NovelToon NovelToon
Pernikahan Kilat Zevanya

Pernikahan Kilat Zevanya

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Naaila Qaireen

Zevanya memiliki paras yang cantik turunan dari ibunya. Namun, hal tersebut membuat sang kekasih begitu terobsesi padanya hingga ingin memilikinya seutuhnya tanpa ikatan sakral. Terlebih status ibunya yang seorang wanita kupu-kupu malam, membuat pria itu tanpa sungkan pada Zevanya. Tidak ingin mengikuti jejak ibunya, Zevanya melarikan diri dari sang kekasih. Namun, naasnya malah membawa gadis itu ke dalam pernikahan kilat bersama pria yang tidak dikenalnya.

Bagaimana kisah pernikahan Zevanya? Lalu, bagaimana dengan kekasih yang terobsesi padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naaila Qaireen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

SELAMAT MEMBACA

Zevanya mengusap keringatnya yang membanjiri dahi, sejak tadi ia belum beristirahat sama sekali. Selesai membuat sarapan sang mertua, kini wanita itu menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah. Menyapu, mengepel, membersihkan debu pada meja, lemari, lukisan dan benda hias lainnya yang sungguh menguras tenaga. Walau terbiasa bekerja berat, tetapi Zevanya merasakan kelelahan. Apalagi jam sudah menunjukkan pukul 14:20 dan dirinya belum diberikan kesempatan untuk makan siang. Perintah baru silih berganti datang, tepat ketika ia menyelesaikan salah satu pekerjaannya.

Bibir wanita setengah baya itu menampilkan senyum tipis yang sinis, ia puas melihat gadis yang jauh dari kata menantu idaman melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Ketimbang menjadi menantu keluarga Sanjaya, gadis sederhana dengan tampilan polos terkesan bodoh itu memang lebih cocok menjadi pelayan. Visualnya sangat jauh dan tidak bisa dibandingkan dengan menantu pertamanya yang selalu elegan dan terpelajar.

‘Huh! Entah akan bagaimana pandangan orang-orang jika mengetahui bahwa visual menantu keluarga Sanjaya kualitasnya menurun.’ Nyonya rumah itu menggerutu dalam hati dengan kakinya yang dihiasi heels branded menuruni tangga dengan anggunnya.

Hentakan heelsnya terdengar menggema beradu dengan keramik marmer yang estetik dan berkualitas tinggi. Suara irama ketukan itu membuat Zevanya mengangkat wajah, pekerjaan melap debu hampir selesai.

Ratna berjalan mendekat pada Zevanya, ketika jarak keduanya tersisa 1 meter ia pun berhenti. Tentu tidak sudi berdekatan dengan Zevanya yang berkeringat, penuh debu dan kotoran.

Zevanya dapat melihat tatapan merendahkan dari mertuanya ini, dan itu membuat hatinya merasa miris.

“Selesai pekerjaan yang itu, lanjut bersihkan kolam renang, baru kamu bisa istirahat,” titahnya sama sekali tidak merasa kasihan dengan keadaan Zevanya yang terlihat kelelahan.

Selesai memberikan pekerjaan baru, Ratna berbalik dengan anggunnya. Wajahnya yang datar dan meremehkan saat berbicara dengan Zevanya berangsur biasa. Wanita itu menuju pintu keluar dan menaiki mobil yang dikendarai oleh sopir.

Setelah melihat nyonya rumah pergi, beberapa pelayan menghampiri Zevanya. “Nona Zevanya, biarkan kami yang menyelesaikannya. Anda silakan membersihkan diri dan makan siang.” Sebenarnya sejak tadi mereka ingin membantu, tetapi perintah dari nyonya besar yang menyuruh mereka untuk tidak ikut campur dan membantu, tidak bisa mereka bantah. Padahal ini merupakan pekerjaan mereka.

“Ohw terima kasih, tetapi saya bisa menyelesaikannya.” Zevanya menolak halus, ia tidak ingin karena hal ini membawa masalah baru bagi dirinya dan para pelayan.

Pelayan dapat melihat kekhawatiran Zevanya, “Anda tenang saja Nona, nyonya besar tidak akan tahu. Lagi pula Nona terlihat sangat kelelahan, lebih baik beristirahat,” temannya yang lain mengangguk membenarkan.

Jujur saja, Zevanya merasa sangat kelelahan. Tetapi pekerjaan ini tidak bisa ia abaikan dan memberikan pada pelayan sepenuhnya. Ia merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan karena ini merupakan perintah dari mertuanya.

“Bagaimana kalau kita mengerjakan bersama, biar semuanya bisa selesai dengan cepat.”

“Tapi Nona—“ pelayan ingin menolak, tetapi Zevanya dengan cepat memberikan pengertian.

“Saya merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Lagi pula dengan kita bekerja sama, pekerjaan ini akan cepat selesai.” Akhirnya kedua pelayan itu tidak bisa membantah lagi, mulai bergabung dengan Zevanya yang melap debu. Ketiganya berlanjut membersihkan kolam belakang rumah yang begitu luas.

***

Dikantor, tepatnya di ruangan yang dikhususkan untuk Wira yang mengganti pekerjaan CEO untuk sementara waktu. Pria itu membuang napas, pekerjaan ini tidak ada habisnya. Dokumen datang silih berganti membuat ia muak.

Wira membanting dokumen agar menjauh dari pandangannya, dilepasnya kaca mata baca dan mulai mengurut tulang hidung, berharap dapat meredakan sedikit rasa lelahnya.

Jam telah menunjukkan pukul 9 lewat, pria itu menarik dasinya yang terasa mencekik sejak tadi, kemudian menggulung lengan bajunya sampai siku.

Sejenak ia bersandar pada kursi dengan mata terpejam, bayangkan Zevanya terpatri membuat ia tersenyum. Pria itu membuka mata dan meraih jas hitamnya, bergegas pulang.

“Malam Tuan, apa Anda akan pulang?” sapa sekretaris ketika melihat Wira keluar, pasalnya CEO asli yang tak lain Evrand Viendra Sanjaya akan pulang lewat jam 10 malam. Itu pun rekor pulang tercepatnya, bosnya itu memang sangat penggila kerja membuatnya ikut terseret dan terbiasa.

“Cih, kenapa?! Kau mau menghalangi aku lagi?” sinis Wira, pasalnya ia sudah ingin pulang dari jam 5 sore, tetapi selalu dihalangi oleh sekretaris sang kakak yang terlihat songong.

Sekretaris Evrand yang tak lain Steven melirik jam ditangannya, “Baru jam 9 sore,” gumam pria itu masih didengar oleh Wira, membuat adik dari bosnya mendengus.

Tanpa menghiraukan Steven, Wira melenggang pergi dengan jas terlampir di bahunya. Terlihat sekali kalau pria itu memiliki jiwa yang bebas tanpa ingin terbelenggu dengan tetek-bengek pekerjaan kantor.

Steven menggeleng melihat kelakuan tuan muda kedua Sanjaya. Tidak lama kemudian ia kembali terlihat fokus pada layar laptop, ketidakhadiran Evrand membuat pekerjaannya bertambah walaupun sudah ada Wira yang membantu. Sekretaris yang penuh dedikasi itu, berharap bosnya yang sang penggila kerja segera siuman dari komanya.

Gerbang rumah nan tinggi dan kokoh itu terbuka, memberi jalan pada mobil mewah yang Wira kendarai. Setelah memarkirkan mobilnya di bagasi, pria itu masuk dengan pintu yang telah dibuka oleh seorang pelayan.

Wira berjalan masuk, dengan pelayan masih mengekor di belakangnya. “Apa saja yang istriku lakukan hari ini?” setiap memikirkannya Zevanya, maka bibir Wira akan refleks tersenyum. Mengingat kembali bagaimana wajah merona gadis itu tak kala dirinya tidak sengaja mencuri ciuman pertamanya.

Deg!

Pelayan itu meneguk susah ludahnya, bingung untuk menjelaskan kegiatan nonanya hari ini.

Wira menoleh ke belakang karena tidak mendapatkan jawaban dari pelayan itu. Ia dapat melihat kegugupan yang melanda si pelayan.

“Ceritakan?” katanya tegas. Membuat si pelayan semakin gugup, apalagi Wira berhenti dan berbalik sempurna ke arahnya. Wira merasa ada sesuatu yang terjadi pada istrinya itu.

Pelayan menunduk dalam, “Mmm... begini Tuan, nona Zevanya hari ini banyak melakukan ke-kegiatan.” Kata pelayan itu dengan terbata.

Wira menaikkan salah satu alis, “Kegiatan apa saja?” tanyanya curiga, salah satu alisnya terungkit.

Dengan susah payah pelayan itu menjelaskan apa saja yang dilakukan Zevanya hari ini tanpa dikurangi maupun di tambahi.

“Apa dia yang menginginkan atau ada yang menyuruhnya?” tangan Wira sudah terkepal, ia dapat menebak. Namun, tetap ingin memastikan.

“Aanu Tuan... itu....”

“Katakan dengan jelas!” nada Wira meninggi, membuat pelayan tersentak meneguk ludahnya susah.

“Sebenarnya, nyonya yang menyuruh nona Zevanya untuk mengerjakan semua pekerjaan tersebut.” Ujar pelayan cepat dengan kepala semakin menunduk takut.

Wira mendengus, kemarahan tiba-tiba melingkupinya. Ia berbalik berniat melihat keadaan istrinya, tetapi sebelum melewati tangga ia melihat punggung seseorang yang sangat tidak asing berbaring di sofa ruang tamu.

Wira berjalan mendekat, dan ternyata benar. Zevanya tertidur dengan kepala terlunglai di sandaran sofa.

“Kau menungguku?” bisik pria itu dengan perasaan campur aduk. Tangannya meraih tubuh Zevanya dan menggendongnya ala bridal menuju kamar mereka.

1
Eliermswati
wah keren wira emng bnr klo dah d buang buat ap d pungut lg bkn rmh tangga jd berantakan
Karina Mustika
langsung nikah aja nih..
Naaila Qaireen: Hehehhe, iya kak😅
total 1 replies
Nazra Rufqa
Nunggu dari lama kak, akhirnya ada karya baru... moga sampe tamat ya.
Nazra Rufqa
Mampir kak thor/Smile/
Naaila Qaireen: Siap kak, moga suka🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!