NovelToon NovelToon
Skandal Tuan Playboy

Skandal Tuan Playboy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / CEO / Playboy / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author:

Sebastian Adiwangsa. Nama yang selalu bergaung dengan skandal, pesta malam, dan perempuan yang silih berganti menghiasi ranjangnya. Baginya, cinta hanyalah ilusi murahan. Luka masa lalu membuatnya menyimpan dendam, dendam yang membakar hasratnya untuk melukai setiap perempuan yang berani mendekat.

Namun, takdir memiliki caranya sendiri. Kehadiran Senara Ayunda, gadis sederhana dengan kepolosan yang tak ternodai dunia, perlahan mengguncang tembok dingin dalam dirinya. Senara tidak seperti perempuan lain yang pernah ia kenal. Senyumnya membawa cahaya, tatapannya menghadirkan kehangatan dua hal yang sudah lama terkubur dari hidup Sebastian.

Namun, cara Sebastian menunjukkan cintanya pada Senara bermula dari kesalahan.

Permainan Nafsu di Hadapan Sena

Tiga puluh menit sudah berlalu, namun Sena belum juga naik ke kamar mereka. Emosi Bastian makin mendidih. Bahkan ancaman yang tadi dilontarkannya sama sekali tak membuat wanita itu gentar.

Dia benar-benar berani melawanku, batin Bastian, rahangnya mengeras.

Kesabarannya nyaris habis. Pikirannya tiba-tiba tertuju pada satu nama lain, seseorang yang mungkin bisa memuaskan dia mala mini. Bastian meraih ponselnya, jarinya menekan nomor kontak wanita itu.

“Halo,” ucap Bastian, suaranya dingin, membuka percakapan.

“Bastian? Ada apa?” jawab suara di seberang, terdengar heran.

“Kau sedang melayani tamu?” tanyanya singkat.

“Tidak,” jawab wanita itu.

“Datang ke penthouse ku sekarang. Layani aku.”

Wanita itu terdiam sejenak. “Sekarang? Aku harus naik apa ke sana?”

“Aku pesankan taksi. Bersiaplah. Nanti ku kirim detail towernya.”

“Baik, Bastian. Sampai nanti.”

Telepon terputus. Sebuah senyum tipis muncul di bibir Bastian.

“Aku ingin lihat, bagaimana reaksimu, Sena,” gumamnya sendiri.

… … …

Tak lama berselang, bel penthouse berbunyi.

Sena yang masih asyik marathon film favoritnya mengerutkan kening.

Siapa yang datang malam-malam begini? pikirnya.

Awalnya ia mengabaikannya, ia pikir mungkin tamu Bastian atau Ravian. Namun bel yang terus berbunyi makin mengganggu. Akhirnya ia bangkit, berjalan ke arah pintu, dan membukanya.

Seorang wanita berambut hitam bergelombang berdiri di sana, tersenyum ramah.

“Hai,” sapa wanita itu ringan.

“Temannya Bastian atau Kak Ravian?” tanya Sena datar.

“Bastian,” jawabnya, senyum di bibirnya makin merekah.

“Oh. Silakan masuk,” ujar Sena sambil memberi jalan.

Sekilas Sena memperhatikan penampilan wanita itu. Bukan tipe yang biasanya dipesan Bastian untuk memuaskan nafsu sesaatnya. Tapi untuk apa dia datang malam-malam kalau bukan urusan itu? Sena berperang dengan pikirannya sendiri.

“Bastiannya di mana, ya?” tanya wanita itu kemudian.

“Ohiya, kamu naik saja ke lantai dua. Kamarnya lurus dari tangga ini,” jelas Sena santai, suaranya tenang seolah tak ada yang aneh.

“Baik. Terima kasih,” wanita itu langsung menuju kamar yang dimaksud.

Sena menarik napas panjang. Kalau dia memang wanita panggilan… mereka akan melakukan itu di kamar mereka?

“Uhh, memikirkannya saja aku jijik,” gumamnya, lalu kembali duduk dan melanjutkan tontonan.

...****************...

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Bastian sedikit terkejut melihat Nathalie sudah berdiri di ambang pintu, wanita yang tadi ia suruh datang. Tapi bagaimana mungkin wanita ini langsung menemukan kamarnya?

“Siapa yang menyuruhmu langsung ke sini?” tanya Bastian datar.

“Wanita muda di bawah tadi,” jawab Nathalie polos.

Bastian terdiam, kecewa. Bahkan Sena dengan senang hati mengantarnya masuk ke kamar mereka? batinnya penuh amarah yang aneh, tak ia mengerti.

Nathalie baru hendak duduk di kasur sebelum suara Bastian menghentikannya.

“Jangan duduk di sana.”

Nathalie menatapnya bingung. “Kenapa, Bas?”

“Kita keluar saja. Kita bermain di luar,” ucap Bastian sambil menarik tangannya.

Masih ada sedikit kewarasan dalam dirinya. Meski hanya secuil, Bastian tak ingin ranjang yang ia dan Sena tempati dinodai oleh pelampiasannya malam ini.

… … …

Bastian menggandeng Nathalie menuruni tangga. Tatapannya langsung tertuju pada Sena yang masih betah di depan televisi.

“Sena,” panggil Bastian datar.

Sena menoleh, namun tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

“Buatkan kami jus jeruk sebelum malam panas kami,” ucap Bastian, sengaja menekankan kalimat terakhirnya.

“Oke,” jawab Sena singkat, tanpa nada, lalu berjalan ke dapur, mulai mmbuat jus sesuai permintaan.

Bastian memperhatikan gerak-gerik wanita itu. Tenang. Datar. Tidak ada amarah, tidak ada kecewa. Justru itulah yang membuat darah Bastian semakin mendidih.

Belum selesai Sena membuat jusnya, Bastian sudah mengangkat tubuh Nathalie, mendudukkannya di meja makan.

“Sepertinya bercumbu di sini… enak,” ucapnya sinis.

Tanpa ragu ia mencium Nathalie dengan ganas. Nathalie sempat kelabakan, namun segera menyesuaikan ritmenya, membalas godaan itu dengan lembut dan penuh permainan.

Tangannya melingkar di leher Bastian, kakinya terbuka, mengapit tubuh besar pria itu. Gaun tipis Nathalie merosot, memperlihatkan sebagian dadanya.

Sena sempat melirik sekilas. Rasanya ia ingin menumpahkan jus jeruk itu di kepala keduanya.

“Tidak bisa tunggu sampai aku selesai, hah?”batinnya geram.

Namun, seperti biasa, ia menahan semuanya di balik wajah tenangnya.

Dua gelas jus jeruk akhirnya selesai. Sena berbalik. Pandangannya sekilas menangkap Nathalie yang kini sudah berbaring di atas meja, sementara bibir Bastian dengan rakus mencumbu setiap inci tubuh wanita itu. Saat ini lehernya menjadi sasaran.

Dengan sengaja, Sena meletakkan kedua gelas jus itu tepat di samping tubuh Nathalie yang terbaring, lalu kembali berjalan santai ke sofa, duduk, dan menyaksikan kembali televisi yang sempat ditinggalinya tadi seolah tak ada yang terjadi.

Bastian menghentikan aksinya sejenak, melirik tajam ke arah Sena dari awal ia menaruh gelas sampai kembali ke depan televisi. Tangan Bastian mengepal di sisi tubuh Nathalie. Nafasnya memburu, tapi bukan karena gairah, melainkan amarah yang aneh, yang entah kenapa Sena bisa memicunya.

Wanita di meja itu sudah mendesah meminta lebih. Bastian menatapnya sekilas, lalu mengangkat tubuh Nathalie, membawanya berdiri dekat guci besar di ruangan itu. Tepat di dekat posisi Sena duduk.

Bastian menyingkap gaun Nathalie, tangannya bergerak cepat, merangsang area paling sensitif hingga desahan itu makin nyaring.

Sena menghela napas, menaikkan volume televisi, enggan mendengar kebisingan itu.

Bastian menangkap gerakan kecil itu. Senyum sinis muncul di bibirnya.

Ia menurunkan celananya, memposisikan Nathalie yang kini membelakangi guci besar itu, lalu tanpa basa-basi melampiaskan nafsunya. Gerakan mereka makin brutal. Suara hentakan dan gesekan memenuhi ruangan, liar dan tak terkendali.

Sena akhirnya tak tahan. Jijik dan muak.

Ia mematikan televisi, bangkit, dan berjalan menuju tangga tanpa menoleh sedikit pun pada dua tubuh yang sedang terbakar nafsu itu.

Bastian terus bergerak, tapi matanya hanya mengikuti Sena. Wajah datar, tak ada marah, tak ada cemburu. Kosong. Dan justru, kosongnya wajah Sena yang membuat Bastian semakin terbakar.

Dipikirnya dengan membawa wanita lain ke penthouse, ia bisa melukai Sena. Bisa membuatnya cemburu, marah, bahkan hancur. Tapi yang ia dapat hanyalah Sena yang seolah tidak peduli.

Bukan tubuhnya yang panas kini, melainkan hatinya.

Ia menyudahi segalanya dengan paksa.

“Rapikan bajumu. Kembali ke tempat kerjamu. Aku kirim bayaranmu sepuluh kali lipat.”

Nathalie menatapnya kaget. “Bas?”

“Terima kasih” ucap Bastian dingin.

Ia berbalik, menaiki tangga dengan langkah besar, napasnya berat, emosinya berapi-api.

Di depan kamar Sena, Bastian membanting pintu hingga terbuka kasar.

Sena yang sudah berbaring berselimut terlonjak kaget, lebih kaget lagi melihat Bastian berdiri di ambang pintu.

Pria itu… bukankah baru saja bercumbu liar dengan wanita lain?

Bastian naik ke ranjang dengan cepat, langsung mencium Sena, bibirnya rakus, menuntut. Sejujurnya, Ia sudah lama merindukan bibir itu.

Sena berontak, memalingkan wajahnya berulang kali agar bibir mereka tak bersentuh.

“Kau tak mau kucium?” tanya Bastian tajam dan penuh ancaman.

“Tidak. Aku ingin tidur,” jawab Sena tegas.

“Kenapa kau tidur di sini? Ini bukan kamarmu!”

“Terus di mana kamarku?”

“Kenapa kau berani sekali padaku sekarang, Sena?”

Sena diam.

“Kenapa kau tidak menampilkan marah sedikit pun saat aku bersama wanita tadi di dekatmu?”

Sena tetap diam.

“JAWAB, SENA!”

“Aku tidak marah kamu mau berhubungan dengan siapa pun,” ucap Sena akhirnya, suaranya tenang, datar, tanpa getar.

“Kenapa kau tidak marah?”

“Karena itu urusanmu.”

“Kenapa itu bukan urusanmu juga?! Kau istriku!”

“Aku tidak peduli dengan status itu.”

“SEKALI-KALI PEDULILAH DENGAN APA YANG KULAKUKAN!”

Sena terperanjat mendengar bentakan itu. Apa maksud pria ini sebenarnya?

Belum sempat ia bertanya, Bastian sudah merobek atasan yang dikenakannya, kasar, brutal. Kilatan mata pria itu kini tajam, mengerikan.

Sena takut.

...----------------...

^^^Cheers, ^^^

^^^Gadis Rona^^^

1
Rizky Muhammad
Aku merasa terkesima sampai lupa waktu ketika membaca karyamu, thor. Jangan berhenti ya! 🌟
Gadis Rona: Hai terima kasih sudah baca karya pertamaku bikin aku makin semangat nulis🥰
total 1 replies
elayn owo
Penuh empati. 🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!