NovelToon NovelToon
Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Rumah Untuk Doa Yang Terjawab

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Anak Genius / Mengubah Takdir / Kebangkitan pecundang / Keluarga
Popularitas:574
Nilai: 5
Nama Author: Pchela

“Sudahlah, jangan banyak alasan kalau miskin ya miskin jangan hidup nyusahin orang lain.” Ucap istri dari saudara suamiku dengan sombong.

“Pak…Bu…Rafa dan Rara akan berusaha agar keluarga kita tidak diinjak lagi. Alhamdulillah Rafa ada kerjaan jadi editor dan Rara juga berkerja sebagai Penulis. Jadi, keluarga kita tidak akan kekurangan lagi Bu… Pak, pelan-pelan kita bisa Renovasi rumah juga.” Ucap sang anak sulung, menenangkan hati orang tuanya, yang sudah mulai keriput.

“Pah? Kenapa mereka bisa beli makanan enak mulu? Sama hidupnya makin makmur. Padahal nggak kerja, istrinya juga berhenti jadi buruh cuci di rumah kita. Pasti mereka pakai ilmu hitam tu pah, biar kaya.” Ucap istri dari saudara suaminya, yang mulai kelihatan panas, melihat keluarga Rafa mulai maju.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pchela, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fitnahan bu Sri

Dari kejauhan Adi sudah melihat warung Mpok Asih. Dia juga melihat ibunya tengah duduk di tempat itu, di sekelilingnya ada berapa warga yang menemaninya. “Alhamdulillah, para warga bisa menahan ibu, untung ibu nggak sampai ke kota.” Ucapnya sendiri, lalu berjalan ke arah warung Mpok asih dengan perasaan lega.

“Lho? Itu bukannya, mas Adi?” Ujar salah seorang warga. Saat melihat Adi mulai mendekat ke warung mereka. Melihat itu, wajah Bu Sri seketika berubah masam.

Adi mempercepat langkahnya,melihat Adi semakin dekat Bu Sri langsung beranjak dari tempat duduknya. Dia hendak kabur lagi dari Adi, namun cekalan tangan Adi dengan cepat menghentikan langkah Bu Sri. “Bu, ibu mau kemana lagi? Ibu pulang ya! Jangan ke kota, kita nggak tahu alamat Herman di mana!”

“Duh Adi, Lepasin Bu Sri, kasian dia di! Kamu itu kurang ajar sekali sama ibu kamu. Kamu lupa, saat kamu kecil Bu Sri yang mengurusmu!! Lantas mengapa balasan mu seperti ini, Adi!! Kurang ajar sekali kamu.” Ucap salah seorang warga.

“Iya di, kasihan ibu mu. Si Lastri juga, ajarin istrimu jangan jadikan dia menatu yang durhaka. Lagian, si Lastri kan jadi ibu, gimana kalau nanti dapat karma dia di gitukan juga sama anak dan menantunya di masa depan?” Cerca Ibu-ibu lainnya.

Adi terdiam, dia terlihat sangat bingung. “Apa maksud ucapan Ibu-ibu ini? Saya benar tidak mengerti.” Ucap Adi, dia menatap satu persatu warga yang ada disana, seolah mencari jawaban dari kebingungannya itu.

Lalu tatapan Adi berakhir pada orang yang membelikan ibunya nasi itu. Orang itu adalah Rano, teman karibnya Adi. Rano segera menyaut. “Kata Ibu Sri, dia mau ke kota, ke rumah Herman dan Ratna. Bu Sri mau tinggal disana, karena di sini dia diperlakukan ngak enak sama kamu Di! dan istrimu Lastri. “ jelas Rano.

Sejak tadi, hanya Rano saja yang tidak percaya dengan ucapan Bu Sri. Dia kenal betul siapa Adi dan Lastri. Rano pernah bekerja di kota bersama Adi, dan dia lihat betul bagimana Adi menhawatirkan ibunya. Rano juga sepupu lasri, ibunya Lastri dan Rani adalah saudara kandung. Tentu, Rano kenal bagimana sikap Lastri sebenarnya.

“Apa?? Ibu? Kenapa Ibu tega ngomong sembarangan ke orang-orang tentang aku dan Lastri? Kenapa Ibu tega memfitnah kami? Aku tidak masalah jika Ibu berbicara jelek tentang ku, tapi jangan tentang istriku Bu! Dia sudah begitu baik merawat ibu, Lastri sudah menganggap ibu seperti ibu kandungnya sendiri.” Ujar Adi, dia menahan emosinya.

Para warga pun saling pandang, ada yang kasihan sama Bu Sri. Ada, juga yang bimbang dengan kebenaran ucapan Bu Sri tadi.

“Hehh adi!! Kamu jangan kasar gitu sama ibumu, kasihan dia. Kalau kamu nggak mau jaga ibumu ya suruh Herman saja. Daripada, dia tersisa hidup sama kamu.” Nyinyir salah seorang warga.

“Mbak, kalau mbak tidak tahu kebenarannya, jangan asal menuduhku. Aku jelas tidak seperti itu, tapi akan tidak akan menjelaskan bagaimana sebenarnya diriku. Biar, Allah saja yang tahu.” Ucap Adi, dia mengambil tas ibunya lalu mengagak Bu Sri pulang.

“Ibu, pulang dengan ku sekarang!!” Ucap Adi, suaranya tegas. Nyaris, membuat Bu Sri ketakutan melihat amarah anaknya yang di pendam. Adi, biasanya tidak pernah semarah itu dengannya.

“Bu Sri, kalau ada apa-apa kabari saya ya, saya akan bantu laporkan ke Pak rt. Mas adi!! Kalau sampai mas Adi berani menyiksa Bu Sri lagi saya akan-“ ucapan Mpok asih terpotong.

“Kalau sampai saya melakukan kekerasan pada Ibu saya, bahkan sekecil gigitan semut pun. Saya yang akan menyerahkan diri ke Pak rt. Mpok asih, boleh pegang kata-kata saya.” Ucap Adi, dia menatap Mpok asih dengan tatapan tajam.

Sesampainya di rumah, Bu Sri langsung melenggang ke dalam kamarnya tanpa menyapa ke Lasri yang sejak tadi dia sangat khawatir dengan Ibu mertuanya itu. “Mas, ibu kamu temukan di mana? Ibu kenapa mas?” Tanya Lastri saat mas Adi masuk mengekor ibunya.

“Ibu mas temukan di warungnya Mpok asih.”sahut Adi yang kelelahan. “Apa mas? Itu kan jauh sekali mas? Warung mpok asih udah sampai di ujung desa, dekat jalan raya. Terus, kenapa wajah ibu masam mas? Kamu marahin ibu?” Tanya Lastri lagi.

Adi mengeleng, dia enggan menceritakan tentang hal tadi pada istrinya. Adi takut, Lastri akan sakit hati mendengar itu. “Mas, nggak marahin ibu. Ibu cuma kesal saja, karena nggak jadi pergi ke rumah Herman. Sudah, mas mau istirahat sambil jaga Rafa.” Ucap Adi, dia berjalan ke arah kamarnya dengan langkah yang lelah.

“Kalau begitu, aku buatkan bubur ibu ya mas. Ibu pasti lapar belum makan.” Ucap Lastri langsung berjalan ke arah dapur. Satu jam kemudian, Bu Sri sama sekali tidak mau makan bubur buatan Lasri, bahkan Bu Sri enggan bicara sama Lastri.

“Mas, ibu diamin, aku…Ibu juga ngak mau makan mas.” Adu Lastri pada mas Adi. Adi hanya menoleh sekilas. “Biar mas yang bawakan masuk.” Ucap Adi.

Lastri memberikan mangkok berisi bubur untuk suaminya. Mereka menukar tugas, Lastri akan menjaga Rafa yang tengah tertidur dan mas Adi yang akan membawakan bubur untuk ibunya.

“Bu, Ini makan buburnya. Nanti Ibu sakit, kalau ibu nggak makan.” Ucap Adi. Bu Sri langsung berdecih. “Biar, biar sekalian aku mati saja. Daripada, aku disini.” Ucap Bu Sri, memukul-mukul dadanya.

“Ibu? Ibu kenapa seperti ini sih bu? Kenapa ibu jadi benci sama aku dan Lastri? Dan, kenapa juga ibu ngomong yang tidak-tidak sama warga desa, di warung Mpok asih? Memang, selama ini pengorbanan kami kurang buat Ibu?” Tanya Adi, wajahnya memerah menahan tangis yang mulai tak terbendung.

Bu Sri mendengus. “Ibu sengaja ngomong gitu sama warga, biar mereka mau mengatar Ibu ke rumah Herman!! Ibu mau ketemu sama cucu ibu, Ibu mau lihat anaknya Herman. Sekarang. Herman pasti menunggu Ibu dikota, mereka pasti mau Ibu yang menjaga anaknya.” Ucap Bu Sri.

“Bu, Herman saja tidak mengundang kita ke Acara pernikahannya? Lalu, mengapa sekarang ibu perpikir kalau Herman akan meminta anaknya untuk Ibu jaga? Kalau Herman mau itu, dia pasti sudah kesini Bu!! Dia pasti sudah pulangg, ke rumah kita!” Ucap Adi.

“Dia tidak mau kesini, karena ada kamu dan Lastri di rumah ini! Herman, pasti sumpek kalau harus tinggal bersama kamu dan Lastri. Makanya, dia tidak mau pulang.” Ucap Bu Sri dengan lantang, tanpa memikirkan perasaan Adi saat itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!