Derita Ayu Ratapan Anak Tiri

Di hari ketujuh kematian Queen bertetapan dengan Hari sidang putusan pengadilan untuk Aditya. Saat memasuki ruang sidang netral Aditya menyapu seluruh kursi pengunjung untuk menemukan sosok Lisa. Tapi sayang netra sayu itu mencari tapi sosok yang dicari tak ditemukan di antara barisan kursi pengunjung.

"Lisa, kenapa kau tak datang di saat aku membutuhkan dukunganmu," batin Aditya begitu kecewa.

"Mungkin dia masih di jalan." Satu sudut kata hatinya membela ketidakberadaan Lisa.

Selama persidangan Haris sebagai pengacara Aditya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kliennya, tapi tuntutan jaksa yang disertai bukti-bukti kuat membuat upaya Harris harus menelan pil pahit dengan dijatuhinya hukuman 8 tahun penjara oleh hakim.

Sampai palu hakim dijatuhkan batang hidung Lisa tidak tampak, dan ini membuat Aditya makin curiga juga penasaran apa yang sebetulnya sudah terjadi dengan Lisa dan juga Ayu.

"Semoga tidak terjadi hal buruk pada Lisa dan Ayu," batin Aditya menenangkan kecemasannya.

"Pak Adit, kita akan mengajukan banding terhadap putusan pengadilan. Saya akan mencari bukti-bukti untuk menguatkan bahwa tuduhan terhadap pak Aditya sama sekali tidak benar." ucap Haris bersemangat tapi di hiraukan Aditya.

"Pak Adit, Pak. Apa bapak dengar kata-kata saya?" tanya Haris merasa jika Aditya sedang melamun.

"Pak!" panggil Haris sambil menepuk pelan pundak Aditya.

Aditya langsung tergagap dan menjawab," Apa Pak?" bukan jawaban yang keluar dari mulut Aditya tapi malah pertanyaan membuat Haris menarik nafas dalam.

"Apa yang sedang Bapak pikirkan saat ini?" tanya harus menulis sambil memperhatikan wajah Aditya dengan serius.

"Saya sedang memikirkan istri dan anak saya, Kenapa istri saya tidak datang hari ini. Saya takut terjadi apa-apa dengan dia dan juga putri saya Ayu." ucap Aditya dengan wajah khawatir.

"Mungkin mereka tidak bisa datang karena ada sesuatu hal yang penting." balas Haris.

"Semoga tidak terjadi hal buruk pada mereka berdua," ucap Aditya dengan tatapan mata menerawang.

Sementara di rumah Aditya, Ayu sedang duduk di salah satu sudut kamarnya tanpa menyalakan lampu padahal hari sudah larut. Penampilannya sangat kacau, dia enggan mengurus dirinya sendiri. Dia tidak mandi beberapa hari dan juga tidak mau makan bahkan minum, hal ini membuat Lisa menjadi geram dengan kebiasaan baru Ayu.

"Dasar anak parasit! Seenaknya saja lo tidak mau bekerja apa-apa di rumah ini kecuali duduk bengong seperti mayat hidup di rumah gue!" dengus Lisa geram sambil menjambak rambut Ayu dan menyeretnya keluar dari kamar.

"Aaaawww, sakit!!" pekik Ayu sambil memegangi lengan Lisa agar melepaskan tangannya dari rambut Ayu.

Lisa mengayun kasar kepala Ayu membuat Ayu terhuyung.

"Ingat ya! Selama kamu tinggal di rumah ini, kamu harus melakukan pekerjaan seperti biasa dan kalau kamu tidak melakukannya tante akan menghukum kamu dengan hukuman yang lebih sakit lagi daripada ini. Ngerti kamu!" bentak Lisa sambil menempeleng kepala Ayu.

Ayu tidak menjawab Dia hanya menunduk sambil menahan tangis hanya air matanya yang meleleh di kedua pipinya.

"Jawab!" hardik Lisa geram menendang kaki Ayu keras dengan slop kulit yang menjadi alas kakinya.

Ayu tetap tak mengeluarkan suara dia hanya mengangguk lemah.

"Baiklah kalau begitu, sekarang kamu bersihkan rumah dan jangan tidur sebelum rumah ini bersih! Camkan itu!" ancam Lisa lalu pergi meninggalkan Ayu di kamarnya.

Ayu mengangkat wajahnya memandang dengan sorot penuh kebencian ke arah punggung Lisa, ada kekuatan terbersit di hati Ayu untuk membalas denda suatu hari nanti pada Lisa atas kematian Queen.

Ayu berusaha beranjak dari duduknya tapi tubuhnya terlalu lemah dan kembali terkulai duduk di lantai karena tidak makan selama hampir tiga hari, dia berusaha merangkak menuju dapur. Saat dia melewati ruang keluarga Ayu berhenti sejenak menatap salah satu sudut dinding di mana terpanjang foto lama keluarganya.

"Ayah. Ayu akan cari ayah, Ayu akan temenin ayah seperti permintaan dek Queen." Satu kekuatan dan harapan hidupnya kembali muncul berkobar saat menatap wajah pria tampan kebapaan milik Aditya.

Ayu berusaha kembali untuk berdiri tangan lemahnya terulur menjangkau dinding rumah untuk menopang tubuhnya sambil berjalan merambat untuk sampai di dapur. Begitu sampai di dapur mata lelahnya menyapu ruangan itu mencari sesuatu yang sangat inginkan dan dibutuhkannya saat ini yaitu air minum.

Ayu melihat galon dispenser yang kosong, tempat cucian piring yang penuh perkakas kotak dan lantai dapur yang sangat kotor tapi dia tidak menemukan air minum. Ayu berjalan menuju tempat cucian piring lalu tangan kurusnya terulur mengambil gelas di rak piring untuk menampung air kran yang bisa diminumnya.

Krucuk krucuk

Perutnya yang melilit sudah tak bisa untuk diajak kompromi untuk minta diberi asupan, Ayu melirik magic com yang terletak dekat kulkas lalu dia berjalan ke arah magic com itu dan membuka isinya. Ayu melihat ada sisa-sisa nasi yang menempel di magic com itu setengah kering.

Tangannya dengan telaten memunguti setiap butir sisa nasi di magic com itu hingga ada satu suap yang terkumpul, sejenak Ayu memandang sesuap nasi di tangannya sambil menelan ludahnya yang terasa kering.

"Demi keinginan Dede, Kaka makan nasi ini hiksss," ucap Ayu lirih menyuap nasi di genggaman jari-jari kurusnya sambil berlinang dengan mata terpejam.

Begitu kunyahan terakhir selesai, Ayu langsung mengerjakan semua perintah Lisa untuk membersihkan rumah sampai semua ruangan bersih. Tak terasa jarum panjang jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 01.30 saat dia membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur hingga matanya terpejam dalam lelah.

BYURRR

"Aaaww!" pekik Ayu saat wajahnya disiram dengan kasar oleh Lisa dengan segayung air.

"Bangun tuan putri gembel! Enak saja jam segini masih tidur! Cepat bikinkan tante sarapan dan juga kopi!" perintah Lisa sambil melotot ke arah Ayu tajam.

BRAKK

Lisa membanting gayung kamar mandi Ayu di lantai hingga pecah terbelah dua. Ayu mengusap wajahnya dengan kain selimut yang sebagian basah lalu beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah lemah.

Ayu menyiapkan roti bakar dengan omelet untuk sarapan Lisa serta membuatkan secangkir kopi.

"AYUUU! CEPAT BAWA SARAPAN TANTE! LAMA AMAT SIH!" teriakan Lisa nyaring memecah keheningan suasana rumah Aditya.

Ayu berjalan melangkah pelan sambil membawa nampan di tangannya yang berisi sarapan dan kopi, melihat Ayu yang berjalan pelan membuat Lisa kesal dan naik darah.

PLAK

Sebuah majalah wanita yang tergeletak di atas meja dilempar kasar oleh Lisa melayang tepat mengenai jidat Ayu, Ayu hanya meringis menahan sakit di jidatnya sambil berusaha menjaga keseimbangan nampan di tangannya agar tidak jatuh.

"Lelet banget sih jadi orang!" geram Lisa sambil mencubit semut lengan atas Ayu hingga Ayu meringis kesakitan.

"Awas ya kalau sampai Tante lihat kamu lelet lagi seperti ini bakal habis kamu Tante cincang!" ancam Lisa sambil mendelik ke arah Ayu.

Ayu hanya diam berdiri terpaku dengan tatapan kosong lurus ke depan, hal ini membuat Lisa merasa tambah jengkel karena ancamannya merasa diacuhkan oleh Ayu.

Wajah Lisa memerah dengan rahang mengeras dan mata berkobar, kini amarah nya sudah memuncak. Dia pergi berjalan cepat menuju kamarnya.