NovelToon NovelToon
SETIA (Senja & Tiara)

SETIA (Senja & Tiara)

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Keluarga / Diam-Diam Cinta / Cinta Terlarang
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ita Yulfiana

"Cinta itu buta, itulah mengapa aku bisa jatuh cinta padamu." -Langit Senja Pratama-

"Tidak, kamu salah. Cinta itu tidak buta, kamu saja yang menutup mata." -Mutiara Anindhita.

.

Ketika cinta jatuh di waktu yang tidak tepat, lantas apa yang mesti kita perbuat?

Terkadang, sesuatu yang belum sempat kita genggam, justru menjadi yang paling sulit untuk dilepaskan.

Follow IG @itayulfiana

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SETIA — BAB 3

...Sejak pertemuan pertama kita, aku tahu bahwa hidupku tak akan pernah sama lagi....

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV Tiara

'Dari mana kamu mendapatkan nomorku?' Pertanyaan itu langsung muncul di pikiranku dan kubuat menjadi pesan.

Beberapa detik kemudian, balasan dari Senja masuk:

'Aku mendapatkannya dari seorang kenalan yang kutemui di pesta pernikahan Robby & Niar.'

Aku langsung penasaran, siapa gerangan yang memberikan nomorku kepada Senja?

'Siapa?' balasku, penasaran ingin tahu identitas orang tersebut.

Senja: Itu sama sekali tidak penting. Oh ya, bagaimana tawaranku tadi? Apakah kamu tertarik?

Pesannya itu tidak langsung aku balas. Aku mempertimbangkannya sembari sibuk membalas DM pengikut lain yang baru muncul di Instagram, serta komentar baru di postingan lainnya. Setelah selesai dengan Instagram, aku pindah ke platform menulis untuk membalas beberapa komentar dari pembaca.

Hari-hari berlalu, dan aku tanpa sengaja mendiamkan pesan Senja, hingga tanpa terasa berminggu-minggu pun berlalu, dan aku lupa tentang pesan tersebut. Chat-nya tenggelam di antara chat orang lain, dan aku tidak menyadari bahwa pesan itu masih belum terbalas.

Aku memang tidak terbiasa berkomunikasi dengan pengikutku di WhatsApp, yang menurutku sudah masuk ranah pribadi. Aku lebih nyaman berinteraksi dengan mereka di media sosial, bukan di aplikasi pesan pribadi. Dan sepertinya, aku benar-benar melupakan tawaran Senja... untuk sementara waktu.

****

"Bunda, semalam Kakek dan Nenek telepon, katanya mau mengundang Bunda dan Ayah buat makan malam sekaligus menginap di rumah mereka," kata Ardhan, putraku yang sudah berusia 8 tahun, saat sarapan.

"Oh, ya?" sahutku sambil menyiapkan bekal untuknya.

"Iya, Bund. Katanya, Bunda dan Ayah sudah lama tidak menginap di rumah mereka. Kan memang begitu kenyataannya," tambah Ardhan dengan nada yang bijak.

Aku tersenyum menatap putraku, membenarkan ucapannya dalam hati. "Semua orang juga tahu, Sayang, Ayah kamu sibuk dan jarang di rumah. Sementara Bunda, Bunda juga ada kerjaan," kataku

"Jadi Bunda gak mau nih?"

"Bukan begitu. Bilang aja sama Kakek dan Nenek, kalau bisa, Bunda aja yang ke sana Jumat sore nanti, soalnya ayah kamu lagi di luar kota," jawabku sambil tersenyum.

Ardhan mengangguk dan berlari ke arah telepon untuk memberitahu Kakek dan Neneknya. Aku hanya tersenyum melihatnya. Sebagai cucu tunggal dari kedua orang tuaku dan kedua orang tua Mas Arkan, Ardhan memang sangat disayang oleh kami semua.

Sebagai cucu kesayangan dan satu-satunya, Ardhan memiliki jadwal rutin di akhir pekan: satu hari di rumah Kakek dan Nenek (orang tuaku), dan satu hari di rumah Opa dan Oma (orang tua Mas Arkan). Aku senang melihat Ardhan tumbuh dengan cinta dan kasih sayang dari kedua sisi keluarga. Namun, di balik semua itu, aku tidak bisa tidak memikirkan hubungan antara aku dan Mas Arkan yang sebenarnya tidak harmonis. Ardhan mungkin masih belum mengerti, tapi aku berharap dia tidak terlalu merasakan dampak dari ketidak harmonisan kami di masa yang akan datang.

Biasanya jika sudah ada rencana seperti ini, aku akan mengusahakan menulis lebih banyak setelah selesai mengantar Ardhan ke sekolah. Ditambah akhir pekan masih ada 3 hari lagi, jadi aku bisa dengan leluasa menulis lebih banyak bab karena tidak ada gangguan dari siapa pun.

Kini, saatnya fokus pada tulisan. Aku duduk di depan laptop, siap untuk memulai bab berikutnya. Namun, konsentrasiku sempat buyar ketika pesan WhatsApp dari seseorang muncul di layar ponselku.

Senja: Apa kabar?

Aku menghela napas. Pesan dari Senja itu langsung aku abaikan. Aku menggeser notifikasi itu hingga menghilang, lalu mematikan koneksi internet di ponselku agar tak ada lagi gangguan. Saatnya aku fokus pada tulisan.

Sembari jemariku menari dengan lincah di atas keyboard dan mataku fokus menatap layar, pikiranku sedikit terbesit, 'Senja itu aneh. Sebelum dia menjadi narasumberku, biasanya dia rajin menghubungiku melalui DM, juga berkomentar di postingan dan bab novelku yang update. Tapi sekarang tidak pernah lagi semenjak aku tidak menjawab tawarannya di WhatsApp waktu itu. Dan sekarang, dia tiba-tiba muncul lagi menanyakan kabar. Apa yang sebenarnya dia inginkan?' Pertanyaan itu menggantung di pikiranku, tapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkan dan lebih memilih tetap fokus pada tulisan.

Sebenarnya, semenjak tahu bahwa @Senja25 itu seorang pria, aku jadi lebih membatasi interaksi dengannya. Bukan apa-apa, sebagai wanita dan pria dewasa, tidak baik bagi kami untuk terlalu dekat dan akrab. Takutnya menimbulkan kesalahpahaman, entah dari orang lain atau mungkin dari pihak Senja sendiri. Aku tidak ingin menjelaskan panjang lebar, karena orang-orang pasti paham maksudku. Aku hanya ingin fokus pada tulisan dan menjaga jarak yang sehat dalam interaksi online.

...****************...

Jumat sore akhirnya tiba, aku dan Ardhan tiba di rumah orang tuaku saat sore menjelang. Bapak yang saat itu sedang duduk di teras langsung ku salami.

"Arkan masih belum pulang?" beliau bertanya padaku.

"Belum, Pak," jawabku sambil tersenyum, seolah-olah segalanya berjalan baik-baik saja selama ini.

Bapak tak mengatakan apa pun lagi, jadi aku berniat untuk masuk. Tak disangka, malah berpapasan dengan adikku di depan pintu.

"Kak, pinjam kunci mobil," kata Reyhan, adik kandungku satu-satunya.

"Mau pinjam kunci mobilnya aja apa sama mobilnya sekalian?" godaku pada Reyhan, adikku yang paling nakal dan pembuat onar. Di ponselku saja namanya "Trouble Maker" saking produktifnya anak ini membuat masalah yang tidak pernah absen setiap minggu. Pokoknya, ada saja masalah yang dia buat. Entah itu kecil atau besar. Yang repot aku atau Bapak yang bereskan.

"Ya sekalian sama mobilnya dong, Kak. Masa aku keluar naik kunci, kan gak masuk akal. Mending aku jalan kaki sekalian." Dia terkekeh di ujung kalimatnya.

"Memang motor kamu ke mana, Dek?" tanyaku, tidak langsung mengiyakan kemauannya.

"Lagi di servis. Biasa, ada yang lecet sedikit."

"Terus itu kamu mau ke mana pakai mobil?"

"Mau ambil motor yang sudah selesai diservis, Kak."

"Sama siapa?"

"Paling nanti aku jemput Boni buat nemenin."

"Gak bisa," kataku tidak setuju.

"Loh, kok gitu sih, Kak?" Wajahnya mulai memelas.

"Kamu sama Boni itu sama-sama suka bikin masalah sejak kecil. Jadi daripada mobil Kakak kenapa-kenapa dibawa sama kalian berdua, mending Kakak aja yang nemenin kamu."

"Ya udah deh, gak masalah," katanya tidak mau ambil pusing. "Tapi aku yang nyetir, ya," tambahnya.

"Boleh, asal kamu nyetirnya hati-hati," kataku.

"Tenang aja, Kak. Gak usah khawatir," ujarnya mengambil alih kunci mobil dari tanganku. "Ayo, berangkat."

...****************...

"Yang pelan nyetirnya, Rey. Jangan ngebut."

"Gak ngebut kok, Kak." Reyhan menjawab dengan santai, sementara aku sudah berpegangan pada pegangan atas dengan khawatir.

"Apanya yang gak ngebut? Dari tadi semua mobil di depan kita kamu salip semua," protesku.

"Ah, tenang aja, Kak. Gak bakal kenapa-kenapa kok. Ini masih kecepatan sedang di aku. Aku yakin mobil Kakak gak bakal kenapa-kenapa. Santai aja, percaya sama aku."

"Awas aja, Rey, kalau kamu sampai nabrak orang, aku gak mau tanggung jawab, ya," kataku memperingati, sambil menatap jalan di depan dengan khawatir.

Reyhan hanya tertawa dan menggelengkan kepala. "Jangan khawatir, Kak. Hal seperti itu gak bakalan terjadi," kata Reyhan penuh keyakinan.

Namun, baru beberapa detik yang lalu aku beri peringatan, tiba-tiba di depan ada sebuah mobil yang berhenti tepat di lampu merah, dan sepertinya Reyhan akan terlambat mengerem.

"Rey, awas!!!" Aku yang menyadari sesuatu akan terjadi sontak berteriak dengan panik. "AAAKH!!!"

BOOM!

"Alamak... gawat, Kak Tia. Gimana ini?"

"Tuh 'kan, Kakak juga bilang apa, Rey. Nabrak 'kan jadinya." Aku kesal sekali, rasanya ingin memukul kepalanya. "Dasar!" aku hanya bisa mengumpat padanya.

"Maaf, Kak. Aku gak sengaja. Mobil itu sih yang salah, kenapa tiba-tiba berhenti mendadak." Reyhan berusaha membela diri, tapi percuma saja, dia sudah terlanjur menabrak mobil orang.

Reyhan yang jelas sangat kaget dan panik sama sepertiku langsung keluar dari mobil untuk melihat kerusakan. Aku mengikuti di belakangnya dengan jantung yang sudah berdebar tidak karuan, berharap bahwa kerusakan tidak terlalu parah.

Saat aku melihat kerusakan mobil itu, aku bisa merasakan jantungku berdegup semakin kencang. Aku dan Reyhan sama-sama tahu bahwa harga mobil itu bahkan 3 kali lipat lebih mahal dari mobilku. Otomatis, biaya perbaikannya juga pasti lebih tinggi.

"Bagaimana ini?" Aku bergumam, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Pemilik mobil itu pasti akan marah besar dan kami akan dimaki-maki, plus dimintai ganti rugi. Aku menatap Reyhan dengan rasa frustrasi. Kenapa kejadian seperti ini harus terjadi sih, protesku dalam hati.

Tak lama kemudian, pria pemilik mobil itu keluar menghampiri kami dengan langkah cepat. Bersiap-siaplah kami mendengar sumpah serapah darinya.

"Hey, kalau menyetir itu-" Ucapan pria itu terhenti ketika aku dan dia bertemu pandang. Sosok yang kukenali itu membuatku terkejut, tapi lidahku keluh tak bisa berkata apapun saking masih syoknya.

Setelah sama-sama terdiam selama beberapa detik, dia akhirnya angkat bicara juga. "Kita bicara di depan. Ikuti aku," titahnya, lalu kembali masuk ke dalam mobilnya dengan cepat.

1
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: siap kk
total 1 replies
wathy
aku kasi kopi deh biar tambah semangat 💪
Ita Yulfiana: Waaaah Kk baik banget😍😍 makasih banyak yah😘🥰🥰
total 1 replies
wathy
aku suka,, lanjut thor😍
Ita Yulfiana: Okey siaap😁😁
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Next....
Ita Yulfiana: waiiit/Grin/
total 1 replies
Cikhy Cikitha
lanjuuut
Ita Yulfiana: Siaaap😄🙏
total 1 replies
Cikhy Cikitha
Semangat berkarya🤩🤩
Ita Yulfiana: Siap, makasih banyak😍😍
total 1 replies
wathy
aku beri kopi deh biar semangat update 💪
Ita Yulfiana: uwwaaah makasih banyak Kak😍😍🙏
total 1 replies
wathy
wahhh senja langsung nembak 😄
wathy
itu pasti senja
wathy: Aamiin.. sama2 😍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!