Salma dan Rafa terjebak dalam sebuah pernikahan yang bermula dari ide gila Rafa. Keduanya sekarang menikah akan tetapi Salma tidak pernah menginginkan Rafa.
"Kenapa harus gue sih, Fa?" kata Salma penuh kesedihan di pelaminan yang nampak dihiasi bunga-bunga.
Di sisi lain Salma memiliki pacar bernama Narendra yang ia cintai. Satu-satunya yang Salma cintai adalah Rendra. Bahkan saking cintanya dengan Rendra, Salma nekat membawa Rendra ke rumah yang ia dan Rafa tinggali.
"Pernikahan kita cuma pura-pura. Sejak awal kita punya perjanjian kita hidup masing-masing. Jadi, aku bebas bawa siapapun ke sini, ke rumah ini," kata Salma ketika Rafa baru saja pulang bekerja.
"Tapi ini rumah aku, Salma!" jawab Rafa.
Keduanya berencana bercerai setelah pernikahannya satu tahun. Tapi, alasan seperti apa yang akan mereka katakan pada orang tuanya ketika keduanya memilih bercerai nanti.
Ikuti petualangan si keras kepala Salma dan si padang savana Rafa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cataleya Chrisantary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Robek
18
Salma sudah tidak memiliki lagi piihan selain mengiyakan apa yang Rafa ucapkan.
“Aku... aku belum siap-siap. Pasport aku juga udah kadaluarsa dua bulan lalu. aku belum resign dari kantor. Dan kalaupun resign gak bisa langsung acc pasti kena-“
“Aku bayar dan urus segalanya, Salma. Aku akan membayar agar proses resign kamu hanya butuh waktu tiga hari, satu haripun aku bayar. Untuk urusan pasport dan lain-lain itu urusan aku. yang terpenting itu kamu sudah mau pergi sama aku.”
Salma lalu menganggukan kepalanya. Pilihan terakhirnya memang pergi bersama Rafa ke Kanada di tengah kota Jakarta yang terasa teramat jahat menganiaya hidupnya pasca menikah dengan Rafa.
Disisi lain, ia cukup berat memang meninggalkan Jakarta tapi hanya dengan itulah ia bisa mendapatkan kehidupan yang setidaknya jauh dari kegaduhan. Hidup bersama Rafa, tinggal satu rumah dengan Rafa nampaknya tidak terlalu buruk, pikir Salma.
Toh, apa yang dikatakan Rafa, benar. Ia hanya akan bertemu Rafa empat belas hari saja. Sisanya ia akan sendirian di sebuah flat yang Rafa sewa selama di Kanada.
“Udah jangan nangis,” Rafa menaikan rambut Salma.
“Ih gak usah pegang-pegang,” Salma menepis tangan Rafa.
“Yasudah, kamu mandi, tenangin diri mbak Vania udah gak ada kok. Aku keluar dulu nenangin mama pasti mama kaget banget dengan semua ini.”
“Kamu bener-bener tahu semuanya?”
Rafa lalu menganggukan kepalanya. Lalu memilih untuk keluar dari kamar. Ada banyak pertanyaan dalam hati Salma. Apakah tahu semuanya, benar-benar tahu semua ataukah hanya tahu setengah saja.
Tapi alih-alih memikirkan, Salma sekarang membersihkan dirinya. Sementara itu Rafa keluar menemui ibunya. Rafa ingin melihat bagaimana ibunya di kamar sana mendengar pertengkaran serta ucapan Vania tadi.
Namun, sebelum Rafa masuk ke kamar, bik Sari keluar dulun dari kamar.
“Ibu, udah istirahat, barusan udah makan obat, pak.”
“Oh lagi istirahat yah.”
“Anu-pak,” kata bik Sari.
“Iya ada apa, bi?”
Bik Sari awalnya ragu namun kemuian bik Sari mengatakan jika selama ini selama Vania berada di rumah ini Salma benar-benar bertindak seperti kepala keluarga yang harus menyiapkan segala hal.
Bik Sari bahkan menambahkan sebelum ada Fillah datang ke rumah sebagai asisten rumah tangga, Salma selalu di suruh untuk mencuci dan menyetrikan baju-baju milik keluarga Vania.
Makanya, bik Sari berkata “Jika bapak taunya bu Salma pengen asisten pribadi karena kelelahan. Iya pasti capek, pak-tapi bukan karena capek ngurusin rumah tapi itu gara-gara bu Vania.”
“Terus apalagi yang Vania lakuin ke Salma?” kata Rafa.
“Banyak, pak. Bu Salma itu sepulang dari kerja atau mau kerja selalu masak dulu. Ya nggak apa-apa sih masaknya tapi kalau masakannnya bu Salma sampe gak di sisain sih kata saya mah agak keterlaluan. Jadinya bu Salma kadang pesan lagi makanan sendiri. Belum lagi anak-anaknya bu Vania itu kan makanya banyak, nah itu kayak cemilan kayak gitunya bu Salma yang beli, pak.”
Rafa semakin menghela nafasnya dalam. Seburuk itu Vania memperlakukan Salma. Entah kehajatan apalagi yang dilakukan oleh Vania pada Salma, Rafa rasanya tidak sanggup mendengarnya.
Bukan karen pengecut tetapi karena Rafa malu pada Salma. Ia yang menyeretnya dalam pernikahan ini akan tetapi dia yang ujungnya membuat Salma terjebak dalam segala masalah yang dilakukan oleh keluarganya.
Rafa memilih untuk ke kamar ibunya saja. Ia melihat ibunya yang berbaring namun tidak menutup matanya.
“Mah,” kata Rafa.
“Bawa Salma keluar dari rumah ini, Fa,” jawab mama Nanda ketika melihat Rafa.
Rafa hanya menganggukan kepalanya lalu menarik kursi ke dekat kasur tempat mama Nanda berbaring. Rafa lalu memegang tangan mama Nanda dengan kedua tangannya.
“Maafin Rafa, mah,” katanya.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Rafa namun, rasanya hanya sejengkal lagi ia mengatakan jika pernikahan mereka ini tak ubahnya seperti pernikahan kontrak saja. Hampir saja Rafa mengakui jika Salma dan dirinya tidak benar-benar saling mencintai dan cerita tentang Rafa yang seingkuh dengan Salma hanyalah sebuah karangan saja.
“Rafa mau bawa Salma ke Kanada, mah,” lanjutnya.
“Bener, Fa?” kata mama Nanda sedikit berbinar.
“Salma mau? Gimana kerjaannya? Selama mama bareng Salma, Salma itu bener-bener sibuk banget pasti pekerjaanya banyak banget.”
“Iya, Rafa bujuk sedemikian rupa. Dari pada Salma disini kesiksa sama mbak Vania yang-“ Rafa tak sampai hati melanjutkan ceritanya.
Apalagi pada bagian makanan yang sering di habiskan dan bagian Salma yang bermake up di dapur sambil masak.
“Syukur-“
Ucapan mama Nanda tertahan karena terdengar jeritan dari luar kamar sana. dan jelas itu jerita Salma. Dan ada sedikit jeritan Vania yang membaluti teriakan-teriakan mereka.
Rafa buru-buru lari dan rupanya, Salma yang baru saja mandi, rambutnya bahkan masih basah, namun memegangi kepala dan terlihat seperti ada darah di tangannya. Salma terlihat duduk di bawah pun dengan Vania.
“Tuh, lihat, Rafa bahkan dia berani mukul mbak pake hardryer.”
“heh, kamu duluan yang mukul pake hairdryer itu. Lagian aku gak mukul kamu, kamu yang mukul diri sendiri terus pura-pura jatuh segala ngapain kamu drama queen!”
Pada saat itu, Vania berniat untuk berbicara lagi dengan Rafa. Vania berniat akan mengembalikan uang milik Rafa yang sempat ia pakai namun, Rafa pada saat itu sedang tidak ada di kamar.
Hanya ada Salma yang memegang hairdryer dan tanpa pikir panjang, Vania merebut hair dryer tersebut lalu memukul Salma sebanyak dua kali hingga kepala Salma berdarah. Namun, menyadari Salma menjerit lalu memegang tangannya dan berdarah.
Secara membabi buta, Vania memukul dirinya sendiri menggunakan hair dryer yang ia pegang lalu ia berpura-pura terjatuh juga.
“Fa, kepala aku berdarah gara-gara kakak kamu!” ucap Salma. Lalu Salma berdiri dan berlari kearah Rafa.
“Tapi dia juga mukul mbak, Fa. Padahal mbak Cuma pengen minta maaf aja sama Salma,” katanya kembali plying victim.
Namun, kali ini Rafa tidak banyak berkomentar. Selepas itu melihat luka di kepala Salma Rafa segera pergi dari kamar tersebut tanpa biacara lagi. Rafa muak dengan kelakuan kakaknya yang memang ia juga ketahui sering playing victim.
Rafa mengambil dompet serta ponselnya, lalu mengambil tas milik Salma. “Kita ke rumah sakit yah, luka kamu cukup besar,” ucap Rafa. “Aku tidak tahu wanita ini memukul kamu sekeras apa tapi aku gak akan tinggal diam.”
Vania kembali berteriak-teriak mengatakan jika ia tidak salah dan Salma duluan yang memukulnya jadi Vania juga memukul Salma balik. Namun, Rafa tidak percaya dengan ucapan kakak kandungnya sendiri.
Kepala Salma pusing setelahnya, terasa seperti berputar. Dan ketika sampai di rumah sakit, kepala Salma mendapatkan jahitan sebanyak tiga jahitan.
Salma cemberut karena rambut indahnya harus di potong di bagian yang luka. Namun, Salma tidak cukup energi lagi untuk mengomel pada Rafa. Sepulang dari rumah sakit, Keduanya tidak banyak bicara terutama Salma.
“Kenapa kesini?” tanya Salma ketika mobil berbelok ke arah rumahnya.
“Hanya tempat ini yang aman.”
“Kamu mau jelasin apa kalau papa aku taaya masalah kepala aku?”
“Aku bakal bilang yang sebenarnya. Gak akan aku tutup-tutupi,” jawbanya mantap.
“Mama-“
“Udah gak usah mikirin mama. Ada bik Sari sama bik Fillah yang jagain. Lagian Vania gak akan berani sama mama.”
Salma diam tidak menjawab lagi. Ia hanya sedang menantikan apa yang akan Rafa katakan ketika tahu Salma yang merupakan anak satu-satunya papa Tio mendapatkan luka separah ini seumur hidupnnya.
Tapi, itu tidak terlalu mengganggu pikiran Salma. Yang paling mengganggu pikiran Salma saat ini adalah bagaimana kehidupannya nanti ketika telah pindah ke Kanada.
Bersambung
Mereka bakalan kebablasan gak yah wkwkw