Dalam usaha menghidupkan kembali kota Happiness yang porak-poranda akibat badai dahsyat, David Booker mengusulkan agar mereka mengundang para wanita. Akhirnya dipasangkan iklan di surat kabar. Tak disangka, responsnya luar biasa. Deretan mobil yang melaju menuju kota Happiness membuat David benar-benar kaget, hingga ia terjatuh dari menara. Untung saja salah seorang pendatang itu dokter, Dokter Kendall Jenner yang manis dan menawan...
Namun, David gagal memberikan kesan pertama yang baik kepada Kendall, satu-satunya dokter yang kini mereka miliki di kota itu.
Mampukah David meluluhkan hati dan meyakinkan Kendall agar tetap tinggal di Happiness...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Devoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 17
"Jadi kapan kamu kembali?" tanya Cara
"Segera setelah mobilku diperbaiki. Percaya tidak, mobilku mogok tepat saat aku berusaha kabur?"
"Sulit dipercaya," sahut Cara curiga
"Tapi David bilang ia akan menyuruh orang memeriksa. Jadi kalau kerusakannya ringan, aku bisa pulang hari ini. Paling lambat besok."
"David?" bingung Cara. "Oh, Tuan berdagu belah?"
Kendall tertawa. "Yeah. Ia menungguku di bawah, jadi kurasa sebaiknya aku tidak berlama-lama. Semua baik-baik saja kan, di Denville?"
"Sangat baik," kata Cara riang. "Setidaknya kau merencanakan perjalanan di waktu yang tepat."
Kendall mengerutkan kening. "Maksudmu bagaimana?"
"Aduh... kukira kau sudah tau."
"Tahu apa?"
"Maaf aku harus menyampaikan, tapi ada pengumuman pertunangan di koran hari ini. Mantan tunanganmu dan pacarnya akan segera menikah."
Seolah perutnya habis ditendang. Kendall mempererat cengkraman ponsel. "Dia... bertunangan?" Kepala Kendall pening. Ia mencengkeram pagar menara agar tubuhnya tidak terjatuh.
"Kendall, apa kau baik-baik saja?"
Kendall membasahi bibirnya, berusaha bersuara. "Yeah. Aku baik-baik saja. Hanya saja aku tidak... maksudku, ini begitu cepat..."
"Mungkin si brengsek itu memberikan cincin yang kau kembalikan padanya."
"Lempar..."
"Apa?"
"Sebenarnya aku melempar cincin itu kepadanya."
Cara tertawa. "Itu baru temanku."
Kendall ikut tertawa dengan getir. "Wah aku benar-benar bisa memulai perkelahian dengan mereka."
"Semua itu bisa terjadi kepada siapa pun. Jangan menyalahkan diri. Mungkin sebaiknya kau tinggal dulu di sana beberapa hari sebelum kembali, untuk menjernihkan pikiran."
"Hei!"
Kepala Kendall menoleh mendengar sayup-sayup suara itu. David.
"Kau baik-baik saja di atas sana?"
"Sudah dulu. Terima kasih atas nasihatmu, Cara." ucap Kendall ke ponsel
"Sama-sama. Hati-hati."
Kendall memutuskan sambungan telepon, lalu kembali mengitari pelataran menuju tangga dan melihat ke bawah.
David melambai kepadanya.
"Yeah. Beberapa menit lagi aku sampai." Seru Kendall
"Santai saja," balas David "Di bawah ini aku bersennag-senang dengan serangga." David memukul-mukul udara seperti kincir angin sampai hampir terjatuh dari kruk.
Kendall tersenyum dan hatinya... sedikit membaik. Lalu ia mengingatkan diri bahwa David Booker hanya berusaha menebus kata-kata tentang dirinya kemarin.
Tentang kisah cintanya yang menyedihkan, yang sebetulnya benar, bahkan lebih dari yang diketahui oleh pria itu.
Kendall berbalik dan cepat-cepat memeriksa akun e-mail. Satu-satunya pesan penting dari mantan bosnya, Dokter Amanda, yang menyampaikan besarnya rasa kehilangan mereka atas dirinya di tempat praktik dan mengingatkan bahwa pintu mereka selalu terbuka kalau Kendall ingin kembali. Senang juga mengetahuinya. Kendall tidak membalas, hanya menyimpan e-mail itu.
Ia mulai berjalan menuju tangga, lalu teringat baju yang tertinggal dan kembali mengambilnya. Karena takut gerakannya terhalang jika membawa menggunakan tangannya, ia memutuskan untuk memakai baju itu dan menggulung lengannya, lalu mulai turun.
Perjalanan turun rasanya lebih cepat, dan tiba-tiba saja anak tangga menara sudah habis. Rencananya Kendall akan melompat ke tanah, tapi mendadak sebuah lengan kokoh melingkari pinggangnya dan menurunkannya ke tanah. Ia berusaha melepaskan diri dari David Booker secepat mungkin, tapi gesekan seluruh tubuh mereka tak terelakkan.
"Hei, itu bajuku," seru David
"Kupikir juga begitu," sahut Kendall sambil berusaha melepaskannya dari tubuh.
"Simpan saja. Kau cocok memakainya," kata David sambil mengibaskan tangan.
"Terlalu besar untukku."
"Kelihatan... menarik," tukas David sambil mengulurkan tangan untuk mengambil bunga kecil dari sela rambut Kendall. "Di atas berangin, ya?"
"Yeah," sahut Kendall, darahnya berdesir karena sentuhan David. "Bunga apa itu?"
"Laurel gunung," David menjawab sambil mengembalikannya kepada Kendall. Bunga itu tampak seperti payung kecil di telapak tangan Kendall. "Banyak tumbuh di pegunungan ini."
"Cantik," bisik Kendall. "Seperti pemandangan di atas sana."
David mengangguk. "Manakjubkan, bukan?" Apa kau mendapat sinyal di atas?"
"Yeah. Aku berhasil menelepon dan memeriksa pesan."
"Semua baik-baik saja?"
Kendall mendongak, apakah ekspresi di wajahnya tampak jelas sedang emosional. "Tentu," bohong Kendall.
Mata David menyipit sedikit, tapi ia tidak bertanya. "Siap untuk pulang?"
"Yeah. Aku ingin bicara dengan mekanik tentang mobilku."
"Baiklah, ayo." David memimpin jalan kembali ke ATV.
"Kau sangat mahir menggunakan kruk." Komentar Kendall
"Ini bukan pengalaman pertamaku." Sahut David sambil tertawa.
Kendall mengatupkan bibir, berpikir apakah harus bertanya lebih jauh. Ia takkan tinggal lama di sini untuk peduli pada kehidupan David.
"Aku melihat bekas luka serpihan meriam saat memeriksa tungkaimu."
David tidak menjawab dan sulit menafsirkan ekspresinya.
"Di angkatan apa kau dulu bertugas?" Desak Kendall
"Angkatan Darat."
"Irak?"
"Afganistan."
"Aku prihatin mendengarnya," gumam Kendall
"Aku tidak. Aku bangga pernah kesana."
"Aku yakin begitu," ujar Kendall. "Maksudku, aku ikut sedih atas apa yang sudah kau alami."
"Memang buruk." David menyetujui. "Tapi tidak seburuk yang harus di hadapi orang-orang yang tinggal di sana. Setiap hari aku bersyukur karena hidup di negeri ini."
"Yeah. Kau benar," sahut Kendall, yang tambah menghargai eratnya hubungan David Booker dan kakaknya dengan pegunungan ini. Ia melihat sesuatu yang berkilau di sela-sela tanah dan daun di dekat kaki, lalu berjongkok untuk memeriksa.
"Apa yang kau temukan?" tanya David, berhenti.
Kendall menyingkirkan serpihan dan menggunakan jari untuk menarik benda tertutup tanah yang menempel pada seutas rantai.
"Jam tangan," ucap David sambil tersenyum. "Matamu tajam."
"Pasti ada orang yang tidak sengaja menjatuhkannya waktu berjalan ke sekitar sini." Kendall menyerahkan benda itu ke David.
"Mungkin," sahut David sambil menyingkirkan tanah dan mengamati benda itu dengan lebih seksama. "Atau jam ini terbawa kesini oleh badai. Setiap hari kami menemukan benda yang tercecer akibat badai. Perhiasan, perabot, perkakas, kadang-kadang bahkan foto."
"Apa mungkin kita menemukan pemiliknya?"
David tersenyum. "Bisa kita coba. Sudah saatnya kau berkenalan dengan Kolonel Molly. Ayo."
Sepanjang perjalanan pulang ke bawah dengan ATV, Kendall berusaha menjauhkan diri dari punggung bidang David, tapi gravitasi membuat tubuh mereka justru menempel. Ia tidak ingin menikmati sentuhan apa pun yang ada di tubuh pria ini, atau pria mana pun.
Kendall tidak pernah punya waktu untuk berkencan saat masih kuliah kedokteran atau selama masa PTT. Ia terbiasa makan dan tidur sendirian. Kembali terbayang semua kenangan-kenangan saat ia masih bersama dengan sang mantan tunangan. Dari awal pertemuan, hingga kejadian yang membuat mereka berpisah.
Tiba-tiba tangan David menangkap tangannya. "Kau baik-baik saja?" tanya pria itu dari balik bahu.
Secara spontan Kendall menarik tangan dari bawah tangan David. "Aku baik-baik saja." sahutnya, lebih ketus daripada yang ia inginkan.
Dikhianati oleh orang yang kau percayai sepenuhnya secara terbuka itu sangatlah menyiksa. Tapi yang lebih buruk adalah bahwa ia tidak bisa mempercayai penilaiannya sendiri terhadap pria. Mereka semua memiliki sisi yang akhirnya akan terkuak.
Setelah beberapa menit, jalanan itu menjadi rata dan atap asrama mulai terlihat.
David mengarahkan ATV kembali ke tempat parkir dan mematikan mesin. Kendall melompat turun, lega bisa menjauh dari pria itu. Tapi otaknya masih berputar dan tangannya gemetar karena pemberitahuan Cara, membuatnya kesulitan melepas kaitan helm.
"Mari kubantu." tawar David
Kendall menolak, tapi David menyingkirkan jemarinya dan sambil bersandar ke kruk dengan kedua siku, melepas kaitan helm dengan cekatan. Kendall menghindari kontak mata dengan menatap belahan dagu pria itu.
"Terima kasih sudah mengantarku." Kata Kendall kaku, sambil melepas helm.
"Sama-sama, Bu Dokter Kecil." David mengangkat dagu Kendall dengan satu jari. "Apakah sesuatu terjadi saat di menara tadi?"
Suaranya terdengar lembut, tapi Kendall mengingatkan diri bahwa pria itu hanya merasa iba kepadanya. Padahal David mengakui di depan kakaknya bahwa ia mencium Kendall hanya karena belas kasihan.
...****************...
kendall udah balik ga usah buru2 juga 😅
Beneran End ya K Devoy🥺Semoga sukses dgn karirnya d Real,sehat sllu dan jgn lupa tengok2 rumah halu kita ya kk,love youuu k dev😘😘😘
hayuu David bilang I lope yu atuuuh meuni susyaaah...
eta baju d kamanakeun atuuh,pasti d alungkeun kamana karep🤦♀️🤣🤣🤣
kuy semangat nyatakan cinta David,hanya itu yg bisa membuat Kendall menetap d happinese....
Cara kayanya orang yg sama,dy mantan Harry yaa??
knpa Cara sampe pergi dan meninggalkan Harry?
kabooooor🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️🚴♀️
Terima kasih banyak untuk karyanya, semoga akan hadir karya² yang baru. Semangat berkarya dan semoga sukses selalu ❤❤