Seorang gadis bernama Mia Elisha yang selalu ceria sedang jatuh cinta kepada seorang laki-laki pendiam bernama Jiro yang duduk di depan meja di kelasnya, Namun karena kepribadiannya yang dingin, pendiam juga sangat pintar.
Suatu hari Mia mengungkap kan perasaannya kepada Jiro tetapi Jiro menolaknya namun Mia tetap berusaha untuk meyakinkan Jiro bahwa perasaan Mia tidak pernah berubah tetap saja Jiro mengabaikan Mia hingga suatu hari Mia berhenti untuk tidak lagi menyukai Jiro.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Wulandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JIRO KEMBALI
Beberapa tahun sudah berlalu aku menuntut ilmu hingga akhirnya akupun kembali ketanah kelahiranku bertemu dengan kedua orang tuaku dan kembali pada kamarku, sudah hampir 1tahun aku menjadi dokter di salah satu rumah sakit aku memilih tempat yang berbeda dari kedua orang tuaku karena aku ingin berusaha sendiri tanpa nepotisme aku pun menjadi dokter yang termuda.
Suatu hari aku pergi mengunjungi rumah Marcel namun ternyata Marcel dan keluarganya sudah lama pindah rumah, aku tidak mempunyai nomornya tidak ada orang yang dapat ku hubungi karena hanya Marcel temanku satu-satunya.
Aku berjalan terus melihat area yang dahulu selalu ku lewati hingga aku singgah ditempat toko bunga milik ibu Mia, semua masih terlihat sama aku melihat bunga-bunga yang tumbuh begitu indah. Pemilik toko bunga yang tak lain ibu dari Mia menghampiriku.
"Ada yang bisa saya bantu" sapanya dengan ramah
Akupun menoleh kearah ibu Mia, terlihat dia begitu tercengang usai melihatku
"Bukankah kamu anak dokter yang dahulu pernah datang kemari" tanyanya
Aku menganggukkan kepalaku dengan pelan
Ibu Mia memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki "Astaga sudah lama tidak bertemu kini kamu menjadi pemuda yang sangat menawan" pujinya
Aku tersenyum malu karena mendengar pujiannya"aku ingin membeli bunga itu" tunjukku
"Ah anyelir pasti untuk ibumu ya, ibumu selalu membeli bunga itu" tuturnya
Akupun tersenyum sambil melihat ibu Mia menyiapkan pesananku. Aku melihat sekitar namun tidak ada tanda keberadaan Mia aku ingin sekali bertanya pada ibunya tentang kabar Mia namun aku terlalu gugup. Aku pun segera menghampiri etalase yang dahulu aku pernah melihat figura dan ternyata masih terpajang foto yang dahulu pernah ku lihat, aku terus memperhatikannya ada juga beberapa foto-foto yang nampak baru ku lihat.
"Dia putri saya" ucap ibu Mia membuatku terkejut karenanya aku pun menoleh kearah ibu Mia
"Ternyata anda juga dulu dari sekolah yang sama dengan anak saya, dulu saya melihat anda menerima penghargaan saat kelulusan" ucapnya sambil menyerahkan pesananku.
Aku hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun karena aku terlalu gugup kemudian aku membayar pesananku dan segera pergi dari toko bunga itu, terlintas aku juga teringat bahwa Mia pernah bekerja di lestoran aku pun segera pergi ke lestoran yang dahulu pernah ku datangi hanya untuk melihat Mia.
"Mau pesan apa tuan?" tanya seorang waiters
Aku menoleh dan ternyata dia bukan orang yang ku cari aku pun segera memesannya hingga pesananku datang saat aku sedang melahap makananku aku mendengar acara televisi yang terpajang di lestoran tersebut.
"Selamat sore pemirsa, kembali lagi bersama saya Mia Elisha yang akan memberikan berita terbaru"
Aku sempat berhenti untuk menyendok makananku karena mendengar nama Mia Elisha di acara berita tv aku pun menoleh kearah tv yang ternyata Mia sudah menjadi reporter sesuai dengan apa yang telah ia tulis di lembaran kertas survei keinginannya saat masih sekolah dia terlihat begitu dewasa namun entah mengapa rambutnya masih terlihat pendek.
"Pemirsa, terjadinya ledakan gas elpiji pukul 16.25 yang mengakibatkan sejumlah ruko terbakar karena kobaran api yang terus merambat, banyak warga yang menyaksikan kejadian tersebut secara langsung, karena kobaran api yang cukup dahsyat sehingga 4 mobil pemadam api di kerahkan" ucap Mia yang sedang membawakan berita dan mewawancarai salah satu warga.
Sebelumnya aku tidak pernah melihat televisi karena aku cukup sibuk di rumah sakit dan saat pulang aku memilih untuk istirahat di kamar namun sejak saat itu akupun jadi lebih sering melihat acara berita yang di bawakan oleh Mia Elisha, entah mengapa aku belum memberanikan diri untuk menemuinya aku khawatir dia masih membenciku.
Suatu hari saat aku dinas malam aku memeriksa seorang pasien dari kamar 35 saat itu aku terdiam karena aku melihat seseorang yang ku kenal sedang terbaring, aku mendekatinya yang ternyata dia adalah orang yang selama ini ku cari yaitu temanku Marcel. Marcel pun tersenyum lemah melihat kearahku hingga aku mendekati Marcel.
"Sesuai dugaanku, kau berhasil menjadi seorang dokter" ucap Marcel
Mata ku mulai sembab mendengar ucapan Marcel akhirnya aku pun memeriksa keadaan Marcel dan melihat berkas pemeriksaan Marcel "trombositmu di bawah rata-rata"
"Sudah derita pasien DBD" ucapnya
Aku terdiam sejenak dan teringat saat Mia membawakan berita tentang melonjaknya penyakit demam berdarah
"Hei... Selama ini aku mencarimu" ucapku
Marcel tersenyum"Maafkan aku, sudah lama aku pindah rumah, saat itu aku ingin menghubungimu namun ponsel ku rusak dan aku mengganti ponsel dan nomor baru"
"Sebaiknya kau tidak banyak bergerak untuk memulihkan kembali trombositmu" ucapku
"Ahhh sudah 2 hari aku terjebak disini dan semua mengatakan bahwa aku tidak boleh banyak bergerak rasanya aku bosan sekali" keluh Marcel
"Kalau kau mau pulang silahkan saja" jahilku pada Marcel
"Hei.... Aku ini masih sakit tahu" jawab Marcel sedikit kesal
Aku menyilangkan kedua tanganku "Jadi ... Lebih baik kau ikuti anjuran para dokter dan suster" ucapku sambil melototi Marcel
Marcel menghela nafasnya"hei temani aku sebentar ya sampai ibuku kembali" ucap Marcel sambil mengarahkan ku untuk duduk di ranjangnya
Aku pun mengangguk pelan dan memulai obrolan dengan Marcel"bagaimana dengan Hanna?"
Marcel terlihat tersipu"Dia masih menjadi wanita favoritku, sekarang dia bekerja di bank tadi sore dia datang menjengukku" jawab Marcel
"Bagaimana dengan mu?" tanyaku
"Ahh aku hanya karyawan biasa di kantor, aku bekerja tiada henti hanya untuk menikahi Hanna, aku butuh modal, dan membangun rumah untuk tempat tinggal juga nantinya, wah aku sangat iri sekali melihatmu yang sekarang" ucap Marcel
Aku hanya terdiam menunduk dengan tatapan kosong
"Hei ... Kau tahu tidak? Mia sekarang sudah menjadi reporter setiap saat dia selalu muncul di televisi" tutur Marcel
"iya, aku melihatnya di televisi" ucapku pelan
Akhirnya aku selalu mengunjungi Marcel dan berbincang dengannya namun aku tidak pernah bertemu dengan Hanna, saat aku tidak memeriksa Marcel Hanna datang menjenguk Marcel namun saat aku memeriksa Marcel Hanna sudah pergi dari rumah sakit, hingga akhirnya Marcel pun dinyatakan sembuh dari demam berdarah dan pihak rumah sakit sudah memperbolehkannya untuk pulang kemudian satu orang suster melepaskan infusan dari tangan Marcel.
"Hei... Kapan-kapan kita main ps bersama lagi" ucap Marcel
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
****************
Saat libur dari dinas, Aku sedang menonton siaran berita dirumah bersama kedua orangtua ku, ditemani secangkir teh juga cookie yang dibuat oleh mama seperti biasa aku melihat acara yang di siarkan secara live oleh Mia dia pun terjun dilapangan dengan memberitakan soal hujan dan angin yang kencang.
"Cuaca sekarang memang tidak baik-baik saja" ucap papa yang sedang menonton bersama ku
Aku masih dengan fokus melihat televisi, terlihat Mia dengan jas hujannya dan wajahnya yang basah karena cipratan air hujan dan terlihat dirinya yang sedang menahan tubuhnya dari angin juga terlihat banyak barang-barang kecil atau daun-daun yang tertiup oleh angin seketika itu aku pun kembali ke kamarku kemudian aku bergegas keluar dari rumah membuat papa dan mama merasa heran melihat tingkahku.
"Jiro ... kamu mau pergi kemana, di luar sedang angin kencang loh" ucap mama
"jangan pergi terlalu berbahaya, lihat saja reporter itu juga rasanya kasihan sekali harus memberitakan cuaca secara live" tutur papa
Akupun tidak mendengar perkataan mereka dan langsung bergegas pergi menancapkan gas menggunakan mobilku, hujan di sertai angin bertiup aku pun terjebak macet karena adanya pohon tumbang ditengah jalanan yang membuat perjalananku terhambat. Sesampainya di lokasi tempat Mia syuting aku tidak menemukan siapapun di lokasi tersebut atau mungkin Mia sudah menyelesaikan syutingnya. Akhirnya aku berjalan tanpa arah hujan dan angin mulai mereda aku pun memarkirkan mobilku di sebuah cafe. Aku duduk termenung dengan tatapan kosong mengarah ke jendela terlihat hujan sudah tidak lagi turun semua orang mulai berlalu lalang kembali lampu-lampu mulai menyala dari setiap sudut ku lihat jam tanganku menunjukkan pukul 18.26, namun lamunanku seketika buyar karena tiba-tiba aku melihat Mia berjalan melewati cafe tempat ku singgah dengan sigap aku pun langsung berlari untuk mengejarnya, akan tetapi ada begitu banyak orang yang berjalan seakan-akan sedang menghalangi jalanku hingga akhirnya aku kehilangan jejaknya dan aku berniat untuk kembali, namun saat aku berbalik arah terlihat sosok Mia yang keluar dari supermarket seraya sambil memegang sebuah botol minuman, aku dan Mia terdiam mata kita saling bertemu.
Aku menahan senyumku namun sepertinya tidak dengan mataku yang tidak bisa berbohong. Aku segera menghampirinya, Mia masih tercengang melihatku.
"Jiro .... Kamu Jiroooo?" ucapnya seperti tidak percaya melihatku
Aku tersenyum menganggukan kepala"Haa ... haiiii" ucapku dengan gugup
Mia pun tertawa kecil
"Kamu ... Apa kabar?" tanyaku sambil memperhatikan rambut Mia yang sudah lepek
Mia tersadar dengan pandanganku yang terus memperhatikan rambutnya "Baik.!! Ahh aku malu sekali bertemu dengan mu dalam keadaan basah kuyup" ucapnya seraya sambil membetulkan rambutnya
Aku meraih lengan Mia dan membawanya menuju mobilku tentu saja membuat Mia terkejut juga terheran. Sesampainya di hadapan mobilku yang terparkir di depan cafe aku segera masuk dalam mobilku dan mencari handuk kecil yang sudah kubawa lalu memberikannya kepada Mia. Mia masih terheran dengan sikapku dia pun menerima handuknya lalu Mia mulai mengeringkan rambutnya.
Aku meraih botol minuman dari tangannya agar Mia bisa leluasa mengeringkan rambutnya dengan kedua tangannya. Sekali lagi Mia tercengang kebingungan hingga ia memberhentikan aktifitasnya.
"Maaf Jiro ... nanti akan aku kembalikan handuknya" ucap Mia terlihat canggung
"Ah ... Sepertinya aku juga harus segera pergi, dan terimakasih untuk handuknya nanti akan aku kembalikan " ucap Mia dan sebelum Mia beranjak aku dengan cepat segera membuka pintu mobil.
"Masuklah" pintaku
Mia pun terdiam sejenak"ahaha ... Tidak perlu aku bisa pulang sendiri"
"Kamu yakin akan pulang dalam keadaan rambut lepek dan di lihat oleh orang-orang, nanti orang-orang akan berfikir kau kucing yang habis kecebur got" celetukku
Dengan reflek Mia mengibaskan handuknya ketubuhku dan membuatnya terkejut" ah... maafkan aku, habis kata-kata mu jahat sekali" ucapnya sambil cemberut
Aku pun tertawa terkecil melihat ekspresi wajah Mia"masuklah, aku akan mengantarkan mu pulang"
Mia terdiam menatapku begitu dalam"kau benar Jiro?"
"iyaa..." aku menggukkan kepala dengan pelan
Akhirnya Mia pun menerima tawaranku langsung saja aku mengantarkan ia pulang, sepanjang perjalanan kami hanya terdiam aku dan dirinya sama-sama merasakan canggung. Sesampainya dirumahnya sebelum ia keluar dari mobil Mia pun menawarkan ku untuk mampir ke dalam rumahnya tetapi aku menolaknya.
"Mia... Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" ucapku dengan kaku
Mia tersenyum dan memberikan nomor ponselnya kepadaku
"Terimakasih atas semuanya,. sampai bertemu kembali" ucap Mia yang kemudian dia pun keluar dari mobilku
Setelah itu apa yang harus ku lakukan setelah mendapatkan nomor ponselnya?
semangattt/Determined//Determined/