Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berusaha Tegar
“Apa kamu anak dari Finna dan Baskoro?” Ucap seorang pria bertubuh kekar memakai pakaian serba hitam.
“Iya.. hemm tapi, dia bukan ayah kandung saya..” Ucap Ameera yang sudah sangat membenci pria berkumis tipis bernama Baskoro.
“kami akan tetap menuntut pihak keluarga agar dapat menyelesaikan urusan proyek pembangunan hotel ini yang tidak bisa Baskoro lakukan dengan baik..” Ucapnya dengan tatapan sedikit memicing.
“Tapi, itu bukan sepenuhnya kesalahan Ayah kan? Bahkan kami juga tidak memiliki apa-apa lagi..” ucap Ameera sambil menitihkan air matanya.
"Memang sebagian dana di bawa kabur oleh rekannya, tapi setelah kami usut, Baskoro juga sudah mengambil keuntungan lebih dulu, sehingga banyak kemacetan yg terjadi pada proyek ini..."
Ameera tertunduk diam..
“Baskoro sudah berkata pada kami, ada satu apartemen, satu buah ruko dua lantai dan satu rumah, serta beberapa bidang tanah, itu akan menutup sebagian kerugian yang kami terima.. “Ucapnya sangat tekejut.
“Apa tidak bisa di ganti dengan yang lain? Rumah, ruko dan apartemen itu adalah milik saya pribadi yang merupakan peninggalan almarhum ayah kandung saya..” Ucap Ameera bergetar.
“Berapa kerugian yang harus kami ganti, pak? Tanya Ameera.
“Tiga miliar..itu keuntungan yang seharusnya belum bisa Baskoro ambil, sementara proyek baru berjalan empat puluh perae ..."
Ameera terkejut, membayangkan nominal tersebut yang tidak akan pernah munkin bisa ia dapatkan hanya dengan menjual roti.
“Bisa aku bernego? Dimana atasanmu? Aku akan melunasinya tapi aku mohon jangan sita rumahku..” Ucap Ameera sudah gemetar.
“Baik.. akan kami usahakan! kamu jangan coba-coba melarika diri, bersembunyi di dalam lubang semut akan kami temukan.. mana nomer ponselmu?” Ucap pria itu, dengan pasrah Ameera memberikannya.
Ameera seketika kehilangan konsentrasi dan keceriaannya bertemu dengan ibu Fina, seolah semua kini sirnah karena ulah Ayah tirinya itu.
Setibanya di lantai lima, Amera di kejutkan dengan kebisingan yang terjadi di ruang perawatan Ibu Fina.
“Ada apa ini?” Kata Ameera.
“Mbak, di Bed C itu ibu kamu kan? Beliau terjatuh dan tak sadarkan diri..”
“APALAGI INI TUHAANNNN” Teriak Ameera sambil menjatuhkan kantung belanjaanya.
Ibu Fina tengah di tangani oleh dokter, hingga dokter memutuskan untuk melakukan CtScan dan juga memindahkannya ke ruang ICU.
“khawatir akibat jatuh dan terjadi benturan tadi membuat pembulu ibu Fina Pecah. Itu harus kita Check saat ini juga” Ucap dokter itu.
Tiga puluh menit berlalu, dokter menejlaskan dengan hasil yang ada bahwa benar adanya Jika pembulu darah Ibu Fina pecah akibat tekanan darah tinggi dan terjatuh membentur kepala belakangnya. Dokter memutuskan untuk memindahkan Ibu Fina ke rumah sakit Type B dimana disana terdapat berbagai macam alat yang akan menunjang proses operasi Ibu Fina. Ameera hanya mengikuti perintah itu, berharap ada keajaiban yang dapat menolongnya saat itu.
“Yang sabar ya mbak, sebelum ibu jatuh memang ada seorang pria yang menghampiri ibu, mungkin itu juga yang menjadi penyebabnya tekanan Dara ibu kembali naik..”
Ucap salah satu orang yang menjaga pasien di samping Ibu Fina, Ameera tidak dapat menerka siapa yang datang dan menghampiri ibu Fina saat itu, ia fokus mengemas barang untuk bergegas pergi mendampingi ibu fina.
Aku tidak akan bertanya kenapa aku orangnga, karena aku sudah tau jika Engkau tahu kalau aku mampu.. tapi sakit hatiku saat melihat mama harus menerima semua ini, apa yang harus aku lakukan? Tuhan jika ada cara itutunjukan, aku ingin berkorban meski itu tidak sesuai dengan kata hatiku, tapi aku yakin itu sudah sesuai dengan ketentuan-Mu…
***
Argha tidak dapat menghubungi Ameera meski tadi Ameera sempat mengirimkan sebuah pesan yang mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja saat ini. Argha sudah sampai di rumah skait yang ia tuju saat ini, langkahnya sangat cepat menuju meja informasi.
“Pasien atas nama ibu Fina, di rawat dimana ya mbak?’ Tanya Argha.
“Maaf mas dengan siapanya pasien?” Tanya seorang petugas rumah sakit itu.
“Saya Argha kerabatnya..” ucap Argha.
“Maaf pak, pasien atas nama Fina memiliki privacy khusus yang di buat keluarganya..kita tidak bisa memberikan informasi pasien terhadap siapapun.. jika bapak benar kerabatnya maka bapak bisa hubungi kerabat yang menunggu pasien untuk memberikan informasi.. karena disini tertulis pasien tidak dapat di temui oleh siapapun..kecuali beberapa orang yang namanya sudah terdaftar di list.. dan untuk nama Argha tidak ada di list, mohon maaf…”
Argha semakin bingung dengan sebuah privacy yang entah siapa
yang memintanya pada pihak rumah skait.
“Kenapa harus di privacy? Apa Ibunya Ameera tengah di cari banyak orang? Atau ada apa sih sebenarnya. . . “ Bingung argha berdecak kesal kala itu.
Argha sangat khawatir kala itu pada kondisi Ameera yang pasti membutuhkan tempat untuk bersandar dan berbagi keluh dan kesahnya yang tengah ia alami saat ini.
Argha mencoba menghubungi dua sabahat Ameera, merekapun kehilangan komunikasi dengan Ameera sejak satu jam lalu. Prediksi mereka nampaknya ponsel ameera kini sudah habis daya hingga mati dan tidak dapat di hubungi.
Karena rasa lelah, Argha memutuskan untuk mencari hotel terdekat sambil ia mencari informasi terkait kasus kedua orang tua Ameera saat ini.
Sementara itu, di tengah malam yang sangat dingin karena hujan yang mengguyur kota itu seolah menggambarkan suasana yang tengah Ameera rasakan dalam batinnya, sendiri, sepi dan dingin terasa menghadapi masalah ini
seorang diri.Sebelum Ibu Fina di bawa ke ruang operasi, Ameera tak kuasa menulis namanya di kolom persetujuan dimana terdapat beberapa ketentuan yang tidak mudah untuk ia pilih..
“Hanya lima puluh persen dok?” Ucap Ameera sambil berlinang kembali air mata itu..”
“Ia, karena sampai saat ini kondisi pasien sangat tidak stabil.. serba beresiko..” Ucap Dokter itu.
“Percayakan saja pada Tuhan, yang terjadi adalah yang terbaik.. saya dan tim akan berusaha semaksimal mungkin..”
Mengucap bismilah dalam hatinya berulang kali, lalu Ameera menandatangani surat pernyataan persetujuan tersebut.
Proses operasi memakan waktu empat jam lamanya, Ameera memilih menuju sebuah masjib di rumah sakit tersebut, ia memunajatkan doanya kala itu memohon segala sesuatu yang terbaik untuk jalan hidupnya.
*
*
Hai, Terimaksih yaa sudah membaca, jangan lupa like komen dan giftnya ya.
Terkmakasih..
Salam Cintaku,
MEI
🤭🤭
mampir awak Thor