Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir Kembarannya Dalam Masalah
Tentu saja Laila dan Arya Semana terkejut mendengar ucapan lelaki yang merendahkan barusan.
Arya Semana langsung bertindak, "Heh Bung hati-hati jaga mulutmu dia tunangan saya ...!" lalu dia merangkul Laila yang masih tampak terpukul.
"Alah bilang saja kau sudah membayarnya, mana mungkin dalam waktu semalam kalian sudah bertumangan ..." sinis lelaki yang penampilannya tak bisa dianggap sepele itu.
"Aku ketemu kamu saja baru sekarang jangan fitnah dan sok kenal ya!" Geram Laila pada lelaki itu.
"Lina jangan bersilat lidah di depanku!"
"Aku bukan Lina!" Pekik Laila panik.
Arya sudah tak sabar langsung menarik krah baju, "Satpam!"
Dua orang sekuriti datang mendekat.
"Urusin pengacau ini kalau gak mau restaurant ini aku viralkan rawan pengacau!" Arya langsung menarik tangan Laila keluar dari restaurant.
Kedua satpam langsung meringkus lelaki yang masih berteriak ke arah Laila dan Arya, "Lina ...!!"
"Bagaimana kamu udah tenang?" Arya menatap Laila.
"Ya," segera Laila menuju ke mobilnya
"Hati-hati ..." pesan Arya lalu menuju ke mobilnya sendiri.
Setelah menjauh dari depan restaurant barulah Laila sadar jika dia punya saudara kembar bernama Lina.
Tadi lelaki itu menyebut dirinya Lina, berarti adik kembarnya masih hidup, ibu harus tahu jika Lina masih hidup, bukankah sejak Lina hilang jiwa ibu tergoncang.
Tapi dari cara lelaki itu marah berarti dia sedang mencari Lina. Artinya Lina dalam pengejaran lelaki yang marah tadi. Lina tak aman, jangan dulu kasih tahu ke ibu.
Dia menyebut Lina sebagai lacur. Laila tercekat. Merinding, lalu menggeleng, tidak tak mungkin kembarannya menjadi pelacur!
Lalu kenapa lelaki itu sangat marah pada Lina?
Apakah mereka punya hubungan spesial?
Laila terus menebak-nebak ada apa dengan lelaki itu?
Dimana gerangan keberadaan Lina. Aku harus menyelidiki dan mencari adikku bagaimana keadaannya.
"Ya Allah semoga saja adik hamba Lina berada dalam lindunganMu ..." tanpa terasa air matanya berlinang merasa ibah pada adiknya jika memang Lina berada dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Seandainya saja Lina sudah ditemukan maka mungkin menjadi pelipur lara ibunya. Tapi untuk memberitahukan pada ibunya terpaksa harus ditahan dulu mengingat lelaki tadi dengan amarah mengira dirinya adalah Lina.
\*
Hari ini Riska resmi bergabung di perusahaan Semana Group dan dia berkantor yang sama dengan Arya Semana.
Walau baru masul bergabung, berhubung pengalamannya sebagai desain interor sudah tiga tahu ditekuninya di luar negeri maka posisi Riska bukan lahi yunior, namun dia langsung menadi tangan kanan Hariyadi si programer desain interior yang sudah dua belas tahun bergabung di Semana. Dengan gelar Sarjana ilmu bisnis menegemen yang dimilikinya, serta sudah pernah magang di Jepang, membuat Sultan Semana memberikan pula kesempatan pada Riska bergabung dengan tim yang dikomendani oleh Tony sebagai menegernya. Tak tanggung -tanggung jabatannya asisten meneger atau asistennya Tony.
"Wah doi sekarang punya asisten " goda Rudy pada Tony.
"Ya cantik lagi," sambut Joni.
"Hati-hati dia masih kerabatnya bos kita," ujar Rudy.
"Jangan-jangan tuh cewek calonnya Arya," seru Tony, "Doble jabatan ngeri juga,"
"Boleh juga, sih," ujar Joni.
"Heh tapi semalam Arya ngajak makan malam chef cantik itu," ujar Rudy. Memberi bocoran pada kedua rekannya.
"Oh ya?" Joni tertarik.
"Ya sebagai tanda terima kasih karena Chef Laila mengembalikan cincin yang dibuang dulu, terus kalian tahu nggak, cincin itu waktu dilempar mengenai kepala Chef Laila katanya, kebayang nggak tuh sakitnya ..." Rudy tertawa.
"Eh tuh dia ke sini panjang umur diomongi muncul." Tony menunjuk Arya Semana yang memang mendekat.
"Jon nanti kamu lembur, nggak?" Arya Semana langsung melempar tanya pada Joni.
"Hari ini nggak, tuh,"
"Ada acara, Nggak?"
"Komplit amat pertanyaannya," sambut Joni, "Kebetulan nggak ada mau kau ajak dugem, Bos, boleh juga," tertawa bujangan dua puluh delapan tahun itu.
"Wah kalau gitu tolong temani Riska pulang kan kebetulan searah dengan rumah pak Semana?"
"Wah baru satu hari ngasih tumpangan udah diover ke orang lain," celetuk Tony.
"Aku ada urusan pulang kantor," alasan Arya Semana.
Tony dan Joni serta Rudu saling tatap. Rudy sebagai asisten Arya.Semana yang paling tahu jika yang dimaksud Arya Semana ada urusan itu bukanlah urusan yang berhubungan dengan kantor.
Betul.memang sepulang kantor Arya.Semana ada janji bertemu Laila. Entah bagaimana dia begitu perduli dengan gadis itu.
Laila juga tak menolak saat Arya Semana tadi menghubungi dirinya untuk ketemu di Cafe. Walau Arya Semana tak menyebutkan keperluannya untuk bertemu. Sengaja memang lelaki itu tak memilih ketemuan dengan Laila tak di restaurant dimana gadis itu bekerja, semua itu supaya tak terlalu menyolok karyawan lainnya.
Bagi Laila pun memang merasa lebih nyaman bertemu dengan Arya Semana di luar restaurant tempatnya bekerja, supaya dirinya pun tak terbebani pertanyaan yang tak disuarakan baik dari pimpinan restaurant, mau pun para karyawan. Maklum Arya Semana putra pemilik restaurant.
Di sebuah Cafe uang menyediakan jajanan pasar Arya Semana dan laila duduk bersisian. Mereka menikmati masing-masing satu cangkir bajigur hangat yang membuat rasa nikmat di sore selepas berkegiatan dengan rutinitas masing-masing.
Satu piring wadah jajanan pasar tersaji di depan mereka. Dan lagu Jali-jali terdengar nyaman di telinga dimainkan oleh sekelompok anak muda pecinta musik tradisional.
Arya Semana dan Laila sibuk merasakan nikmatnya bajigur serta lue jajanan yang menggoyang lidah, lumayan mengisi perut yang belum diisi setelah makan.soang tadi.
Jadi menu yang tersedia itu jelas selain untuk menikmati suasana sore juga bisa mengisi perut jelang makan malam nanti.
"Maaf ya aku tak mengatakan tentang keperluanku mengajakmu bertemu, Chef," ujar Arya memang tak mengatakan tentang apa yang menjadi tujuannya bertemu Laila, hal itu supaya gadis itu tak tegang saat bertemu dengan dirinya, karena topik yang menjadi pokok pertemuannya adalah tentanh lelaki yang telah menyebutkan kata tak layak dua malam lalu.
"Oke Pak Arya Semana siap untuk mendengarkan ..." angguk dengan bersikap santun.
Arya Semana tertawa kecil, "Resmi amat, ya?" Kerlingnya merasa lebih nyaman bersama gadis tersenyum manis itu.
"La, kan Anda juga manggil aku Chef, kan?" Laila mengingatkan.
Arya.Semana tertawa, "Oke sekarang kalau kita ketemu manggil nama ajah, deh,"
Laila mengangguk, "Mas Arya nggak keberatan?"
"Aduh manis sekali," kerling Arya Semana, "Oke Laila?"
"Oke," angguk Laila tampak santai.
"Ingat lelaki yang ngaco saat kita mau pulang dari restaurant dua malam.lalu?"
Laila langsung merinding dan tampak wajahnya cemas, karena kini dia kembali memikirkan keberadaan adik kembarnya yang kemungkinan memang dalam situasi yang tak bagus.
"Laila kenapa?" Melihat Laila yang tiba-tiba jadi tegang tanpa sadar tangan Arya Semana menyentuh punggung tangan gadis itu.
"Pasti dia kenal adikku dan Lina berarti ada di sekitar sini," kedua mata Laila merebak air khawatir kembarannya dalam masalah.
"Lelaki itu setengah mabuk, dan dia bukan pengunjung tetap, tapi kenalannya yang membawanya ke restaurant itu kebetulan masih kerabat pemiliknya, makanya dia itu berani menegurmu sekasar itu,"
Sepiring