NovelToon NovelToon
SEKOLAH BERANDAL

SEKOLAH BERANDAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Teen School/College / Persaingan Mafia
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yo Grae

Sumpah Pemuda, adalah nama sekolah buangan dan terkenal buruk norma dan etikanya. Sekolah yang tidak perlu mengeluarkan sepeserpun biaya untuk masuk ke dalam sekolah tersebut.
Sementara itu, seorang anak yang bernama Arka Bimantara yang terlahir dari keluarga yang terbuang harus bisa beradaptasi di lingkungan keras di sekolah itu di karenakan buruknya latar belakang keuangan keluarganya.
Namun di balik sekolah dan kisah kota tersebut, ada sebuah fakta busuk dari pemerintah dan para konglomerat negara.
Kisah ini bukan hanya sekedar cerita anak berandal saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yo Grae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Mulainya Rencana

 Firman berada di sebuah ruangan yang lumayan gelap gulita, tak ada setitik cahaya pun yang menyinari atau bahkan menyorot ke arahnya. Ia berjalan sembari berusaha meraba jika saja ada dinding atau tangga. Namun nihil, tak ada tanda tanda bahwa ini adalah sebuah bangunan atau pun Padang rumput .

Hingga beberapa lama kemudian ia tertarik ke belakang seperti tersedot oleh sebuah vakum raksasa . Ketika ia membuka matanya lagi ia berada di sebuah pantai .

Di sana ia melihat seorang anak yang ia kenal. Rambutnya lurus dan sedikit panjang hingga bahu, tubuhnya tak terlalu tinggi. Hanya sekitar seratus enam puluhan. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah kakaknya Firman, Erlang .

Erlang memiliki mata yang sama dengan adiknya, agak besar dengan sorotan mata tajam. Warna matanya pun hitam pekat menyala yang membuat siapa saja bisa tertunduk malu atau segan terhadap tatapannya.

Kakaknya memang lumayan populer, dia seorang jenius yang bahkan sudah mempunyai prestasi di bidang debat matematika, sains, dan juga debat bahasa. Ia juga sempat mempelajari sastra dan politik dan bahkan nilai sastra dan IPS nya melebihi nilai nilai tertinggi di rata rata sekolah.

Tubuhnya atletis dan memiliki ketampanan yang seperti pangeran, anggun dan memiliki wajah yang bersifat tenang. Tak ada keraguan dalam tatapan dan pesona wajahnya. Dan ia pun tak pernah kalah dalam duel satu lawan satu ataupun di keroyok orang banyak.

Di pantai ini, Firman melihat kakaknya sedang memandang ke arah katulistiwa. Ia menatap langit dengan tatapan yang penuh arti . Beberapa menit kemudian ia mengulurkan tangannya ke atas langit tepat ke arah mentari terbenam.

"Apa yang di maksud dengan perjuangan NKRI ? Apa itu norma Pancasila?" Gumam Erlang .

Agak jauh di sebelah Erlang, ada seorang tukang bersih bersih pantai menghampiri Erlang .

"Dek, sudah mau senja. Kamu gak pulang?" tanya orang itu .

Erlang bangkit berdiri lalu menepuk nepuk pantatnya yang di penuhi butiran butiran pasir . Lalu Erlang mengambil keranjang belanja yang berisi jajanan yang akan ia jual .

"Ini saya sudah mau balik, lagian jajanan saya sisa sedikit kok." Jawab Erlang dengan sopan seraya tersenyum. Ia pun membungkuk dan berjalan melewati sang pembersih pantai.

"Oh iya, pak Anton sedang menunggu di depan tugu monumen perjuangan " Kata si tukang bersih pantai .

Erlang berbalik dan menjawab sambil tersenyum "Baiklah saya ke sana sebentar ".

Pemandangan itu mulai mengabur dan berganti tempat di depan monumen perjuangan . Sebuah monumen yang dibuat sangat bagus dan anggun .

Monumen itu di buat dalam bentuk tiga patung tentara yang sedang berjuang menancapkan sebuah bendera merah putih. Yang satu orang sedang menancap dan mengalungi sebuah senjata api, dan satu lagi memegang gagang bendera merah putihnya , dan yang satu lagi mengangkat perisai untuk melindungi keuda orang tersebut .

Tepat di bawah monumen itu, berdirilah seorang pria paruh baya yang di bagian tengah kepalanya sudah mulai berhuban tipis . Ia memiliki sedikit janggut tipis dan mempunyai kerutan di sekitar kantung mata . Ia memakai seragam linmas, postur tubuhnya tegak dan memiliki back yang Kokok lengan yang besar dan arms nya bulat sempurna . Namun di bagian perut sudah mulai buncit, dari semua postur tubuh itu yang paling kokoh ialah di bagian pundak soldier nya .

"Daganganmu sudah habis?" Pria itu bertanya kepada Erlang .

Erlang mengangguk seraya mendekati pria tua itu "Yah, Alhamdulillah. Tapi tersisa empat bungkus, mungkin di bawa pulang aja nanti" Jawab Erlang dengan sopan .

Mata pria paruh baya itu melihat ke arah jalan lalu lintas yang ada di depan gerbang pintu masuk monumen. Pas di seberang lokasi tempat mereka berdiri, terdapat sebuah camp artileri pertahanan Kodam.

Para TNI terlihat sedang berlari sore dan hendak kembali ke camp .

"Kamu tau, negri ini sudah mulai terlihat busuk." Sang pria paruh baya itu mengambil sekotak rokok lalu menyulutnya dengan korek gas. Ia hisap rokok itu perlahan lahan dengan sangat dalam lalu kemudian menghembuskannya dengan pelan .

"Dari dulu, memang negri ini penuh dengan kesenjangan karir dan ekonomi. Yang mana orang miskin akan tetap terus di paksa miskin, dan orang kaya akan tetap di paksa menjadi kaya hingga keturunan berikutnya." ia menoleh ke arah Erlang .

Erlang menatap balik dengan tatapan tajam namun juga penuh makna yang dalam "Jika tak ada si miskin dan bodoh, maka tak akan ada si Kaya dan pintar" kata Erlang.

"Namun akan tetap ada si cerdas dan si pebisnis" sahut pria itu.

Erlang memandang langit yang mulai menjingga, ia mengerjapkan mata sejenak lalu kemudian kembali menoleh ke arah sang pria tua "Apakah, pemerintah itu sebenarnya ada hanya untuk menjaga kesenjangan sosial itu? Dan apakah dari dulu sejarah Indonesia telah banyak di rubah?" pertanyaan beruntun dari Erlang sukses membuat sang pria tua itu menoleh dengan raut wajah serius .

"Kenapa kau bisa berfikir demikian? Ada yang menggangu mu kah? Atau ada seseorang yang menjelaskan ke kamu?" tanya pak Anton balik .

Erlang menggeleng .

"Gak, aku hanya memikirkannya terlalu dalam . Aku hanya ingin mencari tau jejak jejak sejarah yang berlubang dan kebusukan di baliknya" Erlang kemudian menunjuk patung monumen itu . "Dan aku berfikir, bagaimana reaksi para terdahulu kita yang telah memperjuangkan negri ini agar merdeka tetapi rakyat nya masih mengalami masa masa penjajahan yang tak terlihat di permukaan sama sekali ?" .

Si pria tua kemudian membulatkan pupil matanya .

"Maksud mu, Petuah yang mengatakan Merdeka dari negri luar bukan berarti merdeka dari dalam ?"

Erlang mengangguk .

Sebelum topik pembahasan lebih lanjut Firman mendengar sebuah suara suara bising dari langit yang kemudian membuat dunia itu berputar putar lalu memudar .

Firman kembali tersadar ke dunia masa kini.

Ia terbangun akibat suara suara bising yang ada di ruangan ini.

Di dalam ruangan ini terdapat banyak orang yang di antaranya ada si Arka yang sedang duduk di sampingnya yang sedang membaca sebuah buku sejarah. Lalu ada pula Ruhus yang sedang mengejar si Melby karna telah mengambil biskuit nya. Dan adapula Dominic yang asik adu pukul dengan Mario .

Pemandangan ini membuat Firman terganggu .

"Hey pria cepat, kau sudah bangun? Hanya pergerakan mu yang cepat tidur mu terlalu lama" nyinyir Dominic.

"Berisik, aku terbangun karna kalian berisik!" Teriak Firman.

Teriakan Firman membuat semua orang di ruangan itu menoleh ke arahnya.

"Lihat, siapa yang berisik " Ledek Dominic lagi.

Firman tak sabar dengan sikap Dominic , ia langsung berdiri dan ingin mengambil ancang ancang. Namun dengan sigap Arka menahan pergerakan Firman .

"Sebentar, Tante ! Firman-nya bangun !!" Teriak Arka .

Sebelum Firman memberontak Firman mendengar sebuah langkah kaki yang tak asing ia dengar . Langkah kaki itu mengingatkan ketika masa masanya ia senang dan bahagia . Langkah kaki itu adalah kaki ibunya yang sedang sehat walafiat.

Ketika ia menoleh ke belakang nya, tepat ke arah pintu, ia melihat ibunya sedang mengikat rambut menjadi ekor kuda.

Ibunya yang kemarin sakit sakitan dan berkerut karna penyakit, kini wajahnya berseri dan kembali muda layaknya wanita berusia tiga puluh dua tahun . Wajahnya terlihat berseri dan cantik, rambut lurusnya sangat indah lengkap dengan bola mata yang hitam mengkilat .

"I.. Ibu.." Firman meneteskan air mata .

"Iya sayang, ini ibu. Berterimakasih lah kepada teman teman mu yang sudah melanjutkan operasi ibu " Kata ibu Firman.

Tanpa pikir panjang Firman berada di depan ibunya dalam sekejap mata dan langsung memeluk ibunya .

"Si brengsek itu, bahkan memeluk ibunya aja pake speed untuk bertarung" Gumam Dominic.

Spontan pecah tawa Ruhus membuat gaduh seisi ruangan yang di ikuti Melby dan yang lainnya .

Arka menjadi ikutan hangat dan bahagia melihat pemandangan ini .

Baiklah, saatnya menyusun rencana.

...****************...

1
Ahmad Fahri
Ceritanya asli keren banget, semoga menjadi best seller!
Re Creators
Hampir aja batal tidur. 😅
tangerin3
Mantap, gak bisa berhenti baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!