Info novel 👉🏻 ig @syifa_sifana
Salah sambung hingga berakhir pacaran. Sepasang kekasih yang sudah siap menikah harus kandas karena sebuah kecelakaan.
Restu terlepas, seorang anak harus berbakti pada orangtuanya dengan menikahi wanita pilihan mereka.
Bertemu kembali dengan status berbeda, dengan harapan ingin kembali dengan cinta lama.
"Aku tidak ingin menikahi bekas orang!" kalimat penegasan keluar dari bibir seorang mantan.
Strategi meraih mantan tercinta hingga berujung pada sebuah pernikahan.
Perjuangan mendapatkan cinta kembali dari sang mantan hingga air mata menjadi saksi bisu.
Inilah kisah Terpaksa Menikahi Mantan yang penuh dengan tawa dan air mata.
Lanjutan novel ini 👉🏻 Sang Penakluk Playboy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Sifana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melisa Siuman
Raka sangat bahagia dengan posisinya sekarang. Saat makan siang tiba, ia mencoba menghubungi Melisa untuk mengajak makan siang bareng sekalian merayakan keberhasilannya.
Raka merogoh sakunya dan menghubungi Melisa.
"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif" ucap operator.
"Kok gak aktif? Dia kemana? Apa jangan-jangan dia lagi fokus sama ujian finalnya ya?" batin Raka mencoba berpikir positif.
Akhirnya Raka pergi sendiri untuk makan siang.
Saat Raka sedang menunggu pesanan makanannya datang, tiba-tiba Bella datang menghampirinya.
"Eh Raka! Makan disini juga?" tanya Bella yang datang menghampiri Raka.
"Iya" ucap Raka cuek dengan melirik Bella sekilas.
"Sendirian ni?" tanya Bella melirik sekeliling Raka.
"Hmm" Raka tetap cuek karena ia sangat paham dengan trik cewek yang ia mencari perhatiannya.
"Boleh aku duduk disini?" Bella terus berusaha untuk mendapatkan hati Raka.
Raka malah cuek dan sibuk main ponselnya.
Tanpa persetujuan Raka, Bella langsung menarik kursi dan duduk di samping Raka.
Raka hanya meliriknya sekilas dan terus fokus pada polsenya.
"Permisi mas! Ini pesanannya" ucap Pelayan meletakkan minuman dan makanan di atas meja Raka.
"Makasih mas" Raka memasukkan ponselnya dan mengambil makanannya.
"Mas! Saya pesan bistik dengan lemon juice" ucap Bella menatap pelayan.
"Baik mbak. Tunggu sebentar ya!" ucap pelayan beranjak pergi.
Raka sama sekali tidak menghiraukannya dan ia langsung makanannya dengan cepat. Ia berharap bisa selesai makan dan kembali ke kantor, karena ia tidak ingin berlama-lama duduk bersama dengan Bella.
"Kamu.." Bella mengawali pembicaraannya, tiba-tiba terputus karena Raka sudah beranjak bangun dari duduknya.
"Maaf aku buru-buru" ucap Raka beranjak pergi.
"Iihh.. Baru aja mau ngobrol udah pergi" gerutu Bella kesal.
Raka terus berjalan ke kasir untuk membayar makanan dan minumannya, setelah itu ia langsung pergi meninggalkan cafe itu.
-----
Malam harinya Raka terus mencoba menghubungi Melisa, lagi-lagi nomor Melisa tidak aktif, membuat Raka khawatir.
"Ya Allah,, sayang! Kamu dimana?" batin Raka mengacak rambutnya.
Raka hendak ke asrama, namun ia menundanya karena jika ia bersikeras pergi ke asrama, otomatis Melisa akan sangat marah dengannya.
Raka berdecak kesal dan merebahkan tubuhnya di kasur.
Raka membuka galeri ponselnya dan melihat foto Melisa, ia begitu sangat merindukan Melisa, sehari tidak mendengar suara Melisa bagaikan sebulan ia harus menanggung rindu.
"Sayang! Kamu kemana? Apa kamu begitu sibuk sampai tidak mengaktifkan ponselmu?" lirih Raka sembari menatap foto Melisa dan sesekali mencium foto Melisa.
-----
Keesokan harinya, Raka sudah siap-siap hendak menemui Melisa di asramanya. Ia buru-buru menelusuri anak tangga agar ia cepat sampai pada tujuannya.
"Kamu mau kemana?" tanya Gunawan menghampiri Raka.
"Aku ada janji dad" sahut Raka menatap Gunawan.
"Raka! Kita pagi ini ada meeting penting dan setelah itu kita akan pergi ke Singapore untuk mengurus project baru kita disana. Sebaiknya kamu persiapkan dirimu" titah Gunawan dengan serius.
"Gak bisa di pending dulu dad?" tanya Raka menatap Gunawan dengan penuh harapan.
"Kamu ini sekarang CEO, jadi tolong yang profesional" tegas Gunawan.
"Ok deh dad" sahut Raka melas.
Raka masih saja kepikiran dengan Melisa yang tidak bisa dihubunginya, tapi apa boleh buat, ia harus fokus pada pekerjaannya karena itu tanggung jawabnya.
----
Hari terus berganti hari, Melisa sudah mulai siuman.
Melisa menggerakkan jari-jemarinya dan membuka mata perlahan-lahan.
"Rani! Melisa sudah sadar!" ucap Maya tersenyum bahagia saat Melisa sudah membuka matanya.
Rani buru-buru menghampiri Melisa.
"Haus!" lirih Melisa.
Maya langsung mengambil minum dan hendak menyuapinya dengan sendok.
"Mama! Jangan kasih dia minum! Kita panggil dokter dulu" Rani menekan tombol di bawah pada dinding.
Dengan segera dokter datang menghampiri Melisa.
Maya dan Rani keluar dari ruang ICU, dan dokter segera memeriksa Melisa. Setelah melakukan beberapa pemeriksaan, dokter pun keluar menemui Maya dan Rani.
"Alhamdulillah pasien sudah melewati melewati masa kritisnya dan kami akan segera pindahkan ke ruang rawat inap" sahut dokter dengan lembut.
"Alhamdulillah" ucap Maya dan Rani merasa lega.
"Bu! Untuk sementara tolong jangan biarkan pikiran pasien terbebani, karena itu bisa memperlambat pemulihannya" titah dokter penuh harapan.
"Baik, dok. Saya akan mengingatnya" sahut Maya menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu saya permisi dulu" ucap dokter beranjak pergi.
"Ma! Dokter kok kesini?" tanya Reno menghampiri mereka bersama dengan Roni.
"Melisa sudah sadar" jawab Maya tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah ya Allah. Ayo kita temui dia" sahut Roni dan Reno beranjak pergi.
Tiba-tiba suster mendorong bangkar Melisa menuju ruang inap.
"Loh Lisa mau dibawa kemana?" tanya Roni bingung.
"Kata dokter, Lisa sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap" sahut Rani.
"Alhamdulillah. Kalau gitu ayo kita kesana" sahut Roni beranjak pergi dengan penuh semangat.
Sampai di ruang inap, mereka semua masuk dan menemui Melisa.
"Sayang! Anak mama" ucap Maya menghampiri Melisa.
"Mama!" lirih Melisa tersenyum.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar nak" sahut Roni menghampiri Melisa.
"Papa!" lirih Melisa tersenyum.
"Kami disini untuk jagain kamu dik" sahut Reno menghampiri Melisa bersama dengan Rani.
"Kak Reno! Mbak Rani" lirih Melisa tersenyum.
"Bagaimana perasaanmu nak? Apa kamu merasa sakit?" tanya Maya penuh perhatian.
Melisa tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Alhamdulillah Allah masih sayang pada Lisa. Lisa senang bisa melihat kalian semua" lirih Melisa tersenyum bahagia.
"Iya nak! Kami sangat senang bisa melihat kamu kembali tersenyum" ucap Maya tak sadar air mata menetes di pipinya.
"Mama jangan menangis! Lisa baik-baik saja kok" lirih Lisa berusaha menghapus air mata Maya.
"Iya mama gak nangis sayang, mama cuma bahagia dan ini tangisan bahagia mama karena bisa melihat kamu lagi" sahut Maya sembari menghapus air matanya.
"Maafkan Lisa telah membuat kalian khawatir" lirih Lisa menatap mereka semua.
"Gak Lisa, kamu gak boleh ngomong seperti itu, kami sayang sama kamu nak" sahut Roni membelai lengan Melisa.
Melisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Meskipun ia terbaring di rumah sakit, tapi ia sangat senang bisa melihat keluarganya kembali disisinya. Sakitnya seakan berkurang dengan kehadiran mereka.
"Suami mbak Rani dimana?" tanya Melisa menatap sekeliling ruangan.
"Mas Ilham sudah kembali ke Malaysia, rencananya Mas Ilham mau temani mbak disini rawat kamu, tapi karena pekerjaan yang genting, Mas Ilham harus segera kembali" jelas Rani dengan lembut.
"Kamu mau makan?" tanya Reno penuh perhatian.
"Iya" jawab Melisa sembari menganggukkan kepalanya.
Reno mengambil bubur dan sedotan ia suapi ke Melisa.
"Untuk sementara kamu harus makan bubur menggunakan sedotan, nanti setelah sembuh kamu minta apapun sama kakak, kakak akan turuti" sahut Reno penuh perhatian.
"Iya, kak" jawab Melisa sembari terus makan buburnya.
rasanya juga tdk puas kalo tdk ada karma utk keluarga raka