NovelToon NovelToon
Antara Ada Dan Tiada

Antara Ada Dan Tiada

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:361
Nilai: 5
Nama Author: Sazzzy

"Apa yang kamu bicarakan Lin Yi? A-aku sudah kotor sejak kecil haha, dan kamu, dan kalian kenapa masih tertarik pada perempuan sepertiku? Sepertinya kalian kurang berbaur ya, diluar sana masih banyak loh gadis yang lebih dariku dari segi fisik dan mental, so, kerjasama kita bertiga harus profesional ya!" Sebenarnya Safma hanya mengatakan apa yang ada dalam pikirannya, walaupun Safma sendiri tidak terlalu paham dengan maksud dari kalimatnya secara mendalam. Tidak ada airmata dari wajah Safma, wajahnya benar-benar pintar menyembunyikan emosinya.

"Safma!" Sudah habis kesabaran Lin Yi, kemudian menarik tangan Safma pelan juga tiba-tiba namun dapat membuat gadis itu terhuyung karena tidak seimbang. "Jangan bicarakan hal itu lagi, hatiku sangat sakit mendengarnya. Kamu terlalu berharga untukku, Please biarkan aku terus mencintaimu!" Lirih Lin Yi dibarengi air mata yang mulai berjatuhan tanpa seijinnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sazzzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perhatian dari Linyi

Safma mulai memproduksi sabun herbal nya, Lin Yi dapat melihat profesionalitas dari Safma. Sangat mahir, sedangkan dirinya hanya membantu ala kadarnya.

Akhirnya, setelah menghabiskan beberapa waktu, kini mereka berdua tinggal menunggu sabunnya mengeras dan untuk sabun cairnya menjadi bentuk sempurna. Sembari menunggu, Safma mengajak Lin Yi untuk duduk beristirahat, Gadis itu sudah duduk dengan tenang sedangkan Lin Yi, pria muda itu sibuk menatap wajah Safma lekat, intens dan tak berkedip.

"Duduklah, kenapa berdiri terus? Tak pegal?" Tegur Safma.

Semakin ditatap lah wajah Safma oleh Lin Yi, maksudnya apa coba?

"Kenapa dengan tatapanmu heh?" Kesal Safma, lama-lama risih sekali. Namun saat ditatap balik oleh Safma, pria muda itu pasti langsung menatap sembarang arah seakan menghindar dengan gugup.

"Aneh sekali!" Cibir Safma.

Mendengus sebal dengan cibiran Safma, sungguh Lin Yi ingin sekali mengurung gadis itu untuk dirinya sendiri. Kenapa ada gadis seimut, secantik dan semanis Safma? Komplit sekali!

"Kamu pakai make-up?" Tanya Lin Yi dengan nada polos.

"Hm." Cuek Safma, toh kebalikan dari benaknya yang heran karena pertanyaan dari Lin Yi, apakah make-upnya terlalu tebal hingga sangat terlihat dimata pria muda itu.

Ah, pantas saja dari tadi Safma memergoki Lin Yi curi-curi pandang padanya.

"Tumben sekali, sangat jelek. Seperti badut, untung kamu tidak keluar rumah." Frontal Lin Yi, padahal dalam hati dia sangat mengutuk keras ucapannya barusan. Tidak, Safma sangat menawan hari ini.

"Oh ya?" Smirk Safma kembali menatap Lin Yi yang membuang muka untuk kesekian kalinya. "Kenapa dengan wajah merahmu itu?"

Segera mengusap wajahnya yang merah, bukannya menghilang malah makin memerah, "Bukan apa-apa." Gugup Lin Yi.

"Kamu berbohong!" Sudut Safma.

Membelalakkan matanya lebar, Lin Yi berdehem untuk mengatasi rasa gugupnya. "Ti-tidak."

"Ulasanmu tentang makeup ku kenapa kebalikan dari benakmu?"

"Mana mungkin, kamu memang terlihat sangat jelek seperti badut!" Sanggah Lin Yi.

Sedangkan Safma diam menatap Lin Yi tak terbaca, "Oh."

"Kamu marah?" Tanya Lin Yi hati-hati.

"..."

"Maafkan aku, ucapan terlalu kasar ya?" Tak enak hati Lin Yi.

"..."

Tanpa diduga, tiba-tiba saja Lin Yi menangis pilu karena Safma? Sedangkan Safma sendiri agak shock melihat itu.

"Tolong maafkan aku!" Rengek Lin Yi seperti anak kecil pada ibunya.

"Eh, kenapa menangis?" Bingung Safma, kenapa coba pria muda itu menangis karena ia diamkan?

Ditengah terisak-isak, "Sungguh, sejujurnya kamu sangat cantik, manis dan menggemaskan. Dan entah kenapa aku tidak suka saat orang lain ikut menikmati keindahan ciptaan Tuhan pada dirimu." Jelas Lin Yi dan menangis lagi.

Tunggu, terlepas dari ucapan Lin Yi, wajah pria muda itu terlihat menggemaskan dan lucu ya saat menangis. Padahal biasanya hanya wajah tegas penuh wibawa yang ditampilkan, dan sekarang kenapa Safma merasa sangat gemas dengan wajah sembabnya itu.

"Maaf ya?" Rengek Lin Yi meminta maaf kembali dengan wajah merah menangisnya, seperti bayi.

"Jika aku tidak mau memaafkan kamu?" Goda Safma.

"Please, jangan seperti itu ..." Sesegukan.

"Kamu tahu tentang masa lalu kelamku dari River bukan?" Tiba-tiba saja Safma mengangkat topic yang tidak mau Lin Yi bahas.

Mengangguk mengiyakan dengan cepat, oh menggemaskan sekali, "Pecundang itu memang menceritakannya padaku, berharap aku mundur mengejarmu, ck, enak saja, itu tidak mungkin."

"Kamu yakin?" Goda Safma, gemas sendiri dengan wajah Lin Yi.

"Ya." Tegas Lin Yi.

"Alasannya?" Selidik Safma.

"Aku sudah jatuh cinta padamu, sayang padamu, dan ingin menikah denganmu." Ujar Lin Yi tanpa keraguan.

"Tapi sayang sekali, kamu akan sangat menyesal bila menjadi pasangan ku. Aku tidak sebaik itu untuk jadi partner hidup, yah kecuali bisnis."

"Kamu adalah gadis pertama yang aku cintai, ah, bahkan aku harap juga yang terakhir. Aku ..." Tiba-tiba saja Lin Yi cegukan, "Aku berharap kamu satu-satunya!"

Tes.

Tes.

Tes.

Tanpa gadis itu sadari, tetesan darah keluar dari hidung mancung Safma secara tiba-tiba tanpa aba-aba.

"Safma!" Lin Yi terkejut dan refleks mendekat dan menangkup wajah Safma, dan tanpa sengaja menekan luka di wajah gadis itu.

Meringis, menahan sakit karena refleks tangan Lin Yi memegang wajahnya hingga menekan luka yang sangat terasa. "Sssh! Kamu kenapa?" Bingung Safma masih belum sadar akan dirinya yang mimisan.

"Kamu mimisan? Ayo kerumah sakit!" Khawatir Lin Yi dengan nada bergetar seperti ingin menangis, lagi?

"Hah?" Bingung Safma.

"Apa yang kamu rasakan sekarang, pusing? Ayo katakan dengan jujur padaku!" Paksa Lin Yi, sangat merasa khawatir dengan kondisi Safma yang terlihat pucat.

Perhatian dari Lin Yi entah kenapa membuat sudut hati kecil Safma bergetar, ada apa dengan itu?

Tunggu, tiba-tiba Safma merasa ... Mual?

"Aku bahkan belum menanam benih investasi, tapi kamu sudah mual?" Celetuk Lin Yi.

Plak!

Gemas sekali Safma, bisa-bisanya kalimat random itu Lin Yi katakan. Ck, sedikit puas menggeplak bahu Lin Yi yang sandarable itu.

"Ini masalah kecil." Ujar Safma tampak menyepelekan keadaannya.

Kesal? Jelas, mendengus sebal, "Kamu mimisan dan kamu bilang ini masalah kecil?" Tak habis pikir Lin Yi dengan gadis didekatnya.

Sejauh ini memang Lin Yi tidak pernah menggertak ataupun memarahi Safma dengan nada keras, karena hanya dengan menekan kata dalam ucapannya saja sudah banyak yang segan padanya.

"Aku akan istirahat di kamarku, jadi jangan khawatir." Senyum Safma.

Melepas tangan Lin Yi pada bahunya, Safma berjalan pelan untuk turun anak tangga. Lagi-lagi, Lin Yi tidak bisa memaksa kehendaknya pada gadis itu, ia sadar akan posisi.

Pantas saja tadi Safma tiba-tiba merasa pusing, ternyata kembali mimisan toh. Tapi, apakah Lin Yi harus bereaksi seperti itu hanya karena dirinya mimisan?

"Kamu jangan khawatirkan aku, ini hanya masalah sepele." Sanggah Safma yang sudah lima langkah dari Lin Yi.

Namun tiba-tiba saja keseimbangan tubuhnya goyah, hampir saja Safma terjungkal kebelakang jika tidak ada Lin Yi yang menolongnya.

"Aku akan menggendong kamu, jadi aku minta izin untuk itu." Pinta Lin Yi langsung, to the point no basa-basi.

Bisa apa jika begini? Mengangguk mengiyakan lalu mengalungkan kedua tangan dileher Lin Yi. Dan Lin Yi mulai membawa Safma ke kamar bawah tanah miliknya dengan menggendong Safma hati-hati.

Lin Yi tak menduga bahwa lemari buku didepannya adalah pintu rahasia, lalu Lin Yi pun masuk dengan lampu lorong anak tangga yang langsung menyala. Lin Yi turun dengan langkah hati-hati, ini pertama kalinya dia kesini bukan? Belum paham jalan.

Sesampainya di kamar tidur Safma, Lin Yi mulai merebahkan tubuh Safma secara perlahan dan juga hati-hati penuh perhatian. Lagi-lagi ia terkejut dengan konsep bunker milik Safma, ada banyak ruang sepertinya. Dan kamar Safma sangat dekat dengan dapur yang lebih lengkap dari dapur lantai satu.

"Tunggu ya!" Pinta Lin Yi mengambil ponselnya disaku, dan searching tentang apa yang harus Lin Yi lakukan pada pasien mimisan seperti Safma.

Safma menahan tangan Lin Yi, "Tidak perlu, aku akan memanggil Soe."

Bingung, "Soe? Siapa?" Terdengar nama panggilan cowok, Lin Yi tak senang.

Tak lama Soe pun datang dengan peralatan dokter yang dibutuhkan untuk memeriksa Safma.

Soe berkacak pinggang layaknya ibu-ibu yang sedang menasehati anaknya, "Istirahat yang cukup, jangan terlalu lelah untuk sementara waktu, jangan terlalu banyak pikiran dan jangan sampai seperti ini lagi!"

Mendengar itu membuat Safma mencibirkan bibirnya, "Aku tahu."

"Kamu mual bukan? Sepertinya prediksi ku bahwa kamu gegar otak ringan, memang benar. Jangan terlalu banyak berfikir, dan luka-luka kamu juga masih cukup parah. Dan lihat, kenapa kamu memakai lips cream? Bibir kamu baru saja dijahit nona! Dan aku harap jahitan di kepala juga bibir kamu baik-baik saja. Lagipula percuma saja luka lebam kamu tutup dengan foundation, itu tidak akan mengurangi rasa sakitmu." Omel Soe yang kini selesai membersihkan wajah Safma hingga luka-lukanya terlihat sangat jelas.

Ini robot buatannya kenapa jadi begini heh, mendengar kalimat dari Soe membuat Safma kesal dan gemas, takut Lin Yi banyak tanya akan hal yang terjadi sebenarnya.

"Tugasmu cukup mengobati, bukan mengomel Soe." Jengahnya.

"Kamu terlalu menyepelekan kesehatan kamu, apa yang membuat kamu bisa terjatuh dari tangga?" Selidik Soe.

"Bukankah kamu menyuruhku untuk tidak terlalu banyak berfikir? Pergilah!" Usir Safma.

Lin Yi mendekati Safma setelah Soe pergi, "Kamu terjatuh dari tangga?" Terdengar bergetar, apakah akan menangis lagi si Lin Yi?

"Hm."

Dan benar saja, Lin Yi menangis sangat menyedihkan seolah-olah dialah yang terluka, padahal Safma yang sedang terluka saat ini kan.

Meringis, Lin Yi tak tega melihat luka-luka Safma yang terpampang nyata di penglihatannya. "Lukamu pasti sangat menyakitkan kan?" Tangis Lin Yi.

"Sudah tahu kenapa bertanya? Apa ingin merasakannya juga lewat tinjuku?"

Mengangguk mengiyakan, "Boleh, biar kita sama-sama sakit dan terluka." Bodoh Lin Yi. "Aku tidak mau kamu merasa sakit sendirian, namun kalau aku yang sakit, kamu jangan mengikuti ku untuk sakit ya."

Safma meraih tangan Lin Yi dan menggenggamnya erat, "Aku tidak apa-apa tuan Lin."

Wajah Lin Yi cemberut, padahal aslinya senang sekali dia tuh, digenggam tangannya lebih dahulu oleh Safma. "Bagaimana bisa kamu terjatuh?"

Baiklah, menceritakan sedikit tidak apa kan? "Aku merasa pusing dan kehilangan keseimbangan saat berjalan di anak tangga, dan yah begini."

"Lalu River?" Tiba-tiba saja Lin Yi curiga dengan River.

"Ya, dia meminta maaf padaku tadi malam karena membuka aibku padamu, aku rasa kamu tahu itu kan? Dan mungkin alam bawah sadarku memaksa ku untuk mengingat kembali. Hingga pusing menyerang dan yah, like this." Tahu Safma. "Lagipula ini hal biasa saja, jangan terlalu khawatir padaku. Aku sudah biasa terluka."

Tak terima dengan penuturan Safma, tangan Lin Yi bergerak untuk mengelus surai Safma lembut penuh kasih sayang. "Safma, jangan menyepelekan kesehatan kamu sendiri, kamu itu manusia bukan lilin yang menyinari sekitar kamu dan merelakan diri kamu meleleh karena berkorban untuk orang lain!"

"Iya."

"Berjanjilah padaku!" Tekan Lin Yi menatap mata Safma dalam.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!