Putri Changle—seorang gadis modern—terjebak di tubuh putri kuno yang memiliki masa lalu kelam. Setelah menikah dengan kekasih masa kecilnya, dia dikhianati dan disiksa hingga mati. Namun, dengan bantuan sistem poin dan ruang ajaib, Putri Changle mendapatkan kesempatan kedua untuk balas dendam.
Dengan menggunakan Sistem, Putri Changle memulai perjalanan balas dendam yang penuh tantangan dengan mengumpulkan poin, meningkatkan level, dan membuka kemampuan baru untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Namun, semakin dia mendekati tujuannya, semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalunya dan sistem yang digunakannya. Apakah Putri Changle dapat mencapai balas dendamnya, ataukah dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Song Zhiwan Hancur
Siang itu, Kedai Makan Fufan dipenuhi oleh tawa dan canda dari sejumlah pengunjung. Aroma sedap masakan melayang di udara, sementara suara sendok dan wajan bersatu dalam harmoni yang menggugah selera.
Namun, Pangeran Chu yang duduk di tengah keramaian bersama Donghai, justru tampak tenang seperti patung batu. Hanya matanya memperlihatkan kilatan api yang membara ketika ejekan datang dari ketiga pria yang duduk di seberang mejanya.
“Orang yang merendahkan diri sampai mencukur rambut jadi biarawati ... itulah orang yang benar-benar tahu diri.” Qianjing dalam balutan jubah coklat dengan bordir halus, melontarkan sindiran yang menembus keramaian, sambil tersenyum lebar dengan tatapan tajam seperti pisau berlapis racun.
Xiaoli yang sedang asyik mengunyah makanan terperangah, matanya melebar seolah tidak percaya. “Siapa yang kau maksud? Siapa yang jadi biarawati?”
Qianjing hanya menyeringai, memamerkan senyumannya yang sarat dengan kesinisan. “Siapa lagi kalau bukan putri keluarga Pangeran Qin?”
Kata-kata itu bagaikan petir di siang bolong bagi Pangeran Chu, membuat gelas arak di tangannya berhenti di udara seakan waktu pun iku terhenti.
Nafas Pangeran Chu tertahan bersamaan dengan kepalan tangannya yang membeku, dan matanya berubah tajam, menembus kesombongan yang meliputi Qianjing berserta kedua temannya.
Suasana di Kedai Fufan tiba-tiba berubah menjadi dingin membeku, seperti bayangan maut yang mengintai dan siap meledak menjadi kobaran api yang menghanguskan segala harapan.
Namun, di antara bisik fitnah dan cemoohan yang bergelora, mereka buta terhadap ancaman tepat di depan mata mereka.
“Putri Changle diam-diam menjalin hubungan dengan sarjana muda dari Rumah Changyuan, Tuan Muda Xie. Dia harap Tuan Muda Xie menjadi juara dan melamarnya dengan megah. Namun, takdir malah mencakar angan-angannya hingga hancur berkeping. Saat rombongan peminang datang, Tuan Muda Xie—yang seharusnya membela kehormatan sang putri—justru mengubah permintaan dengan dingin. Bukan Putri Changle yang dia inginkan, melainkan seorang pelayan rendahan!” Qianjing menutup cerita itu dengan tawa yang mengandung racun, menyayat dan membakar.
"Benarkah ada hal seperti itu?" Bolin bertanya dengan suara bergetar, diselimuti rasa tak percaya sekaligus kegelisahan yang mendalam.
Baginya, Putri Changle yang berstatus bangsawan tentu layak mendapatkan lelaki yang jauh lebih baik dari Xie Zhan. Tak seharusnya dia merendahkan diri dengan rahasia semacam itu, apalagi sampai kalah oleh seorang pelayan hina.
Pangeran Chu menatap dengan mata membara, tangan kanannya masih menggenggam mangkuk arak yang kini terasa seperti bara di kulitnya.
Amarah menggelegak dalam nadinya, urat-urat lehernya menegang seolah siap pecah, dan jantungnya seperti dicekik oleh rasa sakit serta hinaan yang mengiris kalbunya dalam-dalam.
Api dendam yang mengamuk menuntut keadilan yang telah dicemari, menunggu saatnya meledak tanpa ampun.
"Itu karena Putri Changle cabul," ejek Qianjing dengan nada melecehkan.
Tawa sumbang Qianjing pecah, disusul derai tawa sinis Bolin dan Xiaoli yang menggema seperti ejekan tajam di ruang itu.
Pangeran Chu sudah tak mampu menahan amarahnya lagi.
Dengan gemuruh yang mengguncang, dia membanting mangkuk arak itu ke lantai hingga pecah berserakan, lalu menendang kursi kosong di sampingnya hingga terjungkal.
Detik berikutnya, dia melemparkan tempat sumpit beserta isinya ke arah Qianjing dan teman-temannya. Pecahan kayu itu beterbangan, membuat mereka terkejut dan kesakitan sambil berusaha menghindar dari hantaman yang brutal.
“Donghai, serang mereka!” Suara Pangeran Chu bergetar dingin, menyentuh jiwa semua yang ada di ruangan.
Perintah itu datang seperti badai yang siap menerjang, membuat Donghai terkejut. "Ah?"
Dia tak menyangka sang majikan akan tiba-tiba meledak, tetapi tak ada waktu baginya untuk ragu. “Baik.”
Donghai berdiri dengan tatapan tajam, melangkah mendekati mereka yang kini mulai resah dan panik.
“Apa ... apa yang kau lakukan?!” Wajah Qianjing berubah pucat pasi, tubuhnya gemetar tak terkendali.
Udara di sekitar mereka serasa membeku, penuh ketegangan yang mencekam hingga nyaris melukai jiwa.
Tanpa sepatah kata pun, tinju Donghai melesat dan menghantam wajah Qianjing dengan kekuatan yang tak terduga. Tubuh Qianjing terpental dan jatuh tersungkur, tangannya cepat memegangi wajah yang memerah dan berdenyut sakit.
“Bagaimana kau bisa memukul orang tanpa alasan?!” bentak Xiaoli, marah melihat temannya terkapar.
Namun, Donghai seolah tak peduli. Dengan gerakan cepat, dia mengalihkan serangannya kepada Xiaoli, dan tak lama kemudian Bolin juga ikut menderita.
Darah mulai menghiasi tubuh mereka yang babak belur, dan suasana semakin mencekam. Pengunjung lain berhamburan pergi, ketakutan terjebak dalam kekacauan yang tak terduga ini.
“Kalian bicara terlalu keras.” Suara Pangeran Chu meluncur dingin tanpa sedikitpun tanda penyesalan. “Kalian mengganggu kesenanganku minum.”
Dengan angkuh, Pangeran Chu melangkah meninggalkan mereka, tanpa sedikit pun menengok ke belakang.
Bolin dan Xiaoli, terpaku dalam diam, tak berani membalas atau memancing amarah yang menggunung dari pria itu.
Qianjing yang tergeletak di lantai, bergetar dari kemarahan yang terpendam. “Kau ... aku akan—” Suara Qianjing memecah keheningan. Tapi belum sempat menyelesaikan kata-katanya, tubuhnya sudah terhantam pukulan brutal dari Donghai.
Dia tersungkur, jatuh terjerembab ke lantai dengan dentuman keras, merosot ke dalam bayang-bayang gelap yang menelan kesadarannya secara perlahan.
Di lantai dua, mata tajam Guan Shiqing menyala penuh dendam, membekas dalam relung hati. Dia mengamati setiap kepedihan Qianjing, Xiaoli dan Bolin yang terhampar di bawah dengan pandangan dingin seperti es.
“Pangeran Chu ini …,” gumamnya dengan suara serak oleh amarah yang menyala-nyala, “pertunjukan mahal yang kubayar demi Song Zhiwan ... malah dia hancurkan begitu saja!”
Guan Shiqing menatap sosok Pangeran Chu yang menjauh dari Kedai Makan Fufan, tanpa sepatah kata lagi terucap dari bibirnya yang tersenyum dingin.
Namun, di balik tatapannya itu tersembunyi badai kelam—rencana licik yang menggores jiwa—seolah setiap helaan napasnya mengukir duri tajam di dada.
Sejak lama, dialah dalang di balik bisik-bisik kotor yang menyebar liar tentang Song Zhiwan. Dengan dingin, dia menyewa orang-orang jalanan untuk menyulut api fitnah bahwa sang putri dicampakkan oleh Xie Zhan di hari lamarannya—kisah pilu yang dibiarkan merayap masuk ke Kedai Makan Fufan, mengotori nama baik wanita itu.
Semua itu hanyalah topeng untuk menyembunyikan rahasia tersembunyinya: hubungan terlarang antara dirinya dan Xie Zhan.
Dia menjadikan Song Zhiwan bulan-bulanan, sasaran kemarahan publik, agar pernikahannya dengan Xie Zhan diterima tanpa cela.
Detak jantung Guan Shiqing bergema seperti genderang perang di dadanya, menggebu-gebu, meneguhkan tekad yang tak tergoyahkan. "Lihatlah," pikirnya dalam hati, "aku tidak akan berhenti sampai Song Zhiwan hancur dan aku berdiri di puncak."
Gelap, dingin, dan penuh dendam—itulah kekuatan yang mengalir dalam nadi Guan Shiqing saat bayangan masa depan yang penuh intrik dan pengkhianatan mulai menguasai pikirannya.
fighting.....semesta pasti akan membantu dan merestui mu....
usaha tak kan menghianati hasil.....🔥🔥🔥🔥🔥
semoga lancar lahirannya