NovelToon NovelToon
Dia Dan 14 Tahun Lalu

Dia Dan 14 Tahun Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Enemy to Lovers / Cintapertama / Romantis / Romansa / TimeTravel
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Spam Pink

ini adalah perjalanan hidup clara sejak ia berumur 5 tahun membawanya bertemu pada cinta sejatinya sejak ia berada di bangku tk, dan reymon sosok pria yang akan membawa perubahan besar dalam hidup clara. namun perjalanan cinta mereka tidak berjalan dengan mulus, akankah cinta itu mempertemukan mereka kembali.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Spam Pink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 17

Dua tahun berlalu.

Hubungan Clara dan Ares yang dulu terasa seperti pelukan hangat matahari sore kini perlahan kehilangan warnanya. Bukan tiba-tiba, bukan karena satu kesalahan besar—tetapi seperti dinding yang retak perlahan tanpa ada yang sadar kapan retak pertama itu muncul.

Ares masih ada. Masih perhatian. Masih seseorang yang pernah membuat Clara merasa aman. Namun seiring waktu, Clara mulai melihat detail-detail kecil yang dulu tidak terlihat karena tertutup rasa sayang.

Posesif yang dulu dianggap “peduli” kini terasa seperti belenggu.

Kecemburuan yang dulu dianggap “manis” kini berubah menjadi tuntutan.

Kebohongan kecil tentang “teman cewek” yang dulu Clara maafkan kini semakin sering muncul dan sulit diabaikan.

Di sisi lain, Clara bukan lagi gadis kelas X yang memandang dunia dengan hati rapuh. Ia tumbuh. Ia belajar. Ia tidak ingin mencintai seseorang sambil menyakiti dirinya sendiri.

Namun ia tetap bertahan.

Sampai hari itu.

Hari ujian kelulusan SMA berakhir dan seluruh hidupnya berubah.

Hari Ketika Segalanya Retak

Ujian selesai tepat jam sebelas siang. Semua siswa tumpah ruah di halaman sekolah, saling tertawa lega, berpelukan, atau sibuk selfie merayakan akhir dari masa panjang penuh tekanan.

Ares seharusnya menunggu Clara di bawah pohon angsana seperti biasa.

“Dia pasti lagi cari minuman buat aku,” pikir Clara sambil tersenyum kecil. Ares selalu begitu—perhatian berlebih yang dulu membuat Clara luluh. Sekarang, terkadang membebaninya.

Namun setelah lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, Ares tidak muncul.

Clara akhirnya berjalan mencari.

Dan di sanalah ia melihatnya.

Dari jauh. Cukup jauh untuk terlihat jelas, cukup dekat untuk menusuk.

Ares berdiri di samping gedung perpustakaan. Ada seorang cewek duduk di tembok rendah dekatnya—cewek yang tidak Clara kenal. Cewek yang sedang tertawa. Dan Ares…

Ares berdiri terlalu dekat.

Terlalu akrab.

Lutut Clara terasa lemas.

Bukan pemandangan itu saja yang menghancurkannya, tapi bagaimana Ares tampak nyaman… seperti itu bukan pertama kalinya.

Clara diam beberapa detik, mencoba bernapas. Ia tidak mau membuat drama. Ia tidak mau berteriak atau menangis di keramaian.

Jadi ia berjalan mendekat dengan langkah pelan.

“Ares.” suaranya datar.

Cewek itu langsung menoleh, tersentak. Ares pun memutar tubuh seperti baru sadar keberadaannya.

“Cla— Clara! Ini bukan— aku cuma—”

Clara tersenyum kecil, bukan marah, bukan sedih, tapi… selesai.

“Kita bicara sebentar,” katanya.

Ares menelan ludah, lalu mengikuti Clara menjauh.

Sebuah Percakapan Tanpa Teriakan

Mereka berhenti di balik gedung olahraga. Tempat yang sepi, tempat di mana Clara dulu pertama kali menerima cinta Ares. Ironisnya, di tempat itulah ia akan mengakhiri semuanya.

Clara menarik napas.

“Ares… aku gak mau lagi ada hubungan yang bikin aku harus curiga setiap hari.”

Ares langsung mendekat, suaranya panik. “Clara, tolong. Itu bukan apa-apa. Dia cuma temen. Dia—”

Clara mengangkat tangan, meminta diam. “Ares, aku udah capek denger alasan itu. Udah dua tahun. Kalau cuma sekali, aku bisa percaya. Tapi kamu…”

Clara menunduk, suaranya pecah pelan, “Kamu selalu ulangi hal yang sama.”

Ares memegang kedua bahunya. Genggamannya lebih kuat dari seharusnya. “Karena aku takut kehilangan kamu! Kamu gak tau kan, gimana rasanya lihat kamu selalu jauh? Kamu berubah, Clara. Kamu gak kayak dulu—”

“Aku berubah karena aku tumbuh,” Clara memotong. “Dan aku gak mau terus-terusan disalahin karena kamu bohong.”

Ares semakin panik. “Aku bohong karena aku cinta banget sama kamu!”

Clara mundur selangkah. “Cinta itu bukan alasan buat nyakitin.”

Ares menarik napas kasar, seperti kalah berperang dengan emosinya sendiri. “Jadi… kamu mau putus?”

Clara menatap mata Ares. Mata yang dulu membuatnya merasa aman. Tapi sekarang, hanya membuatnya ingat betapa ia lelah.

“Iya. Kita selesai, Ares.”

Ares menggeleng cepat, ekspresinya berubah kelam. “Enggak. Enggak, Clara. Kita gak bisa selesai. Kamu gak boleh ninggalin aku.”

“Kamu gak bisa maksa aku.”

“Aku bisa berubah!” Ares membentak lirih, nyaris memohon. “Aku cuma— aku cuma takut. Kamu selalu lihat ke belakang, ke masa lalu yang itu—”

Clara membeku.

Reymon.

Ares jarang sekali mengungkit nama itu, tapi begitu ia ucapkan, luka lama Clara seperti kembali terbuka.

“Ares… aku bukan ninggalin kamu karena Reymon,” kata Clara, suaranya lelah. “Aku ninggalin kamu karena kamu gak berhenti bikin aku terluka.”

Ares menggenggam pergelangan tangan Clara terlalu kuat kali ini. “Kamu milik aku.”

Clara menatapnya tajam. “Aku bukan barang.”

Mungkin itu kalimat yang memutus sisa-sisa benang di antara mereka.

Ares akhirnya melepaskan tangannya perlahan, seperti seseorang yang kehilangan kendali atas sesuatu yang selama ini ia genggam erat.

“Clara… jangan gini ke aku,” bisiknya. “Aku gak bisa tanpa kamu.”

“Kamu bisa,” katanya. “Kamu cuma gak mau.”

Dan tanpa menunggu jawaban, Clara berjalan pergi.

Ares tidak mengejar.

Tapi Clara tahu… dari cara mata Ares mengikuti langkahnya…

Ini belum benar-benar selesai baginya.

Kehampaan Setelah Perpisahan

Sisa hari itu berjalan seperti kabut.

Ucapan selamat kelulusan terdengar jauh.

Tawa teman-teman terdengar seperti gema.

Clara hanya ingin pulang.

Di kamar, ia duduk di tepi ranjang tanpa membuka tas sekolah sama sekali. Ponselnya berdering berkali-kali — notifikasi, chat Ares, panggilan tak terjawab. Ia tidak membuka satupun.

Air matanya tidak jatuh. Ia tidak menangis. Anehnya, tidak ada yang ingin ia keluarkan.

Yang ada hanya… hampa.

Seolah perasaan patah itu sudah habis sejak lama. Seolah dua tahun terakhir sudah cukup membuatnya kebal terhadap sakit hati.

Malamnya, ia menutup semua jendela chat dengan Ares. Tidak memblokir — hanya menutup. Menutup lembaran yang sudah seharusnya ia akhiri.

Lalu ia membuka kalender.

Natal tinggal seminggu lagi.

Dan tiba-tiba, ia tahu apa yang harus ia lakukan.

Perjalanan Pergi

“Kamu yakin mau liburan ke sana sendirian?” tanya ibunya saat Clara mulai memasukkan baju-baju ke koper kecil.

Clara mengangguk. “Aku butuh istirahat, ibu. Butuh… jauh dari sini dulu.”

Ibunya tidak banyak bertanya. Hanya tersenyum kecil, mengusap kepala Clara, lalu keluar dari kamar.

Clara menutup koper dan duduk di lantai. Ada rasa aneh yang muncul—campuran takut, lega, dan entah apa lagi. Perjalanan itu bukan sekadar liburan. Ada bagian dirinya yang tahu dia sedang kembali ke titik awal.

Tempat di mana ia pertama kali mengenal seseorang bernama Reymon.

Tempat di mana kenangan masa kecilnya tinggal.

Tempat di mana hatinya dulu tidak seberat sekarang.

Dan Clara ingin merasakannya lagi.

Ares yang Tidak Bisa Melepas

Pagi keberangkatan, Clara menenteng koper ke depan rumah. Udara masih dingin. Jalanan sepi.

Ia memesan mobil online, menunggu di teras.

Dan seperti yang ia takutkan…

Ares datang.

Motornya berhenti tepat di depan pagar. Helm dilepas terburu-buru. Rambutnya berantakan, mata merah seolah ia tidak tidur.

“Clara…” suaranya serak.

Clara memejamkan mata sejenak sebelum menatapnya. “Ares, tolong. Aku mau pergi. Jangan buat ini susah.”

Ares berjalan mendekat. “Aku cuma mau ngomong.”

“Kita udah ngomong.”

“Enggak cukup!” Ares hampir putus asa. “Aku janji, aku bakal berubah. Aku bakal buktiin. Aku bakal—”

“Ares.” Clara menghentikannya dengan suara lembut namun tegas. “Aku butuh jauh dari kamu.”

Ares terdiam, wajahnya runtuh.

Mobil yang Clara pesan berhenti di depan rumah.

Clara menarik napas dalam—seolah menarik keberanian terakhir yang ia punya.

“Ares… ini bukan tentang kamu lagi. Ini tentang aku.”

Ia mengambil koper, membuka pintu mobil.

Ares menatapnya seperti seseorang yang kehilangan seluruh dunianya. “Clara, please…”

Clara menatap balik, mata yang tidak lagi goyah. “Jangan cari aku dulu.”

Pintu mobil tertutup.

Ares tidak mengejar.

Tapi tatapannya… tatapan itu akan menghantui Clara untuk waktu yang lama.

Mobil melaju.

Clara menoleh sekali ke belakang.

Ares masih berdiri di sana.

Kecil.

Sendiri.

Dan perlahan menghilang dari pandangan.

Awal dari Sesuatu yang Belum Ia Mengerti

Perjalanan ke kampung halaman memakan waktu hampir lima jam. Pohon-pohon berganti, kota berubah menjadi desa, dan Clara merasa setiap kilometer menjauhkan dirinya dari luka yang baru ia tinggalkan.

Tapi juga…

perlahan membawa ia mendekati sesuatu yang lain.

Sebuah bayangan masa kecil.

Seorang bocah laki-laki dengan senyum cerah, tanah di pipinya, dan tangan kecil yang pernah menggenggam tangan Clara saat mereka bermain di tepi sungai.

Reymon.

Nama itu muncul bukan karena Clara berharap kembali. Bukan karena ia ingin mengganti satu cinta dengan cinta lain.

Tapi karena bagian dirinya yang paling jujur tahu…

Reymon adalah awal.

Dulu, jauh sebelum semua masalah cinta remaja bermula.

Dan entah kenapa…

hatinya merasa akan berganti arah begitu ia tiba di kota kecil itu.

Mobil berhenti di depan rumah neneknya.

Clara turun, menghirup udara yang terasa…

lolos.

Ringan.

Seperti pulang.

Ia menatap jalan kecil di depannya—jalan masa kecil yang dulu ia lalui bersama seseorang yang kini hanya menjadi kenangan samar.

Clara menarik koper.

Melangkah masuk.

Dan di antara desir angin sore yang pelan,

batinnya berbisik pelan—

"Apa Reymon akan datang juga berlibur kesini?"

Pertanyaan yang ia sendiri tidak punya jawaban.

Namun ia merasa…

jawabannya akan datang.

Segera.

—BERSAMBUNG…

1
mindie
lanjut dong author ceritanya, ga sabar part selanjutnya
mindie
AAAAAA saltinggg bacanya😍😍🤭
Caramellmnisss: terimakasih kak☺️
total 1 replies
mindie
layak di rekomendasikan
Charolina Lina
novel ini bagus banget 👍🏻
Caramellmnisss: terimakasih kak😍🙏
total 1 replies
mindie
baguss bngt tidak sabar menenunggu updatetanny author🤩
Caramellmnisss
kami update tiap malam yah kak, jangan ketinggalan setiap eps nya yah☺️
Miu miu
Jangan lupa terus update ya, author!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!