NovelToon NovelToon
Dihamili Musuh Abangku

Dihamili Musuh Abangku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Bara tak menyangka bahwa ią menghabiskan malam penuh gelora dengan Alina, yang ternyata adalah adik kandung dari musuhnya di zaman kuliah.

"Siaap yang menghamili mu?" Tanya Adrian, sang kakak dengan mulai mengetatkan rahangnya tanda ia marah.

"Aku tidak tahu, tapi orang itu teman kak Adrian."

"Dia bukan temanku, tapi musuhku." cetus Adrian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nurut Atau Gue Cium?

Bara menunjuk pada bibir Alina yang saat itu begitu menggoda ingin ia rasakan lagi, dimalam yang penuh gelora itu seakan tak kan pernah ia lupakan.

Berbeda dengan Alina yang kini wajahnya terlihat memerah karena ucapan Bara yang begitu blak-blakan mengatakan keinginannya itu.

Apalagi Bara mengatakan hal itu tepat dihadapan Nova, teman kuliahnya. Alina mendelik tajam ke arah Bara dengan tatapan kesalnya.

Amarah bercampur malu itu yang Alina rasakan, nafasnya terdengar berat saat ini. Nova pun terlihat senyum-senyum melihat keduanya.

"Kalian sepertinya cocok juga." Timpal Nova dengan seruan nya.

"Gak mungkin....."

"Tentu saja." Jawab Bara spontan.

Namun tidak dengan Alina yang terdengar kesal dengan calon suaminya itu, sungguh ia melihat Bara yang seumuran kakaknya itu sikapnya jauh dari kata dewasa.

Dan Alina menjadi jengah pada Bara, belum lagi temannya itu seolah menggodanya dan langsung setuju saja melihat ketampanan Bara.

"Setidaknya dia tampan, dan Lo gak akan kecewa punya suami macam dia. Pasti anak kalian nanti juga keren lah....." Bisik Nova ditelinga Alina.

Namun sialnya bisikan nya itu sampai juga ditelinga musuh kakaknya, Nova memang sengaja berbisik tapi dengan suara yang sedikit kencang.

"Terima kasih atas pujian nya, memang gue tampan seperti yang kamu bilang. Oiya siapa tadi nama Lo?"

Alina yang mendengarnya merasa kupingnya terasa gatal, bahkan ia berulang kamu mencibir pada pria yang begitu kepedean.

"Nova kak, itu nama gue." Tukas Nova dan mereka berjabat tangan.

"Oke Nova, sekarang gue akan ngajak calon istriku pulang." Ucap Bara.

"Ciyeeee sekarang udah pakai acara jemput-jemputan segala." Sindir Nova dengan tawanya yang renyah bak gorengan tahu krispy.

"Tentu saja, kan sebentar lagi kita akan merit." Jawab Bara.

"Pokoknya kabari ya kak? Undangannya juga."

"Iya beres,"

Keduannnya sibuk bercakap-cakap, Alina hanya diam seraya tatapannya sibuk menatap arloji ditangannya.

"Ya udah silahkan kak Bara bawa Alina pulang." Seru Nova yang selalu riang.

Kini tatapan Alina tertuju temannya, ia seolah mengkode Nova bahwa ia ingin pulang dengan temannya itu saja ketimbang Bara. Melihatnya Nova tahu bahwa Alina masih belum terima ini semua.

Sangat wajar bagi Nova, mengingat temannya itu masih mencintai Bram, apapun kesalahannya. Dan Alina juga butuh waktu untuk melepaskan rasa cinta itu.

"Lebih baik aku pulang bareng Nova saja, kebetulan kami ada tugas." Bohong Alina yang ingin menghindari pulang dengan Bara.

"Benar begitu?" Tanya Bara, namun ia hanya menatap tajam pada teman Alina.

Nova tentu saja kebingungan akan menjawab apa, karena memang mereka tidak ada tugas seperti yang dikatakan Alina baru saja.

"Itu...itu..." Gagap Nova mulai memikirkan sesuatu.

Dari jarak dekat Alina bahkan sudah geram sendiri melihat ekpresi temannya yang sedang kebingungan.

Namun Bara tahu itu adalah akal-akalan Alina saja, lalu ia tiba-tiba merengkuh tubuh calon istrinya. Netra terang itu membeliak akan perbuatan Bara, dengan seenak nya Bara memeluk pinggangnya.

"Kak, lepas...." Seru Alina mulai tak nyaman dan berontak.

Karena pergerakan Alina terpaksa mendekatkan tubuhnya lagi kian dekat, lalu ia membisikkan sesuatu ditelinga Alina.

"Kalo Lo gak mau ikut terpaksa gue harus cium Lo Alina didepan teman Lo, apa ini yang kamu mau?"

Deg

Hati Alina berdebar, sorot mata galak tadi kini berangsur memudar dan menjadi satu, Alina mengeleng tanda tak mau.

"Ja_jangan kak....." Pinta Alina merajuk.

"Baiklah untuk itu turuti gue, sayang....."

Tanpa sengaja Alina memperhatikan Bara, wajah keduanya kian berdekatan. Bara hanya menatap wajah cantik Alina terutama ia fokus dibibir pink gadis itu.

Alina yang sadar bahwa Bara menatap bibirnya lama, ia mulai tak enak hati. Alina takut bara akan nekat berbuat yang tadi ia katakan, lebih baik ia menurut saja.

Ketimbang ia malu dihadapan Nova, terlebih lagi satu teman kampusnya yang bisa saja melihat mereka. Apa kata mereka nantinya?

Tidak Alina tidak mau sampai itu terjadi, ia pun memalingkan wajahnya dari pria yang terkesan memaksa.

"Baik, aku akan ikut kak Bara pulang." Jawab Alina terpaksa, di iringi helaian nafas panjang.

Mendengar keputusan yang diinginkan Bara, ia menarik sudut bibir nya.

"Terima kasih sayang, ayo kita pulang." Lirih Bara dengan nada sangat lembut.

"Nova aku pulang dulu ya, Lo pulangnya hati-hati ya?" Ucap Alina.

"Iya Lo tenang aja, pokoknya beres."

Setelah acara pamit dan cipika cipiki, Alina pun pergi dengan keterpaksaan bersama Bara, pria itu pun terlihat membukakan pintu mobil untuk Alina.

"Thanks...." Ucap Alina basa-basi setelah Bara membukakan pintu mobil.

Alina duduk disamping bara yang kini mengemudikan mobilnya, wajahnya terlihat tak menyenangkan dan Bara bisa menangkap sinyal itu.

"Kenapa gak suka calon suami tampannya ini menjemputmu?"

"Tampan?? Seprtinya kak Bara punya penyakit kepedean ya?"

Bara terkekeh. " Bukan kepedean tapi memang kenyataan, gue tampan. Yang jelas lebih tampan dari mantan Lo itu, si Bram." Jawab Bara seolah ia menyindir Alina lewat Bram.

"Jangan bahas namanya lagi." Seru Alina kesal dengan memalingkan wajahnya.

Dan Alina pun sebenernya mengakui bahwa pria itu lebih tampan dari Bram, tapi modal itu saja tidak cukup bagi Alina. Dan kenyamanan serta cintalah yang ia butuhkan.

"Lagian kenapa sih kaka Bara pakai acara jemput segala. Aku bisa pulang sendiri tau, lagi pula ada Nova juga yang bisa mengantar aku." Sungut Alina.

Bram yang tadinya sedang sibuk mengemudikan mobilnya kini memutuskan melakukan mobilnya cepat dan meminggirkan kereta mewahnya itu ditempat yang sepi.

"Kenapa berhenti disini." Seru Alina.

Bram memukul stir mobil nya dengan cukup keras dan menyentak, Alina terkejut. Mata Bram yang awalnya terlihat tenang seolah kini menatap tajam pada Alina.

Alina langsung terdiam, lidahnya kelu seolah ia tak bisa bicara. Melihat ekpresi garang itu Alina sedikit takut.

Bram melepaskan seat belt nya, ia menoleh pada Alina, melihat itu Alina diliputi kecemasan sekaligus ketakutan yang menimpanya.

"Kak....kaka Bara mau apa??" Gugup Alina dengan wajah sudah memerah padam.

Terlebih Bara mendekatkan tubuhnya mendekat pada dirinya yang masih posisinya menoleh pada Bara.

Semakin Bara memajukan dirinya, semakin Alina memundurkan badannya hingga terpentok pada badan mobil. Jantungnya terdengar ramai bergejolak menari-nari jika Bara bisa mendengarnya. Gugup yang Alina rasakan.

"Kak Bara, kamu mau apa? Jangan buat Alina takut."

Masih saja Bara diam tak menjawab celotehan bahkan sejumlah pertanyaan Alina yang terkesan mencecarnya.

"Kak jangan macam-macam ya?" Kini Alina memberanikan berseru di depan wajah Bara yang kian mendekat hendak ingin menciumnya.

Mata Alina sontak terpejam ketika bibir Bara akan mendekat padanya, Bara yang melihat itu menipiskan senyumannya.

Klik

Suara bunyi seat belt membuat atensi Alina segera membuka kelopak beningnya, ia menatap Bara yang tersenyum padanya. Saat itu Alina baru paham bahwa Bara tadi memajukan tubuhnya untuk memasangkan nya seat belt.

"Kenapa diam? Kamu kira aku akan menciummu? Atau kamu yang sebenarnya pengen dicium?" Goda Bara dengan posisi masih berdekatan dengan Alina.

Rasanya Alina sungguh malu, wajahnya bagai udah rebus saja, manalagi tadi ia sempat memejamkan matanya saat Bara akan menciumnya.

Belum lagi kini pria itu terkesan menggodanya, ia saking gugup dan kesalnya dijemput Bara sampai tak memperhatikan dirinya yang belum mengenakan seat belt nya.

"Gak mungkin, siapa bilang aku pengen hal itu.....lagian kak Bara itu nakut-nakutin aja sih. Alina pikir kak Bara marah." Celoteh Alina kesal.

Bara seolah mendengar detak jantung Alina yang menari kencang, ia pun memundurkan badannya dan kembali pada posisinya.

"Kenapa kamu nyesel aku ternyata cuma pasangin seat belt ya?" Tebak Bara.

"Gak...." Ketus Alina galak.

"Emang sengaja aku jemput kamu supaya si kutu kumpret itu gak ganggu kamu lagi." Ucap Bara pada akhirnya jujur mengakui alasan sebenarnya.

Paham yang dimaksud kutu kumpret itu Bram, Alina hanya mengerucutkan bibirnya. Memang akhir-akhir ini mantan kekasihnya itu sering memaksanya untuk betemu dan berbicara. Alina sampai merasa tak enak hati jika sampai Naura tahu mereka masih saja bertemu.

"Dia itu kan adik kamu?"

"Masa bodoh, dia dan ibunya itu hanya benalu yang selalu menempel pada ayahku." Cetus Bara.

"Satu hal lagi dia bukan adikku, paham." Nada Bara barusan seolah pria itu begitu membenci Bram dan ibunya.

Dan Alina bisa menangkap kalimat yang barusan aja meluncur dari mulut Bara. Namun Alina malas untuk bertanya penyebab Bara tidak menyukai mereka, ia tak mau ikut campur ke dalam urusan keluarga mereka lebih dalam.

Walaupun nantinya Alina akan masuk kedalam keluarga Robert, namun ia hanya ingin mencari amannya saja tak mau mengusik atau ikut campur ke dalamnya.

"Kak, boleh Alina tanya sama kak Bara?" Tanya Alina sedikit ada keraguan setelah mengatakannya.

"Apa itu?"

"Kenapa kak Adrian membenci kak Bara, sebenarnya masalahnya apa?" Tanya Alina penasaran.

"Ehmmm gue males inget-inget lagi." Jawab Bara yang mulai melupakan kata aku dan kamu, ia menjadi malas jika mengingat kejadian yang sudah lama itu.

Bara hanya memakai kata aku dan kamu jika hanya bersama Alina saja, itu karena ia melihat cara logat Alina yang santun, bahkan terhadap teman sepantar nya saja ia tak memakai bahasa gaul anak jaman sekarang.

"Tapi Alina....."

"Kita pulang Alina." Potong bara tanpa ingin menjawab, bahkan terkesan pria itu ingin menghindar pertanyaan yang Alina ajukan tadi.

"Kak...." Rengek Alina yang ingin tahu detail permasalahan kakaknya dan Bara.

"Gue akan cerita kalo kita udah merit."

"Kak..." Protes Alina melebarkan matanya, seolah tak setuju.

"Cukup Alina, nurut apa gue cium lo."

"Kak Bara, kenapa sih selalu ngancem?"

Cup

Belum sempet Alina meneruskan kalimatnya, Bara sudah start mencium bibirnya dan itu lama sekali. Mata Alina terbuka lebar ketika benda lunak itu sudah mampir ditempat milknya. Namun tanpa pergerakan sama sekali, hanya menempelkannya saja.

1
اختی وحی
kalimat ny salah thor, harusnya bukan semalam. tpi malam itu.. krn kejadian ny sudah sebulan lalu
dindaaurora: ok nanti saya cek lagi kak
total 1 replies
vita
suka sm jln ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!