Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
Tujuh tahun yang lalu.
"Dasar anak si4l4n! Daddy habiskan uang yang banyak untukmu hanya untuk ini. Dasar anak tidak tau di untung.''
PLAK....
Diandre terus melayangkan pukulan ketubuh Yoon-gi. Tidak perduli jika putranya itu sudah tersungkur dengan lemah di lantai. Dia terus memukuli putranya dengan membabi buta. Tidak ada lagi rasa iba di hati, yang ada hanyalah emosi yang terus menuntut untuk di luapkan.
Yoon-gi hanya bisa terdiam menerima setiap pukulan itu. Dia meletakkan kedua tangannya di kepala sambil menitikkan air mata. Tidak ada terdengar suara tangisan sedikitpun, yang terdengar hanya suara pukulan yang begitu kuat, sehingga menciptakan kebahagian yang begitu membara di hati orang yang mendengar.
"Argghh! Kau memang anak si4la4n. Kenapa ibumu tidak membawamu waktu itu." Diandre berteriak sambil mencampakkan kursi yang ada di dekatnya ke sembarang arah.
Yoon-gi tidak merasakan rasa sakit sedikitpun di tubuhnya. Tidak ada rasa sakit yang tercipta dari setiap pukulan yang di berikan sang deddy. Namun, tidak dengan hati dan pikirannya, kata-kata kasar dan juga cacian itu berhasil mengalahkan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
"Lihat ini!" Diandre mengambil selembaran kertas yang berserakan di atas meja lalu merobeknya menjadi lembaran-lembaran kecil, lalu melemparkannya ke wajah Yoon-gi.
"Lagumu tidak akan bisa membawamu kedalam kesuksesan. Jadi, kamu tidak perlu banyak tingkah. Cukup belajar dan ikuti jejak adikmu yang selalu bikin daddy bangga. Bukan seperti dirimu," ucap Diandre lalu melangkahkan kakinya keluar dari kamar Yoon-gi.
Melihat sang daddy telah melewati pintu kamar, Yoon-gi terus terdiam di tempatnya. Dia menatap foto yang terpajang di dinding kamarnya dengan tatapan datar sambil mengusap wajahnya. Dia perlahan bangkit lalu menyandarkan tubuh lemah itu di samping ranjang.
Air matanya terus mengalir, bahkan berapa kali dia mengusapnya mengunakan kedua tangannya, akan tetapi air mata itu terus mengalir membasahi wajah putih pucatnya. Bibirnya terus bergetar di ikuti dengan tetesan darah yang mengalir.
Rasa sakit bekas pukulan dari daddynya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Walaupun tubuhnya begitu lemah, dia mencoba bangkit dan perlahan melangkahkan kakinya keluar dari kamar.
Langkahnya begitu pelan, bahkan untuk berjalan lurus saja dia sudah tidak bisa lagi. Dia menatap keadaan rumah yang kini terlihat sangat sepi, seperti biasa, setelah puas memukulinya, sang daddy akan pergi keluar bersama istri kesayangannya itu.
Yoon-gi terus melangkahkan kakinya sambil memegangi dinding sebagai penopang tubuhnya. Tujuannya hanya satu, menemui orang yang bisa menenangkan hati dan juga pikirannya.
Namun, saat sampai di pintu utama, dia melihat pemandangan yang semakin menusuk hatinya. Dia menatap seorang wanita dan pria sedang berpelukan sambil bercium4n dengan mesra.
Ternyata apa yang dia cari tidak dapat dia temukan untuk saat ini. Dia hanya mendapatkan kebalikan dari yang dia inginkan. Dia ingin mendapatkan tempat untuk bersandar dan menenangkan pikiran, akan tetapi dia malah menemukan kenyataan yang sangat menyakitkan.
Tidak ada pilihan lain, Yoon-gi mengambil langkah untuk mundur sambil terus menatap kedua sejoli itu. Dia menatap ke-dua dengan air mata yang terus mengalir, tidak ada kata-kata yang ingin dia ucapkan untuk saat ini. Dia hanya ingin pergi untuk mencari tempat yang nyaman. Dimana tidak ada lagi caci dan maki, tidak ada lagi harapan palsu, dan tentu tidak ada lagi kekerasan yang terus menghantam tubuhnya.
Dia melewati pintu belakang lalu pergi meninggalkan neraka yang berbentuk istana mewah itu. Dia terus melangkahkan kakinya tanpa arah dan tujuan. Wajahnya terlihat semakin pucat, di ikuti dengan tetesan darah yang mengalir dari sudut bibir dan juga kepalanya.
Dia menatap lampu mobil yang berlalu lalang tanpa ada rasa takut sedikitpun. Dia terus melangkah tanpa memperdulikan suara klakson dan juga teriakan dan juga caci maki yang tertuju kepadanya. Dia terus melangkah dengan tatapan kosong, hingga akhirnya....
Tiinnnn....
Brak...
Arghhh.....
Dia tergeletak tidak berdaya di jalan raya, di ikuti darah yang mengalir. Para pengemudi dan juga orang-orang yang ada di sekitar tempat itu langsung berlari mendekatinya dan mencari pertolongan dengan cepat. Bukannya takut, dia malah tersenyum sambil menatap ke langit yang gelap dengan tatapan penuh harapan.
"Mom! Kenapa orang-orang yang tidak aku kenal sangat khawatir kepadaku. Sedangkan suamimu itu, ups bukan, dia tidak pantas disebut sebagai suamimu."
*******
Saat membuka mata, Yoon-gi melihat ruangan yang serba putih, ruangan yang terlihat mewah dan juga luas. Dia menatap seluruh ruangan itu dengan tatapan bingung, tidak ada satupun orang yang ada di sana. Dia mencoba memejamkan matanya kembali lalu membukanya secara perlahan.
Dia mengira jika dia telah sampai ke tempat yang dia inginkan. Namun, kenapa dia tidak menemukan sosok ibunya di sana? Bukankah jika dia mati, dia akan berjumpa dengan ibunya. Namun, kenapa tidak ada satu orang pun yang ada di sana.
"Nak! Kamu sudah sadar." Seorang pria yang tampan dan juga gagah berjalan mendekatinya, tidak lupa dengan seragam putih yang membuat aura pria itu semakin terpancar.
"Tuan siapa? Dimana aku? Dimana ibuku?" Yoon-gi langsung menghampiri pria itu dengan begitu banyak pertanyaan.
"Kamu di rumah sakit, Nak. Paman adalah dokter di sini. Teman paman yang membawamu kemari, dia bilang kamu hanya sendiri, tidak ada siapapun saat kamu kecelakaan."
"Jadi aku masih hidup!" Yoon-gi membuang napasnya kasar ketika sadar jika dia belum sampai ke tempat yang ingin dia tuju.
Apa mungkin ibunya juga tidak mengaharapkannya, sehingga dia tidak mau menjemputnya untuk tinggal bersama. Berbagai macam pertanyaan langsung muncul di pikiran pria itu.
"Ran! Bagaimana? Apa anak ini sudah sadar?" Tanya Dirga berjalan mendekati Randy.
Wajahnya terlihat begitu panik, dia sepertinya sangat menghawatirkan keadaan bocah yang dia tabrak tadi.
"Dia sudah sadar. Lihatlah!" ucap Randy tersenyum sambil menyetel infus Yoon-gi.
"Kamu tidak apa-apa, Nak? Maafkan paman, paman tidak melihatmu waktu itu."
"Tidak apa-apa, Paman. Jika bisa di ulang, aku akan menyuruh paman untuk menabrakku lebih keras lagi."
Bersambung.....
Hai semuanya...
Jika ada waktu senggang, mampir juga di karya teman Author ya.
Ceritanya tidak kalak menarik lho....