Seraphina dan Selina adalah gadis kembar dengan penampilan fisik yang sangat berbeda. Selina sangat cantik sehingga siapapun yang melihatnya akan jatuh cinta dengan kecantikan gadis itu. Namun berbanding terbalik dengan Seraphina Callenora—putri bungsu keluarga Callenora yang disembunyikan dari dunia karena terlahir buruk rupa. Sejak kecil ia hidup di balik bayang-bayang saudari kembarnya, si cantik yang di gadang-gadang akan menjadi pewaris Callenora Group.
Keluarga Callenora dan Altair menjalin kerja sama besar, sebuah perjanjian yang mengharuskan Orion—putra tunggal keluarga Altair menikahi salah satu putri Callenora. Semua orang mengira Selina yang akan menjadi istri Orion. Tapi di hari pertunangan, Orion mengejutkan semua orang—ia memilih Seraphina.
Keputusan itu membuat seluruh elite bisnis gempar. Mereka menganggap Orion gila karena memilih wanita buruk rupa. Apa yang menjadi penyebab Orion memilih Seraphina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secretwriter25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Pria dibalik Topeng
Damian menatap Orion dengan wajah mengeras. “Kau lupa? Dia putriku! Dia lahir ke dunia ini karena aku! Aku berhak melakukan apapun kepadanya!”
“Dasar gila! Brengsek kau!” Orion mengumpat.
“Aku punya buktinya, Orion. Jalang itu tidur dengan lelaki berbeda setiap malam! Menjijikkan!” Selina berdecih.
“Dengan wajahnya yang jelek itu jelas dia hanya bisa menjajakan tubuhnya. Dan kau mau bersama dengan jalang murahan seperti dia?” tanyanya.
“Beraninya kau membicarakan hal buruk tentang Sera di depanku?” Orion tertawa.
Selina tersenyum miring. “Lihat ini.” Dia memberikan ponselnya yang memutar sebuah video rekaman cctv.
Orion menerima ponsel itu, alisnya berkerut tipis saat menatap layar. Tayangan itu tampak gelap, rekaman dari depan kamar Seraphina dengan listrik yang padam, menenggelamkan segalanya ke dalam kegelapan.
Namun cahaya bulan masih bisa menunjukkan dengan jelas siapa yang ada di dalam video itu. Layar ponsel memancarkan cahaya biru ke wajah Orion, menarik kerutan di antara alisnya. Video itu berputar, menampilkan siluet tinggi seorang pria, gelap di ambang pintu, langkahnya senyap di atas karpet beludru.
Sosok pria bertopeng itu tampak merangkul seorang gadis bertopeng—jelas itu adalah Seraphina. Lalu mereka masuk ke dalam kamar Seraphina.
“Pemadaman listrik,” suara Selina memecah keheningan. “Waktu yang sempurna, bukan? Tak ada satu pun yang melihatnya masuk. Atau begitulah yang mereka kira.”
Rekaman terus berjalan, menampilkan pintu tertutup dalam keheningan. Waktu berlari cepat—penghitung digital di sudut layar menunjukkan menit berganti jam. Beberapa jam berlalu dan pintu tetap tertutup rapat.
Beberapa saat kemudian, pintu itu berderit terbuka. Sosok yang sama muncul kembali, merapikan jasnya lalu melangkah keluar kamar.
Orion merebut benda pipih itu dari genggamannya, tawa renyah meledak dari dadanya. Suaranya memantul di dinding ruangan, membuat Selina tersentak.
“Kau menganggap ini bukti?” Orion mengayunkan ponsel itu di antara jari-jarinya, pandangannya meremehkan.
Selina mundur selangkah, matanya menyipit. “Dia masuk ke kamar Sera. Malam itu.”
Orion menyerahkan ponsel itu kembali. “Video yang menarik!” Ia tersenyum miring.
“Kau pasti akan menuduh kalau video ini editan, kan? Video ini tidak diedit. Lelaki itu berada di kamar Seraphina selama berjam-jam. Dalam gelap. Sementara pesta masih berlangsung.” Tatapannya menajam, menembus mata Orion. “Apakah kau sungguh percaya, setelah kejadian seperti itu... calon istrimu masih... suci?”
Orion terdiam. Mendengarkan ucapan Selina yang terdengar seperti kebodohan baginya.
“Dia tidak lagi perawan, Orion,” bisik Selina. “Kehormatannya, kesuciannya... telah ternoda. Apakah kau masih akan mengikatkan diri pada perempuan seperti itu? Jalang yang menodai dirinya sendiri, hanya beberapa jam sebelum pengumuman pertunanganmu?” Ia mendekat, napasnya hangat di telinga Orion. “Pertunangan ini harus dibatalkan. Demi kebaikanmu. Demi nama keluargamu.”
“Aku tidak akan membatalkan pertunangan kami hanya karena video itu, Selina. Aku tidak sebodoh itu!” ucap Orion.
“Kau gila? Dalam perjanjiannya pertunangan akan tetap batal!” seru Selina.
“Kau mau lihat sesuatu yang menarik?” Orion tersenyum manis. Ia mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Selina mengernyitkan dahinya melihat sikap Orion. Sebenarnya apa yang akan pria itu tunjukkan padanya?
Orion menggeser layar ponselnya, menampilkan sebuah rekaman video pendek. Cahaya remang dari pesta topeng terlihat jelas. Seorang pria dengan jas hitam dan topeng—yang sama persis dengan sosok pria yang masuk ke kamar Seraphina malam itu.
Ketika topeng itu dilepas, wajah yang tampak bukan wajah pria asing—melainkan Orion sendiri.
Orion melemparkan ponsel itu kepada Selina. Benda itu berputar di udara, Selina menangkapnya dengan refleks. Matanya terpaku pada layar. Pria bertopeng itu kini berbalik, sedikit condong ke arah kamera.
Mata Selina membulat sempurna melihat sosok dalam video itu—pria itu Orion. Lalu siapa pria yang bersamanya selama pesta topeng berlangsung?
“Kau?” bisik Selina, suaranya tercekat.
Orion menyilangkan tangan di dada. Senyumnya melebar, menampilkan deretan gigi putih. “Kau bodoh Selina! Mana mungkin mereka berani masuk ke area itu. Sudah jelas di sana area pribadi keluarga Callenora.” Orion tertawa lepas.
“Aku yang masuk ke sana malam itu,” jelas Orion pelan. “Aku menyamar jadi ajudanku dan saat itulah aku bertemu Seraphina.”
Damian menatap layar itu tak percaya. Napasnya tersendat, bagaimana bisa di antara banyaknya pria yang hadir dalam pesta topeng itu, Seraphina justru bertemu Orion.
“Tapi… kenapa?” Selina memutar kepala, menatap Orion, matanya mencari jawaban.
“Kenapa aku menyamar?” Orion melangkah mendekat, bayangannya menyelimuti Selina. “Aku hanya ingin bersenang-senang!” Orion tertawa.
“Kenapa kau melakukan hal murahan seperti itu brengsek! Lalu siapa pria yang bersamaku selama pesta topeng?” Selina melotot penuh amarah.
“Ah… dia ajudanku—Axel. Tidak perlu khawatir, dia tampan. Tidak masalah meskipun kau berciuman dengannya,” ucap Orion. “Atau malam itu kau tidur dengannya?”
“Jaga bicaramu brengsek!” Selina menampar pipi Orion.
“Bagus! Kau tau kan pria brengsek ini milik Seraphina—jadi jangan menggangguku lagi!” ujarnya dingin.
“Sialan! Seraphina! Akan kubunuh dia!” batin Selina penuh amarah.
“Dengarkan aku Tuan Damian. Tidak ada lelaki lain yang mendekatinya malam itu. Tidak ada yang menyentuhnya, selain aku—dan bahkan aku pun tidak melakukan apa pun padanya,” jelas Orion.
“Kau menuduh gadis itu kotor hanya karena rumor. Sementara aku, saksi mata satu-satunya, bisa pastikan bahwa dia bersih. Dia hanya korban dari kebohongan yang dibuat orang-orang yang iri.”
“Apa yang kau lakukan bersama Seraphina di dalam kamar itu selama berjam-jam?” tanya Selina. “Jika kalian berdua sudah berhubungan berarti pertunangan ini akan tetap dibatalkan!” ujar Selina tak mau kalah.
“Kau pikir aku percaya jika kau mengatakan tak melakukan apapun?” Selina tersenyum miring.
“Aku hanya tidur, menenangkan Selina sambil memeluknya.” Orion mengangkat dagunya, tatapannya dingin. “Aku bisa memastikan, Seraphina masih perawan.”
“Tidak mungkin…” batin Selina. “Malam itu Lathi sudah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman Sera. Bagaimana mungkin dia masih perawan!” batinnya kesal.
“Aku bisa memanggil dokter khusus untuk Seraphina, jika kau tidak percaya Selina,” ucap Orion.
Damian menatap Orion tak percaya. “Kau serius tidak menyentuhnya?”
Orion menatapnya lurus. “Aku tidak pernah bermain dengan kehormatan seorang wanita. Aku sudah membuat janji pada ibuku—karena itu aku akan selalu menepati janjiku.”
Beberapa detik sunyi berlalu. Orion menarik napas kasar. “Jangan sentuh Seraphina jika tidak ingin membuat masalah dengan keluarga Altair.” Ancam Orion.
Orion merebut kembali ponselnya yang digenggam Selina. “Pernikahan kami akan dipercepat. Seraphina hanya akan tinggal di rumah ini selama sebulan. Jangan sakiti dia jika tidak ingin aku membalasmu dengan sesuatu yang lebih mengerikan,” ucap Orion lalu pergi keluar dari mansion itu.
🍁🍁🍁
Bersambung...