Suami Idaman

Malik berdiri dari duduknya ia berjalan menghampiri rima yang masih berdiri di posisinya.

"Apa kau hanya akan berdiri saja disana! "ucap malik yang berlalu berjalan menuju sofa.

Saat rima melangkah ia oleng karena lupa jika dirinya tengah memakai sepatu heels,kotak makan yang ditangannya melayang dan rima akan terjatuh,sontak saja malik yang sudah duduk disofa langsung berdiri mengkap.. kotak makan!.

Brukk.

Awssss.. ringis rima ketika terjatuh.

Sedangkan malik menghela nafas lega karena berhasil menyelamatkan kotak makan itu.

" Kau tak apa-apa?. "tanya malik.

Rima memelototkan matanya kesal mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut suami tampan nya itu.

rima tak menjawab pertanyaan malik ia mencoba berdiri namun ketika akan berjalan ia meringis kesakitan,melihat rima yang kesulitan malik langsung saja meletakan kotak makan itu dimeja lalu membantu memapah rima untuk duduk disofa.

malik berjongkok didepan rima ia melepaskan sepatu yang rima pakai lalu melihat kaki rima yang lecet dan agak bengkak, malik mengurut kaki rima yang membuat rima meringis.

" ssssttt... s-sakit..! "

"Tahu sakit mengapa kamu memakai sepatu itu ! " ucap Malik dingin dengan menatap tajam ke arah rima.

melihat rima yang tak berani menatap wajahnya membuat Malik menghela nafas.

Hah.

Malik berdiri dan akan mengambil ponsel nya yang ia taruh diatas meja kerja nya namun rima tiba-tiba memegang ujung baju malik.

"Lepaskan! " ucap Malik tegas.

"N-nggak! " kekeh rima karena takut malik akan bertanya kepada nenek.

Malik menautkan alisnya ia tersenyum simpul tiba-tiba jiwa ke pedean nya menggebu-gebu.

"Isteri ku sebegitu tak rela nya kah kau membiarkan suamimu yang tampan ini beranjak sebentar saja dari sisi mu, padahal aku hanya ingin mengambil ponsel ku yang ku letakan diatas meja kerja ku, namun ku urungkan saja jika dirimu tak ingin jauh-jauh dari suamimu yang tampan dan menawan ini. "sontak perkataan malik membuat rima yang semula hawatir seketika menjadi jengah.

pede banget, emang situ ganteng!

" aku memang tampan dari lahir isteriku. "ucap malik santai seolah tau isi pikiran rima,setelah mendapatkan ponselnya diatas meja.

Rima terdiam dengan mata melotot, kok dia bisa tau perkataan hatiku, kayak dukun aja.

Malik menghubungi asistennya dan mengatakan untuk memanggil dokter untuk rima, sontak rima yang mendengarnya langsung mencoba berdiri untuk menghampiri malik, sedangkan malik melotot tajam ketika rima berdiri.

" APA YANG KAU LAKUKAN DUDUK! "Bentak malik keras yang membuat rima gemetar.

" m-mas j-jangn panggil dokter aku ngak papa bener mas..."ucap rima dengan mata berkaca-kaca dan tubuh gemetar karena mendapat bentakan dari malik.

menyadari rima yang agak ketakutan membuat malik kembali menghela nafas berat, ia berjalan ke arah rima dan menyuruh rima untuk duduk kembali.

Hening.

Malik kembali menghubungi Bima untuk menyiapkan mobil nya, ia sendiri yang akan mengantar rima pulang, setelah panggilan ditutup malik menatap ke arah rima yang membuat rima menunduk kan kepalanya ketakutan.

"Ayo kita pulang! " ajak Malik.

"t-tapi kamu b-belom makan mas.. " ujar rima dengan masih menundukan kepalanya.

"Aku tidak berselera kau dengar!, jadi ayo pulang. "

Malik berdiri dia mengulurkan tangannya pada rima, awalnya ragu dan tak enak namun melihat tatapan malik yang memicing serta tajam padanya membuat rima menerima saja uluran tangan malik.

rima perlahan melangkah dengan kaki telanjang tak memakai heels nya.

Lama !, sungguh membuat malik tak sabar meski mereka belum keluar dari ruangan nya.

Malik menggendong rima ala bridal style yang membuat rima memekik kaget.

"m-mas turunin.. nggak enak diliat orang malu... aku juga berat tau.. " pinta rima.

malik tak menjawab yang ada ia terus berjalan dengan wajah datarnya, mengabaikan rengekan kecil dari rima.

nyebelin!, ngagetin!, dan....dan..ternyata dia lumayan perhatian..