang aku benar-benar seperti gelandangan yang tak memiliki apa-apa." lanjut Kamila.
Mendengar itu justru Defandra tersenyum tipis lalu bangkit dan berpindah duduk di tepi ranjang.
"Kamu tidak perlu memikirkan itu, aku yang akan mengurus semua kebutuhan mu."
"Beneran?" tanya Kamila memastikan.
"Ya kali aku bercanda sama gelandangan yang tak punya apa-apa." saut Defandra menirukan apa yang Kamila katakan.
Kamila hanya tertawa menggelengkan kepala, merasakan rasa aman pada pria asing setelah rasa trauma nya.
Bersambung...
📌 ini udah mau 20 bab serius gak ada yang mau like komen, padahal views pembaca tiap hari naik terus. Sebenernya pada nungguin lanjutannya gak sih, kalau nggak ada, Author mau bucinin babang Julio aja, meskipun cinta beracun tapi bikin Author semangat melihat ketampanannya yang sekilas mirip Le Minho ☺
biarkan saja,, suka suka Lo deh Defandra mau ngapain. Yg penting Kamila dan anaknya aman untuk saat ini.
lanjut mbak Noor
Harus nya DEFA lebih obyektif mengembangkan penyelidikan jangan hanya Kamila saja yang dia salah kan
supaya bisa mengarah ke bapak walikota zalim itu
ada kacang dibalik peyek 😊