Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan yang Menakutkan
Ternyata janji Anggara bukan sekedar kata-kata untuk menghibur Thalia yang sedang gundah bahkan Thalia tidak menduga kakaknya membelikan tiket untuk besoknya.
“Kenapa kakak memesan penerbangan malam-malam begini ?” tanya Thalia saat mereka sedang antri check in.
“Meetingnya dimajukan jadi jam 7 pagi dan tidak bisa diundur sementara pesawat paling pagi adanya di jam 5, nggak akan keburu.”
Masih ada yang ingin ditanyakan Thalia tapi sekarang giliran mereka. Anggara memberikan paspor miliknya dan Thalia sekaligus memperlihatkan e-tiket yang terpampang di layar handphonenya.
Tidak seperti penumpang-penumpang sebelumnya yang membutuhkan waktu singkat, sudah lebih dari 5 menit paspor keduanya masih belum dikembalikan bahkan ada petugas lain yang menghampiri dan minta mereka menepi untuk memberi giliran penumpang lain.
“Ada masalah apa Pak ?” tanya Thalia dengan nada agak kesal lalu menoleh pada Anggara yang diam saja.
“Maaf karena ada sedikit kendala yang perlu kami konfirmasi,” jawab pria itu dengan sopan.
Anggara yang langsung paham dengan situasi yang dihadapinya memberi isyarat pada asistennya yang berdiri di kejauhan.
“Kakak tahu ada masalah apa ?” tanya Thalia dengan wajah kesal.
Anggara menggelengkan kepala, “Kita tunggu saja.”
Diam-diam Anggara menghela nafas di belakang Thalia. Ia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Satu hal yang agak disesalinya, Thalia agak terlambat memberitahu masalah Arumi dan Roni.
Dua orang pria berpakaian seragam AVSEC (Aviation Security) menghampiri, dengan sopan meminta Anggara dan Thalia ikut bersama mereka.
“Ada apa ini ?” Thalia yang tadinya kesal mulai panik tapi Anggara merengkuh bahunya.
“Tidak usah marah-marah, aku sudah minta Andi menyiapkan pengacara.”
“Untuk apa sampai butuh pengacara ?”
Lagi-lagi Anggara hanya tersenyum lalu menggandeng Thalia, mengikuti kedua petugas tadi tanpa bicara apa-apa.
Keduanya diminta menunggu di salah satu ruangan dengan satu meja dan 4 kursi. Melihat bentuknya yang dibatasi kaca di salah satu sisi, Thalia menebak tempat ini semacam ruang interogasi.
“Ada masalah apa sebenarnya Kak ?”
Anggara menggenggam jemari Thalia sambil tersenyum dengan maksud ingin menenangkan.
“Kakak baru menebak-nebak dari ceritamu soal ucapan Arumi. Kamu masih ingat kan apa yang terjadi 8 tahun yang lalu ?”
Thalia mengangguk-angguk dan wajahnya mulai pucat. Bagaimana mungkin Thalia bisa melupakan perbuatannya meski sudah dibereskan oleh Anggara. Thalia tidak berhenti menyesali dirinya yang nekad nyetir dalam kondisi masih mabuk dan kurang tidur.
“Kamu ingat ada 5 korban dalam kecelakaan itu dan dua di antaranya meninggal di rumah sakit ?”
“Iya.”
“Kedua orang itu adalah orangtua Arumi.”
Mata Thalia langsung membelalak, tubuhnya sampai bergetar saking kagetnya.
“Ke… kenapa kakak tidak pernah menceritakansiapa mereka padaku ?”
“Waktu itu aku sudah membereskan semuanya dengan om Edi yang merupakan orang kepercayaan orangtua Arumi.”
“Apa mungkin om Edi yang memberitahu Arumi ?”
Anggara menggeleng. “Kemarin aku baru menemui om Edi di lapas. Dia bersumpah demi anak istrinya kalau rahasiamu aman dan aku percaya karena buktinya semua aman-aman saja.”
“Lalu kenapa sekarang kita dibawa kemari ?”
“Sepertinya Arumi membuka kembali kasus ini karena mendapat informasi bahkan mungkin bukti dari orang yang tahu tentang masalah ini.”
“Jadi Arumi sudah punya bukti-buktinya ? Darimana dia dapat ? Aku tidak pernah membicarakannya dengan siapapun termasuk Raka.”
Anggara mrnatap adiknya dengan mata menyipit seperti menyuruh Thalia memgingat-ingat sesuatu.
“Bagaimana dengan Roni ?”
“Demi apapun Kak, aku tidak pernah membicarakan masalah itu pada Roni. Jangankan membahasnya, aku berharap ingatan itu hilang dari pikiranku.”
Emosi yang campur aduk membuat nada bicara Thalia naik turun dan matanya mulai berkaca-kaca.
Tidak tega melihat kondisi Thalia, Anggara merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. “Tidak usah panik, aku pasti bisa menyelesaikannya seperti 8 tahun yang lalu.”
“Bagaimana kalau kakak tidak berhasil ?” tanya Thalia di sela isak tangisnya.
“Daddy pasti akan membantu kita.”
*****
“Mau kemana ?” tegur Raka melihat Arumi sudah berpakaian rapi dan membawa tas.
“Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahumu,” tolak Arumi dengan wajah datar.
“Surat pengadilan belum keluar jadi kamu masih istri sahku. Lagipula kita tinggal satu rumah, apa salahnya kamu memberitahuku kemana tujuanmu.”
Arumi menghela nafas, berbalik badan berhadapan dengan Raka.
“Kita tidak pernah menganggap satu sama lain sebagai suami istri jadi tidak perlu ada yang berubah.”
“Arumi….”
“Aku pergi dulu,” potong Arumi sambil meninggalkan Raka dengan langkah tergesa.
Bukan waktunya berdebat dengan Raka apalagi Sapta sudah menunggu di depan.
Raka melajukan kursi rodanya ke arah jendela besar yang ada di dekat pintu masuk. Dilihatnya Sapta sedang membukakan pintu belakang untuk Arumi.
Kedua alis Raka menaut saat melihat seorang pria tampan dan berkulit putih duduk di kursi penumpang depan sedang tertawa-tawa. Arumi sempat memukul lengan pria itu yang disandarkan di pintu.
Firasat Raka mengatakan pria itu adalah Roni, orang yang disebut Arumi dan membuat Thalia langsung kaget beberapa hari lalu.
Setelah mobil yang disetiri Sapta pergi, Raka hanya bisa menghela nafas dan memutar kembali kursi rodanya.
Sementara di dalam mobil, Arumi tidak menyangka melihat Roni datang menjemputnya bersama Sapta.
“Akhirnya keluar juga dari tempat persembunyianmu,” ledek Arumi.
Roni tertawa, ia memang sengaja ingin membuat kejutan untuk Arumi.
“Kan lagi masuk DPO,” sahut Roni.
“Om Yongki sudah tahu kalau kedua anaknya dibawa ke kantor polisi ?” tanya Arumi pads Sapta tapi belum sempat pria itu menjawab, Roni buka suara.
“Aku yakin sudah. Sepertinya Anggara sudah berjaga-jaga sampai menyuruh asistennya memantau dari jauh.”
“Kok kamu tahu ?”
“Tentu saja dari orang suruhanku yang mengawasi mereka supaya jangan sampai Thalia kabur lagi.”
“Apa mungkin bukti-bukti yang kita punya bisa membuat Thalia dipenjara ?” tanya Arumi dengan nada ragu.
“Harus Ar ! Jangan harap dia masih bisa menikmati kebebasan. Aku akan melakukan apapun untuk membuatnya merasakan penderitaan Rendi karena fitnah, kalau perlu sampai perempuan iblis itu mengakhiri hidupnya seperti Rendi.”
Dari belakang, Arumi memegang kedua bahu Roni dan memijatnya pelan.
“Jangan biarkan dendam membuat pikiranmu tidak fokus. Bukan hanya kamu yang kehilangan adik, aku juga kehilangan kedua orangtuaku sekaligus.”
Terdengar helaan nafas Roni. Tangan kanannya memegang jemari Arumi yang ada di bahu kirinya.
“Aku tidak akan pernah lupa Ar, mereka adalah keluargaku juga,” gumam Roni.
“Tujuan utama kita adalah membuat Thalia bertanggungjawab atas perbuatannya bukan membuat dia bunuh diri seperti Rendi.”
“Hhhhmmmm.”
Selama beberapa menit, suasana hening, masing-masing hanyut dalam pikiran mereka.
“Ngomong-ngomong Ar bagaimana nasib pernikahanmu dengan Raka ?” tanya Roni.
“Perceraian dilanjutkan.”
Arumi mengernyit saat mendengar Roni malah tertawa dan saat melirik Sapta, asistennya itu sedang senyum-senyum.
“Yakin Ar ? Kamu nggak kasihan Raka masih belum bisa jalan ?”
“Kenapa harus kasihan ? Tujuanku sudah tercapai lagipula bukan aku yang membuatnya lumpuh,” sahut Arumi dengan nada dingin.
“Jangan gegabah mengambil keputusan Ar apalagi Sapta bilang Raka yang sekarang sangat posesif sama kamu.”
Arumi menatap tajam asistennya yang malah nyengir kuda.
”Tujuan kita malam ini adalah Thalia jadi fokus aja sama dia, nggak usah memnahas soal Raka.”
Roni kembali tertawa sambil geleng-geleng kepala.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....