NovelToon NovelToon
Satu Perempuan

Satu Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Satu wanita banyak pria
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nurcahyani Hayati

Bagaimana jadinya jika kamu menjadi anak tunggal perempuan di dalam keluarga yang memiliki 6 saudara laki-laki?
Yah, inilah yang dirasakan oleh Satu Putri Princes Permata Berharga. Namanya rumit, ya sama seperti perjuangan Abdul dan Marti yang menginginkan anak perempuan.

Ikuti kisah seru Satu Putri Princes Permata Berharga bersama dengan keenam saudara laki-lakinya yang memiliki karakter berbeda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurcahyani Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Prapat Putra

Suara lantunan ayat suci Alquran terdengar begitu merdu saat dilantunkan oleh seorang pria berpeci putih dengan pakaian serba hitam yang kini berada di dalam mushola kampus.

Kampus universitas Garuda, yah kalian pasti tahu tempat kampus ini. Kampus yang sama di mana Praga juga menempuh pendidikan di jurusan komunikasi. Namun pria berkumis tipis dengan wajah yang nampak cerah itu mengambil jurusan agama.

Yah, dia adalah Prapat Putra yang merupakan saudara kembar dari Praga. Tubuh mereka hampir sama tinggi namun yang membedakan adalah Praga memiliki tubuh yang lebih berotot sedangkan tubuh Prapat sedikit agak kurus. Bukan hanya dari segi tubuh tapi juga dari segi sifat.

Wajah mereka sama persis bisa dikatakan jika mereka saudara kembar yang seiras. Mereka hanya bisa dibedakan melalui bekas luka yang ada di wajah Praga, hanya itu.

Prapat menutup Al Qur'an yang telah ia baca di jam kosong setelah melewati satu mata pelajaran di kelas. Sudah menjadi kebiasaan bagi Prapat untuk menyempatkan waktunya membaca Alquran di mushola kampus.

Ia memasukkan Alquran itu ke dalam tas lalu melangkah keluar berniat untuk pulang ke rumah. Sebenarnya masih ada jam pelajaran tapi ia mendapat informasi bahwa dosen tidak bisa masuk dan ditunda lusa depan jadi Prapat memutuskan untuk langsung pulang ke rumah saja.

"Assalamualaikum," seseorang menyapa, perempuan.

Prapat menjawab salam sambil menunduk, tak berani menatap lawan jenisnya. Langkah kakinya dipercepat saat melintasi beberapa gerombolan wanita. Jika ada jalan lain mungkin saja Prapat akan lewat jalan tersebut tapi untuk jalan seperti ini tidak ada jalan lain selain melewati gerombolan wanita itu.

Segerombolan wanita itu tertawa ketika melihat Prapat yang berjalan begitu kaku seperti kayu. Bukan karena kondisi fisik yang membuat cara jalan Prapat menjadi aneh tetapi rasa sungkan sekaligus malu berjalan di hadapan lawan jenis.

Ketika Prapat telah berhasil melewati gerombolan itu dengan cepat ia berlari dan bersembunyi di balik tembok. Ia menyentuh dadanya yang berdebar-debar begitu sangat kencang. Wajahnya pucat dengan tubuhnya yang gemetar seperti orang yang habis mencuri saja.

"Astagfirullah, ya Allah."

Semenit kemudian Prapat kini sudah berada di parkiran. Ia menopang pinggang menatap beberapa motor yang terparkir di sana. Tak ada motor bersuara keras itu yang dirakit sendiri oleh saudara kembarnya.

"Si Praga mana, sih?" tanya Prapat sambil masih menatap serius ke arah parkiran.

Ia masih ingat betul jika tadi pagi saudara kembarnya itu memarkir motor tepat di motor metik biru itu. Tapi hanya ada motor matic biru itu sementara motor Praga tidak ada.

Apa mungkin ada yang mencurinya? Ah, Siapa juga yang berani mencuri motor ketua geng tersebut. Prapat saja jika ingin duduk di atas motor itu ketika ia dibonceng selalu beristighfar.

"Apa aku telfon saja, ya?" tanyanya sendiri lalu tak berpikir lama ia langsung merogoh ponsel dari saku celananya. Menekan nomor beberapa kali di layar ponselnya lalu mendekatkannya ke telinga.

Berdering...

Praga yang masih beradu kecepatan dengan polisi itu mendecapkan bibirnya kesal. Di saat seperti ini bagaimana bisa ada seseorang yang menghubunginya.

Dengan mata elangnya yang masih terus menatap ke arah jalan sembari tangannya yang merogoh saku jaket hitam kebanggaan geng motornya.

Pak Ustad

Praga mengucapkan bibirnya dengan kesal saat menatap nama yang tertulis di layar ponselnya. Yap, Praga sengaja men-save nama Prapat dengan julukan pak ustad karena kebiasaan Prapat yang suka menceramahinya.

Kebiasaan Prapat yang menceramahinya tak mengenal waktu dan tempat.

"Haloo!!!" teriak Praga.

Di seberang sana Prapat langsung menjauhkan telinganya dari layar ponsel. Suara bentakan itu rasanya ingin memecahkan gendang telinganya.

"Astaghfirullahaladzim, antum tidak boleh berteriak seperti itu!"

"Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bertutur kata lembut," sambungnya.

Praga mendecapkan bibirnya. Lihat dalam kondisi seperti ini saja saudara kembarnya itu kembali menceramahinya.

"Lo kenapa, sih?!! Jangan telpon gue sekarang!!!" teriaknya lalu mematikan ponsel dan kembali masukannya ke dalam saku jaketnya.

"Tapi-"

Tut Tut Tut

Prapat narik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan. Seperti ini juga kebiasaan Praga yang selalu mematikan telepon sebelum percakapan selesai.

Ia kembali menekan layar ponselnya lalu mendekatkannya ke telinga. Ia kembali menghubungi saudara kembarnya itu.

Ponselnya berdering membuat Praga mendecapkan bibirnya kesal. Ia mengumpat dan bersumpah akan memukul Prapat ketika ia sudah tiba di rumah.

"Lo kenapa, sih bangsat?!" teriaknya lagi.

"Astagfirullah, kasar sekali antum. Nih, yah tidak boleh mengucapkan kalimat seperti itu. Dosa, bang."

"Lo mau apa?!!" tanya Praga tanpa basa-basi.

"Jemput! Jemput saya!" jawab Prapat yang langsung to the point.

"Pulang aja sendiri!"

"Loh, gimana caranya? Kan motor sama antum."

"Masa bodo. Gue nggak peduli."

"Tapi bang-"

"Bacot lu. Gue dikejar polisi!!!" teriaknya lagi.

Sambungan terputus, lagi dan lagi Praga mematikan telfon.

"Di kejar polisi?"

Prapat mengernyit bingung. Bagaimana ceritanya Praga bisa dikejar oleh polisi. Sedetik kemudian kedua mata Prapat membulat.

"Hah? Apa dia ketahuan mencuri ubi goreng milik Mama?"

...----------------...

Prapat melangkahkan kakinya di atas trotoar. Kali ini ia memutuskan untuk berjalan kaki menuju pulang ke rumah, yah hitung-hitung untuk olahraga. Tapi sebenarnya ia tidak punya uang karena uang jajannya telah disita oleh Praga dengan alasan membeli bensin.

Sejujurnya Prapat tahu jika uang yang diambil oleh Praga darinya tidak dibelikan bensin tapi Prapat malas berdebat apalagi jika berhubungan dengan Praga yang sukanya main tinju.

Motor yang kencang melintas tepat di hadapannya membuat Prapat tersentak kaget. Dengan cepat ia beristighfar sembari menyentuh dadanya yang berdebar-debar.

Lambang tengkorak dengan api itu membuat Prapat tahu siapa sosok pria dengan motor yang melaju kencang itu.

"Praga!!!" teriak Prapat sembari melambaikan tangannya.

Praga baru saja melintas dengan kencang.

Tak berselang lama suara sirine mobil polisi terdengar membuat Prapat menoleh. Mobil polisi itu berhenti tepat di hadapan Prapat yang masih mematung.

Beberapa polisi melangkah turun sambil mengarahkan senjata ke arah Prapat yang masih menatap dengan bingung.

"Angkat tangan!!!" teriak polisi itu sambil mengarahkan pistol ke arah Prapat.

Prapat yang masih bingung itu menoleh ke kiri dan kanan berusaha mencari orang yang ada di sekitarnya yang mungkin saja menjadi sasaran polisi itu. Tapi tak ada hanya dia hanya dia saja.

"Saya pak?" Tunjuk Prapat ke arah wajahnya.

"Iya, cepat angkat tangan!!!"

"Astagfirullah, ya Allah. Kenapa pak?" tanya Prapat dengan bibirnya yang bergetar menahan tangis.

"Angkat tangan!!!" bentaknya lagi.

Prapat tersentak kaget. Tas yang sedari tadi ada di punggung itu terjatuh ke tanah. Tapi dengan cepat ia menunduk berniat untuk mengambil tas tersebut.

"Jangan ambil!!!" teriak polisi itu membuat tubuh Prapat langsung terhenti.

"Angkat tangan!!!"

Prapat menurut. Ia mengangkat kedua tangannya dengan wajah memelas. Bahkan untuk mengambil tasnya pun ia harus kena marah.

"Ambil tasnya! Benda tajam itu pasti ada di sana!" suruh polisi itu membuat anggotanya mengambil tas milik Prapat.

"Tapi itu-"

"Jangan bergerak!!!" bentaknya lagi membuat Prapat menghentikan langkahnya yang tadi berniat untuk mengambil kembali tasnya.

"Tangkap dia!!!" suruh polisi itu membuat Prapat menangis.

1
Sena Safinia
kocak suka ........gimana klo ad cwok naksir incess .....ga sabar nunggu next
balabulu
lanjut Thor
balabulu
semngat thor punya
balabulu
aduh kapan yah semua anaknya kumpul duduk bareng
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
nggak sabar ni pengen tau kelanjutannya
balabulu
semangat Thor up nya
balabulu
giginya kakak
balabulu
ahahahha 🤣, salah tangkap kamu pak 🤣
balabulu
semangat Thor up. ya kalau perlu dobel deh yah 🥹
balabulu
kasian kamu Prapat nasip punya kembaran
balabulu
aduh kasian praga semangat Thor up nya
balabulu
next thoorrr heheh seruh niii
Salju
next thoor
Salju
Pratama jadi anak pemalas nh
Salju
Next thoor
Seru juga bacanya
Salju
kasian banget si kabo tapi lucu
Salju
si pradu jadi bahan resep hahaha
Salju
Pokoknya aku pilih pralim hahaha anak marti yg pling ganteng
Salju
Anaknya ada yang kembar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!