Alexa Alvarez, seorang gadis yang tomboi, ceria, ahli bela diri, jenius tapi sangat ceroboh.
Javier Hernandez, tunangan asli Alexa yang belum pernah ditemuinya, Zaidan Hernandez, pria datar, kejam dan arrogan, Dia CEO ZH, Crops, yang juga Paman Javier, dan pria yang tidak sengaja tidur dengan Alexa.
Sampai suatu saat, Alexa salah mengenali, Zaidan sebagai tunangannya dan Javier sebagai CEO ZH, Crops.
Kisah mereka pun dimulai, antara Alexa, Zaidan dan Javier yang salah target.
Bianca, adik sepupu dari Javier, musuh dalam selimut Alexa.
Bianca orang yang hidup kembali, jadi Dia tahu cerita selanjutnya, yang selalu berusaha untuk membunuh Alexa agar bisa menjadi Nyonya besar Hernadez.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vhiy08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab17 Hukuman untuk Laras
"Brengsek! Bangsat!" Teriak Zul yang terus memukul samsak itu dengan penuh emosi.
"Berani-beraninya wanita ular itu menghina kak Lexa..." Ucapnya lagi sambil terus meninju samsak itu dengan emosi yang meluap-luap.
"Jika saja gue gak terikat janji, sudah gue robek mulut busuknya itu." ! Ucap Han sambil terus menembak papan target yang menjadi fokus tembaknya.
"Akh!!!" Teriaknya dengan terus menembak papan target dengan beruntun hingga membuat papan itu hancur karena tidak cukup kuat untuk menahan bidikan Han yang beruntun.
"Akan gue robek mulut busuknya itu!!! Mulut kotor itu tidak layak menyebutkan nama Kak Lexa!" Ucap Zio sambil terus memainkan samurai ditangannya, ruangan yang semula indah dan rapi itu seketika menjadi berantakan terkena sabetan pedang Zio untuk melampiaskan emosinya.
"Kalau gue ketemu lagi ular tua itu, akan gue libas habis Dia..." Ucap Zio sambil terus menebas dengan lincah.
"Kakak peri... Hik... Hik... Hik... Mereka tega sekali sih menyebut Kak Lexa dengan imej kotor, saat ini gue ngerasa enggak guna, karena enggak bisa melindungi nama baik kak Lexa." Ucap Axel disela Isak tangisnya sambil terus menyeka air matanya yang terus bercucuran dengan tisu lalu membuangnya sembarangan.
Axel, Tuan muda yang paling berhati lembut, namun sangat jago dalam strategi dan obat-obatan.
Dibalik sikapnya yang manja, Dia sangat kuat dalam merancang suatu rencana dan strategi.
"Sudah... Lo jangan nangis terus... Lihat mata Lo itu sudah segede jengkol..." Ucap Zio menenangkan sambil menyodorkan kotak tisu pada Axel sambil melihat sekelilingnya yang tampak berantakan karena penuh dengan tisu bekas.
####
Beberapa saat yang lalu, setelah dirasa puas melampiaskan emosi mereka masing-masing.
Han dengan latihan tembaknya, Zul dengan boxing nya, Zio dengan samurainya, dan Axel dengan laptopnya.
Mereka semua sama-sama berusaha melampiaskan emosinya dengan memperkuat diri.
"Kalian tahu, gue bener-bener enggak rela jika sampai Kak Lexa menikah dengan pria pecundang itu, gue takut kehidupan rumah tangga mereka akan selalu ada badai karena punya mertua kayak lampir." Ucap Zio sambil memukul tangan sofa yang didudukinya karena kembali merasa emosi.
"Gue juga gitu, tapi kita enggak bisa berbuat apa-apa, itu sudah satu kewajiban dan terikat janji, jadi Kak Lexa, enggak bisa nolak," Timpal Zul lesu.
"Walau Kak Lexa jadi menikah dengan Javier, gue akan tetap menjadi pelindung nya, bila perlu gue mau jadi bodyguard pribadi Kak Lexa walau tanpa dibayar." Sahut Han dengan suara yang bergetar, ada rasa cemas yang terdengar dari suaranya.
"Gue rasa itu bukan ide yang buruk... Dengan adanya kita berempat langsung sebagai pelindung kak Lexa, kita akan lebih tenang." Sahut Zio dengan disetujui oleh Axel dan Zul.
"Gue akan pantau mereka lewat ini." Ucap Axel dengan senyum liciknya sambil menunjukkan laptop kesayangannya.
"Untuk saat ini, gue sudah menghubungi Mami dan Papi, buat menarik dukungan dari keluarga Walker." Ucap Zio datar.
"Gue juga sudah hubungin Mama dan Papa, untuk menarik kembali modal yang sudah kami tanam pada perusahan yang saat ini dikelola oleh Lampir itu, gue ingin lihat, jika Dia bangkrut, apa Dia masih bersifat angkuh, dan tetap sombong begitu." Ucap Han.
"Gue sudah menyelidiki siapa Bianca," Ucap Axel sambil melemparkan selebaran yang berisi semua sikap dan apa saja yang terkait dan terlibat dengan rumah mereka.
"Dan juga sedikit membocorkan rahasia perusahaan mereka, anggap saja ini sebagai kompensasi yang harus mereka bayar untuk Kak Lexa," Ucap Axel sambil tersenyum miring.
"Bagus... Sekarang kita hanya tinggal menunggu kabar baiknya," Ucap Zio lalu beberapa saat kemudian tampak mereka mulai sibuk dengan laptop ditangannya.
"Eh... Eh tapi kalian merasa ada yang aneh enggak melihat sikap Kak Lexa tadi?" Tanya Axel yang memancing rasa kepo ketiga temannya itu.
"Iya... Mengapa ekspresi wajah Kak Lexa, sepeti Orang yang bingung, ini beneran atau hanya perasaan gue saja," Ucap Zio sambil menyentuh dagunya.
"Menurut gue juga gitu," Timpal Zul menguatkan dugaan Zio.
"Sepertinya ada yang salah... Ini bukan sifat kak Lexa." Lanjut Han mengetuk-ngetuk kan jarinya di sofa yang didudukinya.
Setelah itu, ruangan itu tampak hening, keempat Tuan muda itu tampak hanyut dalam fikiran mereka masing-masing.
*
*
*
"Apa yang telah kalian lakukan?" Tanya Darren lagi sambil menatap Laras yang tampak terdiam dan menundukkan kepalanya.
Sedangkan Dirga hanya menatap itu dengan wajah yang menahan emosi, sedikit banyak dirinya sudah dapat menebak apa yang telah terjadi di sana saat dirinya dan Darren sedang memastikan kondisi Alexa.
"Laras..." Panggil Darren datar pada menantunya itu.
"Apa lagi yang telah Kau lakukan? Apa kau memprovokasi Javier?" Tanya Darren.
"Tidak... Aku tidak memprovokasi nya, aku hanya mengatakan pendapatku saja..." Ucap Laras membela diri.
"Apa pendapatmu itu... Coba katakan lagi," Ucap Darren lagi sambil berusaha mengendalikan emosinya.
"Aku hanya mengatakan jika gadis itu bukanlah pilihan yang tepat untuk menjadi tunangan Javier," Sahut Laras ragu-ragu.
"Sepertinya keputusan ku untuk membawamu kembali tinggal di mansion utama harus aku pertimbangan kembali," Ucap Darren lagi datar.
"Jangan, Dad... Aku mohon... Tolong juga bujuk juga Kenzo untuk membatalkan hukumannya..." Ucap Laras ketakutan dan penuh dengan permohonan sambil menangkupkan kedua tangannya didepan wajah nya.
"Apakah menurutmu aku ini bodoh hingga tidak tahu apa yang sudah kau katakan tentang gadis itu? Aku hapal betul dengan sifat mu itu." Ucap Darren lelah.
"Aku mengatakan yang sebenarnya Dad, dia memang tidak pantas untuk Javier, jika Dia masih nekad untuk melanjutkan pertunangan ini, hanya akan membuatnya semakin tertekan." Ucap Laras.
"Seperti diriku, walaupun suamiku seorang pengusaha terkenal, mereka tetap akan memandang ku rendah dan sebelah mata, hanya karena aku berasal dari kelas bawah. Aku tidak ingin ada gadis lain lagi yang ikut merasakan nasib seperti ku, dan sakitnya dibully." Ucap Laras lagi dengan terus terang,
"Aku tahu seperti apa posisi Laras. Itu semua karena kesalahanmu sendiri, dari awal kami sudah menawarkan yang terbaik, tapi kau menolaknya, karena kau menganggap itu akan menyusahkan saja, jadi jangan kau samakan mereka dengan dirimu." Ucap Darren sambil menghentakkan tongkat kayu yang ada ditangannya.
"Ya... Hanya karena aku bekas pelayan Mommy, sesuka hati mereka merendahkan dan menghina juga mempermainkan aku, dengan susah payah aku berjuang untuk sampai ke posisi ini, aku tidak ingin dihina kembali hanya karena menantuku yang berasal dari kelas yang sama dengan aku dilu." Sahut Laras sambil mengepalkan tangannya.
"Jangan sombong kau Laras! Kau ingat betul apa yang sudah kau lakukan saat itu, hingga kau bisa menduduki posisi Nyonya muda di keluarga ini, hanya karena anakku merasa berhutang budi Dia selalu mengalah dan diam saat kau bersikap semau mu." Ucap Darren lagi dengan geram hingga membuat Laras terkejut dan langsung terdiam.
"Mengapa? Apa kau kira aku tidak tahu apa saja yang telah kau lakukan pada putra bungsu ku?" Tanya Darren tersenyum miring.
"Aku diam saja karena masih memandang Javier, tapi, jika kau terlalu menekannya, aku bisa bersikap tegas, hutang budi itu sudah lama lunas," Ucap Darren lagi.
"Mengapa Daddy membela hadis itu, atau jangan-jangan gadis itu adalah cucu dari wanita Daddy?" Tanya Laras semakin menggila.
"LARAS!!! JAGA BATASAN MU SEBAGAI MENATU DI KELUARHA INI!!! Batas kesabaran ku hampir habis, kau jangan selalu menantangnya!" Teriak Darren dengan emosi.
"JAGA MULUT ANDA NYONYA...!!! WALAU BAGAIMANAPUN, ALEXA TETAPLAH PUTRIKU! DALAM DARAHNYA MENGALIR DARAH KELURGA ALVAREZ! Perlu anda tahu Nyonya! Jika, Putriku gadis yang murni, jadi, jika Anda belum mengenalnya dengan baik, maka anda tidak berhak dan jangan merendahkannya!" Ucap Dirga sambil bangkit dari tempat duduknya sambil menunjuk wajah Laras yang tampak memucat dengan tubuh yang bergetar.
Ini kali pertama mertuanya itu membentaknya, selama ini, apapun yang dilakukannya, pria paruh baya itu selalu diam dan selalu memaafkannya.
Karena itulah, dirinya semakin semena-mena dan sombong di mansion itu.
Bahkan, Kenan suaminya saja selalu di tentang nya, dan Kenan selalu diam dan mengalah, hingga pada puncak masalahnya malam kelam itu.
Karena itulah, Laras selalu menganggap semua orang dibawah kendalinya. Hanya pada Kenzo lah dirinya akan menghindar, karena pria itu bukan orang yang mudah dipengaruhi nya.
"Alexa belumlah tentu setuju untuk menjadi menantumu, jadi untuk mengantisipasi hal ini terjadi lagi, mulai sekarang kau tidak diperbolehkan menghadiri setiap acara keluarga, dan keputusan Kenzo akan aku pertimbangan kembali." Ucap Darren lelah.
"Dirga... Maafkan kelancangan menantuku, tapi, keputusanku untuk menjodohkan putrimu dengan keluarga Hernandez tidak bisa aku batalkan dan akan tetap berjalan." Ucap Darren dengan suara yang penuh penyesalan.
"Aku harap kau bisa memaafkan apa yang telah terjadi hari ini, dan kita akan tetap menjadwalkan kembali acara ini dilain hari, setelah suasananya kembali tenang. Kau tenang saja, keluarga Hernandez tidak kekurangan pria." Ucap Darren dengan bijaksananya.
" Dan sebagai kompensasi atas aoa yang terjadi hari ini, kontrak kerja sama pembangunan tanah di Utara itu akane kadi milikmu," ucap Darren lagi sambil melambaikan tangannya pada sang asisten untuk menyerahkan mam yang sudah Dia persiapan sebelumnya.
"Maaf, Tuan Hernandez... Aku tidak membutuhkan ini sebagai kompensasi atas putri ku," Tolak Dirga.
"Sudahlah tidak apa-apa, Tuan Darren... Tapi, aku mohon tolong kendalikan mulut menantu Anda ini, walau bagaimanapun darahku mengalir ditubuh Alexa, jadi jika ada yang menghinanya aku juga akan turut merasakan sakit yang sama..." Ucap Dirga sambil berdiri dan menjabat tangan Darren, lalu kembali membawa mao itu, setelah dipaksa Darren dengan ancaman.
Dan sebelum Dia meninggalkan tempat itu, Dia kembali menatap tajam Laras dengan sorot mata yang penuh emosi.
'Apa yang telah aku lakukan, semua usahaku selam 22 tahun ini akan menjadi sia-sia saja... Tidak... Tidak mungkin...' Ucap Laras pelan sambil merat jarinya dan menggelengkan kepalanya.
"TIDAK!!! TIDAK MUNGKINN!!!" Teriaknya menggila dengan raut wajah yang ketakutan, setelah itu, tampak dua pria dengan memakai setelah hitam-hitam segera membawanya pergi dari sana.
*
*
*
"Brengsek... Mengapa kita pergi begitu cepat, kota jadi tidak bisa menyaksikan betapa menariknya pertunjukan tadi," Ucap Serly kesal sambil menghempaskan tubuhnya diatas sofa.
"Iya... Pasti Nyonya Laras akan menentang kuat perjodohan itu, coba saja kita bisa tinggal lebih lama, aku rasa aku bisa menyakinkan Nyonya Laras untuk menggantikan posisi jalang itu..." Ucap Arleta dengan wajah yang cemberut.
"Tentu saja, aku sudah mengirimkan pesan anonim pada Laras, itu pasti bisa memicu ketidaksukaan nya pada jalang kecil itu, Laras itu pusat kelurga Hernandez, apa yang Dia katakan maka itu yang akan terjadi." Ucap Serly penuh rasa puas.
"Andai saja aku bisa disana dan Alexa juga ada disana, bukankah itu akan bertambah seru lagi, sayangnya Dia dibawa pergi dari sana, jadi mungkin saja Dia tidak tahu jika calon mertuanya telah menolaknya." Ucap Arleta sambil tertawa ringan.
"Lagi pula, mengapa juga Daddy menyuruh kita pulang lebih awal," Ucap Arleta dengan nada yang kecewa.
"Oh ya Mom... Sewaktu ditempat parkir aku melihat keempat Tuan muda yang sedang viral, mereka pebisnis muda yang sedang naik daun, andai aku bisa tinggal disana lebih lama aku pasti bisa berkenalan dengan mereka, Mommy tahu wajah mereka sangatlah tampan..." Ucap Arleta sambil menangkup wajahnya yang memerah membayangkan wajah keempat Tuan muda yang Dia maksudkan.
"Oh ya Mom... Bukankah Daddy mempunyai kerja sama dengan perusahaan salah satu dari mereka, kapan akan ada pertemuan lagi, aku ingin Daddy mengenalkan aku padanya, jika tidak bisa mendapatkan Javier, dengan mereka pun bukankah tidak rugi..." Ucap Arleta sambil meluruskan punggungnya.
Setelah itu, mereka berdua tampak tersenyum misterius dengn raut wajah yang berbinar.