NovelToon NovelToon
BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Mengubah Takdir
Popularitas:98
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HARI-HARI DI RUMAH MINI YANG PENUH CINTA DAN RAGU

Malam itu di rumah mini Ferdo dan Gadis, suasana terasa damai dengan sinar lampu neon dari warung samping menyelinap melalui celah jendela, melukis pola-pola di lantai semen yang belum sempat dicat.

Gadis berdiri di depan lemari kecil di kamar satu-satunya, meletakkan bantal dan selimut di ranjang single yang hanya cukup untuk badannya yang ramping.

Di ruang tengah, yang juga ruang tamu, Ferdo sedang menyusun kasur lipat di lantai, sambil menatap layar laptop yang menyala terang.

tugas kantor yang selalu menumpuk meskipun ia hanya bekerja sebagai staf administrasi di toko bangunan terdekat.

“Udah selesai disusun?” tanya Gadis, muncul di ambang pintu kamar dengan celana pendek dan kaos oblong. Rambutnya masih lembap setelah mandi, bau parfum semerbak wangi menyebar ke ruang tengah.

Ferdo menoleh, senyum meskipun matanya terlihat lelah. “Sebentar lagi, sayang. Kamu tidur duluan ya, besok pagi masih ada ujian matematika kan?”

Gadis mengangguk, tapi tidak beranjak pulang ke kamar. Ia berdiri di situ, menatap Ferdo yang sibuk.

Sudah sembilan bulan mereka menikah, kabur dari rumah Ferdo karena orang tuanya tidak mau menerima Gadis, yang hanya anak angkat dan dianggap “tidak pantas” untuk putra mereka.

Meskipun hidupnya sederhana, bahkan kadang keterbatasan ruang membuat mereka harus tidur terpisah, Gadis selalu merasa bahagia. Hanya setengah tahun lagi ia akan lulus SMA, dan itu adalah impiannya yang paling besar sebelum memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

“Ferdo…” ucapnya perlahan, menggeser kaki-kakinya di lantai. “Kamu tidak merasa kesepian tidur sendirian di sini?”

Ferdo menutup laptop, berdiri dan mendekati Gadis. Ia memegang kedua pundak gadis, matanya mendalam memandangnya..

“Aku tidak pernah kesepian selagi kamu ada di sini. Tapi…” ia berhenti, mengelus pipi Gadis dengan jari telunjuknya.

“Tapi aku ingin kehangatanmu, sayang. Aku ingin bisa memelukmu sepanjang malam, tidur denganmu dalam pelukan.”

Gadis meremas tangan Ferdo, matanya memanas. Ia tahu apa yang Ferdo maksud. Sudah berkali-kali Ferdo mengusulkan untuk melakukan hubungan badan, tapi Gadis selalu menolaknya.

Ia baru 18 tahun, terlalu muda menurut dirinya. Ia takut, takut terlanjur hamil sebelum lulus, takut teman-temannya dan guru-gurunya tahu.

“Ferdo, aku masih terlalu muda,” katanya dengan nada lemah. “Tunggu saja sampai aku lulus, ya? Hanya setengah tahun lagi.”

Ferdo menghela nafas dalam-dalam. Ia sudah 21 tahun, dan sebagai laki-laki normal, godaan dari Gadis yang cantik dan ceria seringkali membuatnya sulit menahan.

Tapi ia juga tahu, Gadis butuh waktu. “Baiklah,” katanya pelan, mencium dahi Gadis.

“Aku akan menunggu. Tapi… bagaimana kalau kita pakai alat kontrasepsi? Begitu kita tidak perlu khawatir hamil duluan.”

Gadis menggeleng cepat, matanya penuh ketakutan. “Tidak, Ferdo. Aku takut. Aku belum siap untuk itu.”

Ferdo mengangguk, meskipun kekecewaan terlihat di wajahnya. “Baiklah, sayang. Jangan khawatir. Aku akan menunggu sampai kamu siap.”

Ferdo mencium bibir Gadis secara ringan, kemudian mengajaknya kembali ke kamar. “Sekarang tidur lah, ya. Besok ujian jangan sampai lelah.”

Malam itu, Gadis tidur dengan sulit. Pikiran ia dipenuhi dengan apa yang Ferdo katakan, dan juga dengan ketakutan yang selalu ada di dalam hatinya.

Tiba-tiba, mimpi buruk menyerang. Ia melihat sosok hitam yang melayang-layang di atasnya, mata yang menyala merah memandangnya. Gadis menjerit keras, tangan-tangannya bergoyang-goyang mencoba menghindari.

"Jangan mendekat!! Pergi kamu!!" teriak Gadis nyarinya memecah keheningan malam dirumah mini mereka.

“Gadis! Gadis, sayang, bangun!” Ferdo menepuk-nepuk pipi Gadis dengan pelan.

Suara Ferdo yang berteriak keras membuat Gadis terbangkit dari tidur, keringat membasahi tubuhnya.

Ia melihat Ferdo berdiri di samping ranjangnya, wajahnya penuh kekhawatiran. Tanpa berpikir panjang, Gadis melompat ke pelukan Ferdo, menangis lepas.

“Aku takut, Ferdo… ada hantu… dia mau menangkapku…” katanya sambil menangis.

Ferdo memeluknya erat, menggoyangkan tubuhnya perlahan. “Tenang, sayang. Tidak ada yang akan menyakitimu. Aku ada di sini.”

Di dalam pelukan Ferdo, Gadis menyadari bahwa ia hanya mengenakan singlet dan celana pendek. Badan Ferdo yang hangat menempel pada badannya, dan tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang baru, gairah yang tiba-tiba muncul dari dalam dirinya.

Gadis meraba-lepas tubuh Ferdo, mengencangkan pelukannya. Ferdo juga merasakan godaan itu, nafasnya menjadi pendek, tangannya mulai melesat-lewat di tubuh Gadis.

“Sayang… apakah kamu siap?” tanya Ferdo dengan nada tertekan.

Gadis hanya mengangguk, tanpa bisa berkata apa-apa. Ia tahu bahwa ini adalah saatnya, meskipun di dalam hatinya masih ada ketakutan.

Tanpa mereka sadari, hasrat yang terpendam dari keduanya meluap. Mereka melakukan hubungan intim malam itu, di ranjang kecil Gadis, sambil sinar lampu luar menyinari mereka. Semua kekhawatiran, semua janji, semuanya hilang dalam sekejap.

Keesokan pagi, cahaya matahari menyinari wajah Gadis. Ia terbangun dengan rasa pusing, dan kemudian ingatan tentang malam sebelumnya muncul di benaknya. Ia melihat Ferdo yang masih tidur di sampingnya, wajahnya damai. Tapi segera, rasa menyesal meluap dari dalam dirinya. Ia menangis ketika di area intimnya terasa sakit dan ada bercak merah di seprei. Ferdo terbangun .

“Sayang, apa yang salah?” tanya Ferdo khawatir.

“Aku menyesal, Ferdo… aku takut hamil… aku masih sekolah, apa kalau teman-temanku tahu?” katanya sambil menangis.

Ferdo memeluknya, matanya penuh penyesalan. “Maaf, sayang. Aku tidak bisa mengendalikan diriku. Aku adalah laki-laki normal, dan godaanmu terlalu besar. Maaf sekali. Aku tidak akan melakukannya lagi sampai kamu lulus SMA, aku janji.”

Gadis masih menangis, tapi di dalam hatinya, ia merasa sesuatu yang berbeda. Ia menikmati apa yang terjadi malam sebelumnya, merasa dicintai dan dihargai oleh Ferdo. Tapi ketakutan akan kehamilan dan malu kepada teman-temannya masih lebih besar.

“Baiklah,” katanya pelan. “Aku mau kamu menepati janji mu, Ferdo.”

Dua bulan kemudian, Gadis merasa tidak enak badan. Ia sering mual di pagi hari, lelah terus-menerus, dan nafsu makannya menjadi aneh. Ferdo melihat perubahan itu dan mengajaknya ke puskesmas terdekat untuk diperiksa. Setelah menunggu beberapa menit, dokter keluar dengan senyum.

“Selamat, Nona Gadis. Kamu sudah hamil satu bulan,” kata dokter.

Ferdo langsung melompat senang, memeluk Gadis dengan kuat. “Aku akan menjadi ayah! Sayang, ini luar biasa!”

Tapi Gadis hanya berdiri diam, matanya penuh ketakutan. “Aku takut, Ferdo. Sekolah tinggal empat bulan lagi, tapi apa kalau perutku terlihat? Teman-temanku dan guru-guruku akan tahu. Aku malu.”

Ferdo melepaskan pelukan, memegang kedua tangan Gadis. “Tenang, sayang. Empat bulan lagi kamu sudah lulus. Perutmu tidak akan terlalu terlihat, cuma sedikit buncit saja. Orang akan mengira kamu sedikit gemuk, bukan hamil. Kamu bisa pakai baju yang sedikit lebar, ya? Aku akan selalu ada di sampingmu, tidak akan biarkan kamu sendirian.”

Gadis melihat wajah Ferdo yang penuh keyakinan, dan akhirnya ia bisa tersenyum. Ia menyadari bahwa meskipun ini tidak sesuai dengan rencananya, ia memiliki Ferdo yang mencintainya dan akan melindunginya. Ia mulai merasa semangat untuk mengurus kehamilannya, memikirkan anak yang akan lahir dari cinta mereka.

Malam itu, Ferdo duduk di kasur lipatnya di ruang tengah, menatap langit malam melalui jendela. Pikiran ia terbang ke rumahnya yang lama, ke orang tuanya, nyonya Isabella dan Tuan Antonio, yang selalu membencikan Gadis karena dianggap anak angkat yang “hina”. Ia juga memikirkan kedua adiknya, Rafael dan Renata, yang selalu menyakiti Gadis dengan kata-kata kejam.

“Aku harap, ketika mereka melihat keponakan kita, mereka akan sadar,” gumam Ferdo sendiri. “Mereka akan menerima Gadis, tidak lagi membencinya. Dan Elena…” ia berhenti, mengingat wanita yang ditetapkan untuknya dalam perjodohan orang tuanya. “Aku harap dia mundur dari kehidupanku. Aku hanya mencintai Gadis, dan aku bahagia walau kita kabur dari rumah.”

Di kamar, Gadis tidur dengan nyenyak, tangannya melilit perutnya yang masih rata. Ia merasakan kehangatan dari cinta Ferdo dan harapan untuk masa depan.

Meskipun hidup mereka sederhana di rumah mini itu, penuh dengan keterbatasan dan kekhawatiran, mereka memiliki satu hal yang tak ternilai harganya: cinta yang tulus dan kebersamaan yang kuat. Dan itu sudah cukup untuk membuat mereka bahagia, meskipun jalan yang mereka tempuh tidak selalu mulus.

Ferdo berdiri, mendekati kamar Gadis dan melihatnya yang sedang tidur. Ia mencium dahinya secara ringan, kemudian kembali ke ruang tengah. Ia tahu bahwa masa depan mereka penuh tantangan, tapi dengan cinta yang mereka miliki, ia yakin mereka akan mampu mengatasinya semua.

Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu lama, Ferdo tidur dengan tenang, memimpikan masa depan yang cerah dengan Gadis dan anak mereka yang akan lahir.

1
Tie's_74
Haloo.. Minta dukungan untuk ceritaku yang ke 2 ya .. Makasih 😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!