NovelToon NovelToon
Lima Langkah Takdir

Lima Langkah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Beda Usia / Persahabatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Alfaira_13

Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.

Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Terlambat Pulang

Di depan rumah Sekar, Satya berdiri diam. Menyilangkan kedua tangannya di dada. Wajahnya terlihat cemas, sesekali menghela napas kesal. Rumah Sekar masih gelap, pagarnya terkunci—seperti tak berpenghuni.

Tak lama, dari kejauhan, ia melihat sebuah motor melaju semakin dekat. Itu Sekar—dan juga Aidan. Motor berhenti tepat di depannya. Sekar turun, menepuk pundak Aidan pelan.

"Makasi ya!" ungkapnya tersenyum lebar.

Aidan mengangguk singkat. Melirik Satya sebentar, dan mengangguk sopan. "Gua langsung pulang aja ya," ucapnya pada Sekar.

"Hati-hati bawa motornya," peringat Satya dengan wajah datar.

"Iya Bang," balas Aidan, lalu perlahan membawa motornya menjauh.

Satya memperhatikan Aidan sesaat, sebelum tatapan matanya beralih melirik Sekar. "Darimana lo?"

"Kan gua udah bilang, gua main dulu sama temen," jawabnya santai.

"Harus banget sampe jam sepuluh malem?" tanya Satya. Suaranya terdengar sangat asing di telinga Sekar. Terlalu dingin—dan datar.

Sekar mengusap belakang lehernya, lalu menjawab dengan gugup. "Ya... enggak sih,"

"Masuk!" ucap Satya, tajam. Jarinya teracung menunjuk ke arah pintu rumah Sekar.

Sekar buru-buru membuka pagar dan mencari kunci rumahnya. Ia sempat menoleh ke belakang, melihat Satya yang masih berdiri di tempat. "I-iya, ini juga mau masuk..."

Tapi, sebelum Sekar menutup kembali pagar rumahnya—Satya mendekat, mengikuti langkahnya tepat di belakang.

Sekar menoleh. "Lo ngapain ikut masuk juga?"

"Buka pintunya, cepet!"

Sekar menurut, walau bingung dan ada sedikit rasa takut. Tangannya tetap bergerak memutar kunci rumah. Dan masuk dengan langkah pelan. Satu per satu, saklar lampu dinyalakan, menghidupkan kembali rumah yang semula gelap. Hanya lantai dua rumahnya yang masih gelap.

Ia melempar tas sekolah ke sofa dengan sembarangan dan melepaskan sepatunya asal.

"Gua udah pulang kan? Lo juga harus pulang!"

Tapi Satya tak mendengarkan. Ia melangkahkan kakinya ke arah sofa. Duduk tegak sambil menatap Sekar dengan wajah datar. Memberi isyarat agar Sekar duduk di sampingnya.

Sekar menarik napas panjang. Lalu ikut duduk bersama Satya di sofa yang sama. Wajahnya menunduk. Bersiap mendengarkan kalimat yang akan dilontarkan oleh Satya.

"Lo keluar—bilang dulu sama Mama?" tanyanya membuka obrolan.

Sekar mendongak. "Bilang. Kata Mama juga oke."

Satya mencondongkan tubuhnya ke arah Sekar. Mendekatkan wajahnya dengan Sekar. "Kenapa lo gak bilang sama gua?"

"Emangnya harus?" kata Sekar yang sedikit menjauh dari Satya. Tidak bisa. Terlalu dekat.

"Harus," jawab Satya cepat.

Sekar menaruh kedua tangannya di pinggang dengan posisi yang masih duduk. Suaranya meninggi. "Apa urusannya sama lo? Lagian kan sekarang gua udah pulang!"

"Lo tanya apa urusan gua?" ucapnya dengan nada menggantung. "semua tentang lo... jelas, jadi urusan gua!" tegasnya sambil menunjuk Sekar dengan jemari yang bergetar.

Sekar terdiam. Mulutnya sedikit terbuka, tapi tak ada kata yang keluar, ia kembali menutup mulutnya. Kalimat Satya barusan membuat nyalinya menciut. Ia tak pernah benar-benar merasa takut akan kehadiran Satya. Tapi, kali ini terasa berbeda.

Setela beberapa saat, ia mulai bicara. "Ko lo jadi sewot gitu sih!"

"Ya jelas gua sewot! Hp lo gak aktif. Pergi juga gak bilang dulu sama gua. Pulang jam sepuluh malem!"

Satya menghela napas pelan. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Berusaha mengendalikan emosinya.

Baru setelah tenang, ia kembali bersuara. "Gak mungkin kalo gua gak khawatir," katanya dengan pelan.

"Ya, maaf," gumam Sekar, dengan suara yang nyaris tak bisa didengar. Wajahnya tertunduk lesu. Tak berani melirik Satya.

"Besok... gua yang anter lo sekolah. Sekalian gua jemput juga." Satya bangkit dari duduknya. Tapi Sekar masih menundukkan kepalanya. Enggan untuk melirik Satya.

"Jangan lupa kunci pagernya." tanpa mengatakan apa pun lagi, Satya menjauh ke arah pintu. Meninggalkan Sekar, yang masih terkejut dengan bentakannya barusan.

"Apaan sih, ko dia galak banget," gumamnya pada diri sendiri. Suara pagar ditutup terdengar jelas, menandakan jika Satya benar-benar sudah pergi dari rumahnya. Dan Sekar, memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas sofa sebelum membersihkan tubuhnya.

"SEKAR!" suara Satya menggema dari luar rumah.

Dari dalam rumah, Sekar membalas, "Sebentar Bang! Gua cari buku dulu!" Suaranya agak panik, terdengar dari balik pintu yang belum juga terbuka.

"Nanti terlambat," sahut Satya. Ia sudah berdiri sejak beberapa menit yang lalu, menunggu Sekar yang belum juga memunculkan dirinya.

"Sabar!" tak lama setelah teriakan itu terdengar, pintu rumah terbuka lebar. Sekar muncul, satu tangan masih sibuk memasukkan buku tulis ke dalam ransel yang menggantung satu sisi pundaknya.

"Harus sesabar apa lagi sih gua," gerutu Satya sambil mengayunkan langkah malas menuju motor yang sejak tadi terparkir di depan rumah.

Sekar mempercepat langkahnya untuk menyusul Satya. "Hehe, maaf Bang. Kalo bukunya ketinggalan, nanti gua dihukum."

Satya meraih dua helm dari atas motor, memberikan salah satunya kepada Sekar. Dan memakai helm satunya lagi.

"Nanti... lo jadi jemput gua?" tanya Sekar setelah memastikan helmnya terpasang sempurna.

"Jadi. Lo gak marah kan?" Satya membalas, mulai menyalakan mesin motornya.

Sekar naik, merapikan sedikit rambutnya, dan memeluk Satya dari belakang. Satya mulai melajukan motornya perlahan, menembus udara pagi yang masih sejuk dan hangatnya mentari.

"Kenapa harus marah?" tanya Sekar dari belakang.

"Semalem... gua udah marahin lo. Emangnya lo gak takut?"

Sekar diam sesaat, kemudian tertawa lepas. "Enggak. Kan lo marahin gua karena emang gua yang salah juga."

Satya tersenyum tipis, meski tak bisa dilihat dari belakang. Ia menarik napas panjang sebelum membalas. "Sorry ya... lain kali, gua bakal marahin lo dengan lebih lembut."

Sekar mengeratkan pelukannya. "Gua gak takut kalo lo marah," bisiknya pelan. "gua lebih takut kalo lo gak peduli lagi sama gua."

"Lain kali, kabarin gua dulu."

Tak ada percakapan lagi setelahnya. Keduanya larut dalam diam yang hangat, nyaman tanpa perlu mengungkapkan banyak kata. Motor Satya melaju pelan, menyusuri jalan raya yang dipadati kendaraan pagi hari.

Setelah Satya kembali ke rumahnya semalam, Sekar sempat terdiam lama di ruang tamu. Cukup mengejutkan karena Satya sedikit membentak tadi malam. Tapi Sekar tahu, itu salah satu tanggung jawab yang ia tunjukkan. Terlebih lagi, Sekar tahu jika ia memang melakukan kesalahan.

Terkadang, rasa peduli memang tidak ditunjukkan dengan cara yang lembut. Ada kalanya, dengan cara yang berbeda. Mungkin lebih kasar. Tapi juga terasa hangat.

1
Eli sulastri
apa nantinya mereka jadi pasangan kekasih?
Alfaira: Boleh ditebak2 sendiri 🫰🏻 tapi keknya udah ketebak sii 😅
total 1 replies
Eli sulastri
bahagianya liat adik kakak akur
Alfaira: Haruss dong kakakk, kan tetap keluarga 🫰🏻
total 1 replies
Roxanne MA
haii ka aku mampir nih, yuk mampir juga di novel ku yang berjudul "dokterku berprofesi menjadi banci" kita bisa saling support ya kak salken
Alfaira: boleh bangett kakkk
total 1 replies
Roxanne MA
haha lucu bngt nih couple
Roxanne MA
haha maksa banget
Roxanne MA
bisa bisanya dia ngomong kaya gitu
elica
wihh kerenya✨❤️
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
elica: jangan lupa like nya juga ya kak❤️
Alfaira: Seneng bangettt. bolehh ko. aku baca karyamu juga yaaa walaupun gak langsung semua 😚
total 2 replies
Reaz
tetap semangat thor.../Ok//Good/
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Alfaira: wahhh bolehhh bangettt, ditunggu ya kedatanganku pas lagi senggang
total 1 replies
Bulanbintang
Sedikit masukan, Kak. Di kalimat ... dari makam Rinjani, Satya berhenti.
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉
Bulanbintang: gk papa, emang suka kelewat aja biasanya. 😄
Alfaira: makasiii, akuu revisi 🫡 masih suka gak fokus kadang
total 2 replies
Bulanbintang
Greget sama nama kontaknya. Mana bacanya sambil ngegas pula. 😂😂🤣
Alfaira: hihiii , gak ngegas gak asik kak di hidupku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!